Anda di halaman 1dari 52

TRAUMA THORAKS

Oleh :
Anekke Dwi A
Dolly Jazmi
Rita Rosita
Ainul Riza

Pembimbing : dr. Yopie A. Habibie,


Sp.BTKV
Bagian/ SMF Ilmu Bedah FK UNSYIAH/ RSUD dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh
2016

PENDAHULUAN
Adalah semua rudapaksan yang
terjadi pada dinding, cavum thorak
dan juga isinya. Dapat disebabkan
oleh trauma tumpul dan tajam.
Cedera thoraks menduduki peringkat
ketiga
terbanyak pada kasus-kasus
trauma. Dapat bermanifestasi sebagai
gangguan yang mengancam jiwa.

Cedera thoraks sering disertai


dengan cedera perut, kepala, dan
ekstremitas sehingga
merupakan
cedera multipel.

TRAUMA THORAKS

Kompresi
Ledakan

Benturan

Tumpul

Luka
tembak
Tikama
n

Tajam

Hematothoraks

Terakumulasinya darah
pada rongga thoraks
akibat trauma tumpul atau
tembus pada dada

Biasanya terjadi karena


cedera di dada, penyebab
lainnya adalah pecah
pembuluh darah atau
kebocoran aneurisma
aorta yang kemudian
mengalirkan darahnya ke
rongga pleura

Etiologi

Hematothoraks dapat dibagi berdasarkan


penyebab:

1. Hematotoraks spontan: Primer (ruptur blep),


sekunder (infeksi, keganasan)

2. Hematothoraks yang di dapat: Iatrogenic,


Barotrauma, dan trauma

Massive Hematothoraks

Akumulasi darah cepat > 1,5 liter di rongga pleura

Etiologi :

Luka tembus merobek p. Darah sistemik

Manifestasi Klinis

Adanya tanda-tanda syok

Sesak nafas

Nyeri dada

Pergerakan dada asimetris antara kiri saat statis


dan dinamis

Suara nafas menghilang

Perkusi redup pada sisi dada yang mengalami


trauma

Tatalaksana

Tujuan:

Evakuasi darah dan pengembangan paru secepatnya

Penanganan hemodinamik segera untuk menghindari


kegagalan sirkulasi

WSD (pada 90% kasus)

Operasi torakotomi cito (eksplorasi) STOP


perdarahan Bila darah yang dikeluarkan dari
selang dada sebanyak 1500 cc atau lebih dari
2000 cc/jam selama 2-4 jam

Fraktur Clavicula

Sering ditemukan (isolated, atau disertai trauma


thoraks atau disertai trauma pada sendi bahu

Lokasi fraktur umumnya pada baguan tengah (1/3


tengah)

Gambaran Klinis: deformitas, nyeri pada lokasi


trauma

Tatalaksana

Konservatif: verban figure


of eight sekitar sendi
bahu, pemberian
analgetika

Operatif: Fiksasi Internal

Komplikasi: Timbulnya
malunion fracture dapat
mengakibatkan
penekanan pleksus
brakialis dan pembuluh
darah subklavia

Fraktur Sternum

Disebabkan trauma langsung pada daerah


sternum

Lokasi fraktur bagian tengah atas sternum dan


sering disertai fraktur iga

Adanya fraktur sternum dapat disertai beberapa


kelainan serius, seperti: kontusio/laserasi jantung,
perlukaan bronkus atau aorta

Tanda dan gejala:

Nyeri terutama di area


sternum, krepitasi

Ro Thoraks lateral
: ditemukan garis
fraktur, atau
gambaran
sternum yg
tumpang tindah

Tatalaksana

Untuk fraktur tanpa


dislokasi Fragmen :
Analgetika, observasi
tanda adanya laserai atau
kontusio jantung

Untuk Fraktur dengan


dislokasi atau fraktur
fragmented: tindakan
operatif untuk stabilisasi
dengan sternal wire

PNEUMOTORAKS

Definisi

Suatu kondisi adanya udara didalam rongga


pleura. Pada kondisi normal, rongga pleura tidak
terisi udara sehingga paru-paru dapat leluasa
mengembang terhadap rongga dada.

Etiologi

Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi


udara yang berasal dari alveolus akan memasuki
kavum pleura. Keadaan ini biasa sering disebut
closed pneumothorax.

Robeknya dinding dada dan pleura parietalis


sehingga terdapat hubungan antara kavum pleura
dengan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi
lebih besar dari 2/3 diameter trakea, maka udara
cenderung melewati lubang tersebut dibanding
traktus respiratorius.

Anatomi sistem respiratorius

Dinding thorax terdiri atas kulit, fascia, saraf, otot,


dan tulang. Kerangka thorax terdiri dari vetebra
thoracica dan discus intervertebralis, costae, dan
cartilago costalis, serta sternum. Otot-otot
pernafasan pada dinding dada :

= otot-otot inspirasi : M. Intercostalis externus, M.


Levator costae, M. Serratus posterior superior, M.
Scalenus
= otot-otot ekspirasi : M. Intercostalis internus, M.
Transversus thoracis, M. Serratus posterior
inferior, M. Subcostalis.

Traktus respiratorius dibedakan menjadi dua,


yaitu traktus respiratorius bagian atas dan bawah.

= bagian atas : cavum nasi, nasofaring, hingga


orofaring.
= bagian bawah : laring, trachea, bronchus,
bronchiolus, ductus alveolaris, dan alveolus.

Patofisiologi

Paru-paru--pleura parietalis & pleura visceralis


cavum pleura (cairan serous jaringan)

Proses respirasi ada 2 tahap : fase inspirasi


(tekanan intrapleura :-9 s/d -12 cm H2O, dan
ekspirasi (tekanan intrapleura : -3 s/d -6 cmH2O).

Pneumothorax ---adanya udara pada cavum


pleura---tekanan negatif intrapleura tidak
terbentuk---mengganggu proses respirasi.

Klasifikasi dan
penatalaksanaan
Pneumotoraks

Simpel

Pneumotoraks yang tidak diserta


peningkatan intra thoraks yang progresif.
Ciri-ciri :

paru-paru pada sisi yang terkena akan


kolaps (partial atau total)

Tidak ada mediastinal shift

Pemeriksaan Fisik : bunyi nafas menurun,


hypersonor, pengembangan dada mnurun

Penatalaksanaan : Water Sealed Drainage


(WSD)

Pneumotoraks Tension

Pneumotoraks yang disertai


peningkatan tekanan intra toraks
yang progresif, terdapat mekanisme
ventil (udara dapat masuk secara
bebas, tetapi tidak dapat keluar)
Ciri-ciri :

Terjadi peningkatan intra toraks


yang progresif, sehingga terjadi :
kolaps total paru, mediastinal shift,
deviasi trakea, venous rectum
menurun.

Penatalaksanaan : dekompresi
segera : large bore needle insertion

Water sealed drainage (WSD)

Pergeseran
mediastinum ke
kiri

Open pneumotoraks

Terjadi karena luka terbuka yang


cukup besar pada dada sehingga
udara dapat keluar dan masuk
rongga intra toraks dengan
mudah. Tekanan intra toraks akan
sama dengan tekana udara luar.
Dikenal juga sebagai sucking
wound.

Penatalaksanaan : luka tidak


boleh ditutup rapat Pasang WSD
dahulu baru tutup luka.
Singkirkan adanya perlukaan /
laserasi pada paru-paru atau
organ intra toraks lain. Umumnya
disertai dengan perdarahan.

FLAIL CHEST
DEFINISI
Flail Chest adalah keadaan klinis
gerakan
dinding
dada
yang
"melayang" (flail) oleh sebab
adanya
fraktur
iga
multipel
berturutan > 2 costae, dan
memiliki garis
fraktur 2
(segmented) pada tiap costae
padaanterolateral dinding dada
Tingkat kematian 20%-40%
Kematian meningkat dengan
usia lanjut
Tujuh patah tulang rusuk
atau lebih
syok
cedera kepala

FLAIL CHEST
MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri
: nyeri lokal dan
nyeri
pada gerak napas.
2. Gerakan
paradoksal
dinding dada pada inspirasi dan
ekspirasi
3. Krepitasi iga akibat fraktur iga

FLAIL
CHEST
KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi dapat berupa
gagal napas karena:
Kontusio paru
Kekuatan tumpul dari cedera
biasanya menghasilkan kontusio
paru yang mendasari
Berhubungan dengan cedera
intratoraks

FLAIL CHEST
Penatalaksanaan

TATALAKSANA
Terapi awal yang
diberikan
adalah
pemberian ventilasi
adekuat dan resusitasi
cairan.

Terapi definitif ditujukan


untuk
mengembangkan
paruparu dan berupa
oksigenasi yang cukup serta
pemberian
cairan dan
analgesia
untuk
memperbaiki ventilasi

KONTUSIO PARU
DEFINISI
Kontusio paru adalah cedera parenkim yang paling
sering, biasanya muncul 6 jam pasca
traumathoraks. Biasanya akan sembuh setelah 72
jam pasca trauma.
Kontuiso paru merupakan memar atau peradangan
pada yang dapat terjadi pada cedera tumpul dada
akibat kecelakann kendaraan atau tertimpa benda
berat

GEJALA KLINIS
- Takikardi
- Dyspnue
- Bronchoorhea/ sekresi bercampur darah
- Hipoksia
- Hipoksemia
- Sianosis
- Pada kasus berat gejala dapat terjadi cepat
3-4 jam setelah trauma

KONTUSIO PARU
GAMBARAN RADIOLOGI

Rontgen Thoraks
Menunjukkan memar
paru yang berhubungan
dengan patah tulang dan
emfisema subkutan.
Rontgen thoraks
menunjukkan gambaran
infiltrat, tanda infiltrat
kadang tidak muncul
dalam 12-24 jam

KONTUSIO PARU
GAMBARAN RADIOLOGI

CT SCAN THORAX
Akan menunjukkan
gambaran kontusio
lebih awal.

TAMPONADE
JANTUNG

Definisi
Tamponade jantung merupakan kompresi akut
pada jantung yang disebabkan oleh peningkatan
tekanan intraperikardial akibat pengumpulan darah
atau cairan dalam pericardium dari rupture jantung
(250 cc bila pengumpulan cairan tersebut
berlangsung cepat, dan 100 cc bila pengumpulan
cairan
tersebut
berlangsung
lambat)
yang
menyebabkan
penurunan
pengisian
ventrikel
disertai gangguan hemodinamik, dimana ini
merupakan salah satu komplikasi yang paling fatal
dan memerlukan tindakan darurat.

Etiologi
Tamponade jantung bisa disebabkan
karena neoplasma, perikarditis, uremia dan
perdarahan ke dalam ruang pericardial
akibat trauma, operasi, atau infeksi.
Penyebab tersering adalah neoplasma,
idiopatik
dan
uremia.
Perdarahan
intraperikard juga dapat terjadi akibat
katerisasi
jantung
intervensi
koroner,
pemasangan pacu jantung, tuberculosis, dan
penggunaan antikoagulan.

Gejala klinis
Diagnosis klasik Trias Beck:
1. Peningkatan tekanan vena jugular
(JVP)
2. Hipotensi
3. Suara jantung menjauh

Gejala klinis
# Pulsus paradoksus : keadaan fisiologis dimana terjadi
penurunan dari tekanan darah sistolik selama inspirasi
spontan.
Bila penurunan > 10 mmHg tanda tamponade jantung.
Pulsus paradoksus terjadi karena pembesaran ventrikel kanan
akibat inspirasi menekan septum dan rongga ventrikel kiri
mengurangi volume ventrikel kiri dan menurunkan curah
jantung sekuncup
# Kussmaul sign peningkatan distensi dan tekanan vena
secara paradoksal selama inspirasi.
# Ewart sign dikenal juga Pins sign, diobservasi pada pasien
dengan efusi perikardial luas. Didapatkan area redup, dengan
suara bronkial dan bronchophony di bawah sudut skapula kiri.

Gejala klinis
# (+) precardial friction rub
# Lihat kemungkinan ada jejas trauma di daerah
perikardium atau yang diperkirakan menembus
jantung.
# Gelisah, cemas
# Nyeri dada (Menjalar ke leher, bahu, punggung
atau abdomen, sharp, stabbing dan memburuk jika
bernafas dalam)
# Dyspnea
# Takikardi, takipnea
# Kulit pucat, dingin, sianosis

Penegakkan
diagnosis

Anamnesis ( gejala dan tanda, riwayat dan


mekanisme trauma)
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang ( radiologi,
laboratorium, EKG)

Pemeriksaan
penunjang

Rontgen standar
foto servikal,
thoraks, dan pelvis
Rontgen thoraks
menunjukkan
cardiomegali,
dengan gambaran
jantung water
bottle-shaped
heart, klasifikasi
perikardial

Pemeriksaan
penunjang

EKG
Didapatkan PEA (Pulseless Electric Activity),
sebelumnya dikenal sebagai Electromechanical
Dissociation, dimana pada EKG didapatkan irama
sedangkan pada perabaan nadi tidak ditemukan
pulsasi.
PEA Amplitude gelombang P dan QRS
berkurang pada setiap gelombang berikut.
PEA dapat ditemukan pada tamponade jantung,
tension pneumothorax, hipovolemia, atau ruptur
jantung.
EKG juga digunakan untuk memonitor jantung
ketika melakukan aspirasi perikardium.

Penatalaksaan
Primary Survey ( Airway, Breathing,
Circulation,
Disability,
dan
Exposure/Environment)
Secondary Survey ( APMLE, pemeriksaan
fisik)
Terapi definitif ( torakotomi di ruang
operasi)
Rujuk

Penatalaksaan

Perikardiosentesis
Evakuasi cepat darah dari
perikard merupakan indikasi bila
os dengan syok hemoragik tidak
memberikan respon pada
resusitasi cairan dan
kemungkinan tamponade jantung.
Perikardiosentesis merupakan
tindakan aspirasi efusi perikard
atau pungsi perikard.
Monitoring EKG untuk
menunjukkan tertusuknya
miokard ( voltase gelombang T
atau terjadi disritmia).
Lokasi : seringnya di
subxyphoid

Penatalaksaan
Teknik:
a) Pasien disandarkan pada sandaran dengan sudut 45
memungkinkan jantung ke posterior menjauhi dinding
thorax.
b) Lakukan tindakan aseptik dan anestesi lokal dengan
prokain 2% atau xilokain 2%.
c) Jarum nomer 18-16 dihubungkan dengan spuit 20-50 ml
dihubungkan dengan pemantau EKG melalui aligator atau
hemostat.
d) Arahkan jarum ke posterosepalad, membentuk sudut 450
dengan permukaan dinding dada.
e) Tusukan jarum 2-4 cm sampai terasa tahanan lapisan
perikard

Penatalaksaan

f) Bila jarum pungsi menembus perikard dan kontak dengan


otot jantung, akan timbul elevasi segmen ST (injury) dan
ekstrasistol ventrikel dengan amplitude tinggi. Bila hal ini
terjadi, maka jarum pungsi harus ditarik sedikit dan di
arahkan ketempat lain.
g) Apabila cairan perikard kental, dapat dipakai trokar yang
lebih besar.
h) Apabila tidak diperoleh cairan yang mengalir, jarum
ditarik perlahan-lahan dan ditusuk kembali ke arah lain atau
lebih dalam sedikit.
i) Hindarkan tusukan yang tiba-tiba, kasar atau pemindahan
arah tusukan secara kasar. Perubahan arah tusukan harus
dilakukan secara perlahan tepi konstan sambil diisap secara
kontinyu.

Penatalaksaan

j) Kateter vena sentral dapat dipasangkan melalui jarum


tersebut dan dibiarkan di tempat yang memungkinkan
tindakan aspirasi periodik untuk mencegah pengumpulan
cairan kembali.
k) Setelah selesai, cabut jarum dan pasang perban di atas
tempat pungsi.

Komplikasi
Karena tindakan:
Laserasi dinding ventrikel
Aritmia
Laserasi a. Mamaria interna
Perikarditis purulen
Reaksi vasovagal
Pneumothorax
Edema pulmonal
Syok kardiogenik
Kematian.

Prognosa
Tergantung pada managemen kondisi
dan penyakit dasar penyebab
tamponade.

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai