Anda di halaman 1dari 29

KELOMPOK

Nama Anggota

Mahanani Isworo Siwi


Marina Nur Setiyanti
Muis Widi Nuril Alfiyani
Muntaha Ridwan

KETAHANAN
NASIONAL SEBAGAI
GEOSTRATEGI
INDONESIA

Geostrategi adalah suatu cara atau


pendekatan dalam memanfaatkan kondisi
lingkungan untuk mewujudkan cita-cita
proklamasi dan tujuan nasional.
Ketahanan Nasional sebagai geostrategi
bangsa Indonesia memiliki pengertian
bahwa konsep Ketahanan Nasional
merupakan pendekatan yang digunakan
bangsa Indonesia dalam melaksanakan
pembangunan dalam rangka mencapai
cita-cita dan tujuan nasional.

A. PENGERTIAN KETAHAN NASIONAL

1.Ketahan Nasional sebagai kondisi


Prespektif ini melihat ketahanan nasional sebagai suatu
penggambaran suatu keadaan yang seharusnya dipenuhi.
2. Ketahanan Nasional sebagai sebuah pendekatan metode atau
cara dalam menjalankan suatu kegiatan khususnya dalam
pembangunan negara.
3. Ketahanan nasional sebagai doktrin. Ketahanan nasional
merupakan salah satu konsepsi khas Indonesia yang berupa
ajaran konseptual tentang pengaturan dan penyelenggaraan
bernegara. Sebagai doktrin dasar nasional, konsep ketahanan
nasional dimasukkan dalam Garis-garis Besar HAluan Negara
(GBHN) agar setiap orang, masyarakat dan penyelenggara negara
menerima dan menjalankannya.

B.PERKEMBANGAN KONSEP
INDONESIA

KETAHANAN NASIONAL DI

1. Sejarah Lahirnya Ketahanan nasional


Gagasan tentang ketahanan nasional bermula pada
awal tahun 1960-an pada kalangan militer angkatan
darat di SSKAD yang sekarang bernama SESKOAD
(sunardi, 1997). Masa itu adalah sedang meluasnya
pengaruh komunisme yang berasal dari Uni Sovyet
dan Cina. Concern atas fenomena tersebut
memengaruhi para pemikir militer di SSKAD. Mereka
mengadakan pengamatan atas kejadian tersebut,
yaitu tidak adanya perlawanan yang gigih dan ulet
di indo Cina dalam menghadapi ekspansi komunis.

Pengembangan atas pemikiran awal diatas semakin kuat


setelah berakhirnya gerakan G 30 S PKI. Pada tahun 1968,
pemikiran dilingkungan SSKAD tersebut dilanjutkan oleh
Lemhanas (Lembaga Pertahanan Nasional). Dalam pemikiran
Lemhanas tahun 1968 tersebut telah ada kemajuan konseptual
berupa ditemukanya unsure-unsur dari tata kehidupan nasional
tang berupa ideology, politik, ekonomi, social, dan militer.
Pada tahun 1969 lahirlah istilah Ketahanan Nasional yang
menjadi pertanda dari ditinggalkanya konsep kekuatan,
meskipun dalam ketahanan nasionalsendiri terdapat konsep
kekuatan. Konsepsi ketahanan nasional tahun 1972 dirumuskan
sebagai kondisi dinamis satu bangsa yang berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional, didalam menghadapi dan
mengatasisegala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan
baik yang dating dari luar maupun dalam, yang langsung
maupun tidak yang membahayakan identitas.

2.Ketahanan Nasional dalam GBHN


Konsepsi Ketahanan Nasional untuk pertaman kali dimasukan
dalam GBHN 1973 yaitu ketetapan MPR No. IV/MPR/1973.
Rumusan ketahanan nasional dalam GBHN 1973 adalah sama
dengan rumusan ketahanan nasional tahun 1972 dari lemhanas.
Rumusan mengenai ketahanan nasional dalam GBHN adalah
sebagai berikut:
1. Untuk tetap memungkinkan berjalanya pembangunan
nasional yang selalu harus menuju ketujuan yang ingin dicapai
dan agar dapat secara efektif dielakan dari hambatan,
tantangan, ancaman, dan gangguan yang timbul baik dari luar
maupun dari dalam negeri.
2. Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis yang
merupakan integrasi dari kondisi tiap aspek kehidupan bangsa
dan Negara.
3. Ketahanan nasional meliputi ketahanan ideology,
ketahanan politik, ketahanan ekonomi, ketahanan social
budaya, dan ketahanan pertahanan keamanan.

a. Ketahanan ideology adalah kondisi mental bangsa Indonesia


yang berlandaskan keyakinan akan kebenaran ideology pancasila
yang mengandung kemampuan untuk menggalang dan memelihara
persatuan dan kesatuan nasional.
b. Ketahanan politik adalah kondisi kehidupan politik bangsa
Indonesia yang berlandaskan demokrasi politik berdasarkan
pancasila dan UUD 1945.
c. Ketahanan ekonomi adalah kondisi kehidupan perekonomian
bangsa yang berlandaskan demokrasi ekonomi yang berdasarkan
pancasila yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas
ekonomi yang sehat.
d. Ketahanan social budaya adalah kondisi kehidupan social budaya
bangsa yang dijiwai kepribadian nasional berdasarkan pancasila
yang mengandung kemampuan membentuk dan mengembangkan
kehidupan social budaya.
e. Ketahanan Pertahanan adalah kondisi daya tangkal bangsa yang
dilandasi kesadaran bela Negara seluruh rakyat yang mengandung
kemampuan memelihara stabilitas pertahanan keamanan Negara.

Menyimak rumusan mengenai konsepsi


ketahanan nasional dalam GBHN tersebut, kita
kembali mengetahui akan adanya tiga wujud
atau wajah konsep ketahanan nasional, yaitu:
1. Ketahanan nasional sebagai metode
pendekatan sebagaimana tercermin dari
rumusan pertama.
2. Ketahanan nasional sebagai kondisi
sebagaimana tercermin dari rumusan kedua
3. Ketahanan nasional sebagai doktrin dasar
nasional sebagaimana tercermin dari rumusan
ketiga.

C. UNSUR-UNSUR KETAHANAN
NASIONAL
1. Gatra dalam Ketahanan Nasional
Unsur, elemen, atau factor yang memengaruhi kekuatan
ketahanan nasional suatu Negara terdiri atas beberapa
aspek.
Para ahli memberikan pendapatnya megenai unsureunsur kekuatan nasional suatu Negara :
Unsur kekuatan nasional Negara menurut Hans J.
Morgenthau
Unsur kekuatan nasional menurut James Lee Ray
Unsur kekuatan nasional menurut Palmer & Perkins
Unsur kekuatan nasional menurut Parakhas Chandra
Unsur kekuatan nasional menurut Alferd T Mahan
Unsur kekuatan nasional menurut Ray Cline

Unsur kekuatan nasional model di


Indonesia
Unsur-unsur kekuatan nasional di Indonesia
diistilahkan dengan gatra dalam Ketahanan Nasional
Indonesia. Pemikiran tentang gatra dalam Ketahanan
Nasional dirumuskan dan dikembangkan oleh
Lemhanas. Unsur-unsur kekuatan nasional Indonesia
dikenal dengan nama Astra Gatra yang terdiri atas Tri
Gatra dan Panca Gatra
Tri gatra adalah aspek alamiah (tangible) yang terdiri
atas penduduk, sumber daya alam, dan wilayah.
Panca gatra adalah aspek social (intangible) yang
terdiri atas ideology, politik, ekonomi, social budaya,
dan pertahanan keamanan.

2. Penjelasan atas Tiap Gatra dalam


Ketahanan Nasional

Unsur
Unsur
Unsur
Unsur
Unsur
Unsur
Unsur
Unsur

atau
atau
atau
atau
atau
atau
atau
atau

Gatra
Gatra
Gatra
Gatra
Gatra
Gatra
Gatra
Gatra

Penduduk
Wilayah
Sumber Daya Alam
di Bidang Ideologi
di Bidang Politik
di Bidang Ekonomi
di Bidang Sosial Budaya
di Bidang Keamanan

D. PEMBELAAN NEGARA
1. Makna Bela Negara
. Pasal 27 ayat 3 UUD 1945 berbunyi Setiap Negara berhak
dan waib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara.
. Pasal 30 Ayat 1 UUD 1945 bahwa Tiap-tiap warga Negara
berhak dan wajib ikut setra dalam usaha pertahanan dan
keamanan Negara.
. Pasal 9 Ayat 1 disebutkan pula bahwa Setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang
diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.
. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha pembelan dan
pertahanan negara merupakan hak dan kewajiban warga
negara.

2. Peraturan Perundang-undangan
tentang Bela Negara
Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela
Negara :
Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
Pasal 30 UUD 1945
Sampai saat ini undang-undang yang merupakan
pelaksanaan dari pasal 30 UUD 1945 tersebut adalah :
UU No. 2 Tahun 2002 tentang kepolisian Negara
Republik Indonesia
UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
UU No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional
Indonesia

3. Keikutsertaan Warga Negara


dalam Bela Negara
Konsep bela Negara dibagi menjadi :
a. Bela Negara secara fisik
Secara fisik yaitu dengan cara "memanggul bedil"
menghadapi serangan atau agresi musuh. Bela Negara
secara fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman dari
luar
b. Bela Negara secara non-fisik
Bela negara secara non-fisik dapat didefinisikan sebagai
"segala upaya untuk mempertahankan negara kesatuan
Republik Indonesia dengan cara meningkatkan
kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan
kecintaan terhadap tanah air serta berperan aktif dalam
memajukan bangsa dan negara

Bela negara secara non-fisik dapat dilakukan dengan


berbagai bentuk, sepanjang masa dan dalam segala situasi,
misalnya dengan cara:
1. Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara,
termasuk menghayati arti demokrasi dengan menghargai
perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak.
2. Menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui
pengabdian yang tulus kepada masyarakat.
3. Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara
dengan berkarya nyata (bukan retorika).
4. Meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap
hukum/undang-undang dan menjunjung tinggi Hak Azasi
Manusia.
5. Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar
dapat menangkal pengaruh-pengaruh budaya asing yang
tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa
Indonesia dengan lebih bertaqwa kepada Allah swt melalui
ibadah sesuai agama/kepercayaan masing- masing

4. Identifikasi Ancaman terhadap


Bangsa dan Negara
Ancaman dapat dikonsepsikan sebagai
setiap usaha dan kegiatan, baik dari
dalam negeri maupun luar negeri yang
dinilai membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah negara, dan
keselamatan segenap bangsa. (UndangUndang No 3 Tahun 2003)
Menurut Undang-Undang No. 20 tahun
1982, ancaman mencakup tantangan,
gangguan, dan hambatan.

Bentuk Ancaman
Bentuk ancaman dibagi menjadi :
1. Ancaman Militer
Ancaman militer adalah ancaman yang
menggunakan kekuatan bersenjata yang
terorganisasi yang dinilai mempunyai
kemampuan yang membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah
negara dan keselamatan segenap bangsa.

2. Ancaman Non-Militer/Nir-Militer
Ancaman berdimensi ideology
Contohnya : adanya gerakan radikal
Ancaman berdimensi politik
Contohnya : Intimidasi, provokasi,
atau blokade dari luar negeri
Ancaman berdimensi ekonomi
Dibagi menjadi 2 yaitu internal
(inflasi dan pengangguran) dan
eksternal (daya saing rendah,
indicator ekonomi yang buruk, dsb)

Ancaman berdimensi sosial-budaya


Dibagi menjadi dua yaitu yang berasal dari
dalam (kemiskinan,kebodohan,ketidakadilan)
dan yang berasal dari luar (terorisme,
kekerasan)
Ancaman berdimensi teknologi informasi
Contohnya : kejahatan atas kemajuan iptek
seperti cybercrime)
Ancaman berdimensi keselamatan umum
Contohnya : adanya bencana alam

E. Indonesia dan Perdamaian Dunia

1. Posisi Negara dalam Era Global


Sebagai suatu pendekatan, kondisi, dan,
sebuah doktrin dasar nasional. Ketahanan
Nasional merupakan strategi pengembangan
kemampuan nasional melalui penyelenggaraan
kesejahteraan dan keamanan yang seimbang
pada seluruh aspek kehidupan.
Globalisasi adalah proses sosial yang muncul
sebagai akibat dari kemajuan dan inovasi
teknologi, serta perkembangan komunikasi dan
informasi.

Berikut beberapa pendapat mengenai global dan globalisasi :


Kata globalisasi diambil dari kata global yang bermakana universal atau
internasional.
Globalisasi dalam arti literal adalah sebuah perubahan sosial, berupa
bertambahanya keterkaitan di antara masyarakat dan eleme-elemennya yang
terjadi akibat transkulturasi dan perkembangan teknologi di bidang transportasi
dan komunikasi yang memfasilitasi pertukaran budaya dan ekonomi internasional
Beberapa pakar mengartikan era globalisasi adalah era dimana berkat kemajuan
teknologi informasi, telekomunikasi, dan transportasi yang semakin pesat dan
canggih
Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang berkaitan dengan
berkuarangnya batas-batas negara
Globalisasi sebagai gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu ke seluruh
dunia,
Globalisasi menyangkut seluruh aspek kehidupan masyarakat dan individu
anggota masyarakat, menyangkut kesadaran baru mengenai dunia sebagai satu
kesatuan
Globalisasi didifinisikan sebagai fenomena yang menjadikan dunia mengecil
dalam segi perhubungan manusia karena perkembangan informasi dan teknologi.

Globalisasi memiliki karakteristik sebagai


berikut :
Terkait erat dengan kemajuan teknologi, arus
informasi dan, komunikasi yang lintas batas
negara
Tidak dapat dilepaskan dengan adanya
akumulasi kapital, tingginya arus investasi,
keuangan, dan perdagangan global
Berkaitan dengan semakin tingginya intesitas
perpindahan manusia, barang, jasa, dan
pertukaran budaya lintas batas negara
Ditandai dengan semakin meningkatnya
tingkat keterkaitan dan ketergantungan tidak
hanya antar bangsa/negara, tetapi juga antar
masyarakat.

Dalam menghadapi globalisasi, bangsa-bangsa di


dunia memberi respon atau tanggapan yang dapat
dikategorikan sebagai berikut :
Sebagian bangsa menyambut positif globalisasi
karena dianggap sebagai jalan keluar baru untuk
perbaikan nasib umat manusia
Sebagian menolak globalisasi karena dianggap
sebagai bentuk baru penjajahan melalui cara-cara
baru yang bersifat transnasional di bidang politik,
ekonomi, dan budaya
Sebagian yang lain menerima globalisasi sebagai
sebuah keniscayaan akibat perkembangan
teknologi informasi dan transportasi, tetapi tetap
kritis akan dampak negatifnya.

Indonesia juga ikut serta dalam arus global,


misalnya dengan ikut dalam forum WTO, APEC, dan
AFTA. Dalam naskah Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 telah
dimunculkan Program Pengembangan Nilai
Budaya. Program ini bertujuan untuk memperkuat
jati diri bangsa dan memantapkan budaya nasional.

Dalam naskah Rencana Pembangunan


Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2010-2014
masih dikemukakan perihal hubungannyajati
diri bangsa ini dengan era global, dinyatakan
bahwa karakter dan jati diri bangsa
belum kuat.

2. Partisipasi Indonesia Bagi Perdamaian Dunia


Peran serta Indonesia dalam operasi
pemeliharaan perdamaian dunia merupakan
amanat UUD 1945 alenia IV , yaitu dalam rangka
mewujudkan perdamaian dunia yang berdasarkan
kemerdekaan,perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
Keikutsertaan Indonesia dalam menjaga
perdamaian di dunia yaitu dengan menjadi salah
satu Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB). Dalam Pasal 39 Piagam PBB menyebutkan,
Dewan Keamanan akan menentukan adanya
ancaman gangguan perdamaian.

Keikutsertaan Indonesia dalam operasi pemeliharaan


perdamaian sudah dimulai sejak 1957, pasukan indonesia
dikenal dengan nama Kontingen Garuda atau Konga. Sejak
tahun 1967 hingga saat ini, Pasukan Garuda telah diterjunkan
dalam ke berbagai kawasan konflik bergabung dengan
pasukan PBB.
Selain melalui Konga, Indonesia tercatat pernah menjadi
anggota tidak tetap Dewan Keaman PBB, yaitu pada :
Tahun 1973-1974
Tahun 1995-1996
Tahun 2007-2008
Dalam konteks ASEAN Indonesia ikut serta menciptakan
tatan kawasan di bidang perdamaian dan keamanan, serta
peran aktif di berbagai forum pembahasan isu pelucutan
senjata dan nonproliferasi nuklir.

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai