Anda di halaman 1dari 18

Tugas Mata Kuliah Stratigraf

Korelasi
Kronostratigraf
PROGRAM STUDI GEOFISIKA
DEPARTEMEN GEOFISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016

Anggota Kelompok

Denis Candra

140710140033

Syauqi lenterano E. I.

140710140035

Faisal Manurung

140710140036

Hazman Abdurrahman

Faiz Fauzan

Afat

Imam Irsyad N

140710140040

Raymond J. T. P.

140710140041

Eva Rahmawati

140710140042

140710140037
140710140038
140710140039

Chronocorrelation

Korelasi kronostratigrafk adalah korelasi yang menggambarkan


kecocokan dalam umur dan posisi kronostratigrafk dari unit
stratigrafk. Metode untuk menentukan kesamaan umur dari
starata yaitu magnetostratigrafk dan teknik biologi . Beberapa
metode lain dari korelasi waktu stratigrafk adalah korelasi oleh
short time depositional events, korelasi berdasarkan
transgressive-regressive events, korelasi oleh stable isotope
events, dan korelasi oleh absolutes ages.

Chronocorrelation

Korelasi event merupakan bagian dasar dari apa yang dikenal


saat ini sebagai event stratigraf. Event stratigraf fokus pada
peristiwa spesifk yang menghasilkan unit stratigraf atau
rangkaian daripada karakteristik fsis atau biologis. Peristiwa atau
event dapat dianggap memiliki skala yang berbeda tergantung
pada durasi, intensitas, dan efek geologi. Beberapa peristiwa
konvulsif luar biasa energik, terjadi dengan cepat, dan memilki
pengaruh reigonal (contoh gempa bumi, erupsi gunung berapi,
tsunami besar, dll). Peristiwa ini boleh jadi menghasilkan efek
yang luas, termasuk kepunahan massal. catatan stratigraf
cenderung terlalu menekankan gangguan yang luar biasa
(Schleicher, 1992).

Chronocorrelation

Dalam kronokorelasi, peristiwa harus terjadi secara tiba-tiba,


sehingga menghasilkan perubahan litologi, kimia, biologi, dan
atau paleomagnetisme yang dapat dikenali. Peristiwa fsis yang
memenuhi keadaan tersebut termasuk tsunami, petir, banjir,
aliran gravitasi sedimen, erupsi volkanik, dampak meteorit dan
komet, dll).

Banyak peristiwa lingkup lokal atau daerah. Namun, beberapa


menghasilkan kejadian deposit global yang dapat dilacak,
menahan kemungkinan kejadian stratigraf global (Barnes et al,
1996;. Wallister, 1996).

Menggabungkan beberapa jenis peristiwa untuk mengidentifkasi


hubungan horizon dikenal sebagai peristiwa stratigraf berresolusi tinggi (Kauffman, 1988).

Korelasi Dengan Peristiwa


Pengendapan Jangka Pendek

Beberapa peristiwa menghasilkan petunjuk lapisan, atau


penanda lapisan, yang dapat ditelusuri dalam singkapan atau
bagian bawah permukaan untuk jarak jauh. Penanda lapisan ini
berguna untuk korelasi stratigraf waktu, serta untuk korelasi
lithostratigraf, jika pengendapan merupakan hasil dari peristiwa
geologi yang terjadi secara instan. Peristiwa pengendapan jangka
pendek yang paling mencolok adalah hujan abu dari letusan
gunung berapi, yang dapat berlangsung dalam 1 sampai 10 hari.

Lapisan terbentuk dari hujan abu yang disebut lapisan abu,


lapisan tephra, lapisan bentonit (jika abu berubah menjadi
bentonite tanah liat), atau lapisan tuff. Abu yang jatuh dari
letusan tunggal dapat menghasilkan lapisan abu dengan
ketebalan beberapa sentimeter yang dapat menutupi ribuan
hingga ratusan kilometer persegi.

Korelasi Berdasarkan Peristiwa


transgresif-Regresif

Sebuah pendekatan yang berbeda untuk peristiwa korelasi


digambarkan oleh korelasi lokal berdasarkan posisi dalam
rangkaian transgresif-regresif atau siklus (Ager, 1993b) ini
didasarkan pada korelasi puncak sesuai siklus sedimen simetris
yang diduga sinkron.

Korelasi Isotop Stabil

Variasi dari kelimpahan isotop stabil nonradioaktif di laut dan


fosil, berkaitan dengan isotop geokimia yang stabil (e.g, Valley
and Cole, 2001) yang bisa digunakan sebagai alat untuk korelasi
kronostratigraf di sedimen laut. Bukti geokimia menunjukan
adanya komposisi isotopik dari oksigen, karbon, belerang dan
strontium di lautan telah mengalami fluktuasi yang besar, atau
ekskursi, pada geologi lampaufluktuasi yang telah terekam
sedimen laut. Variasi pada komposisi isotopik dari sedimen atau
fosil memudahkan geokimiawan untuk menyusun kurva
komposisi isotopis yang dapat digunakan sebagai tanda
stratigraf untuk tujuan korelasi.

Korelasi Isotop Stabil


Kebanyakan
di laut mengandung oksigen-16. Oksigen-18 lebih jarang

dijumpai (sekitar 0.2 persen dari total oksigen), tetapi ada dalam
jumlah yang dapat terukur. Rasio dari O 18/O16 di lautan pada pada
waktu tertentu di masa lalu disusun menjadi mineral karbonat laut
kontemporer dan kerang kalsium karbonat dari organisme laut
sebagai rekaman permanen dari komposisi isotopik dari laut pada
waktu itu.

Fluktuasi rasio isotop oksigen di laut dengan waktu sehingga muncul


dalam catatan geologi sebagai fluktuasi rasio isotop dari karbonat
laut dan fosil. Klasifkasi sedimen laut dalam atas dasar rasio isotop
oksigen dalam cangkang organisme laut berkapur, terutama
foraminifers, telah melahirkan sebuah stratigraf baru untuk sedimen
Kuarter. Metode stratigraf ini sering disebut sebagai stratigraf isotop
oksigen.

Hubungan dari paleotempratur laut (T) pada komposisi oksigen


isotopis telah ditunjukan oleh Shackelton (1967) menjadi:

Isotop Karbon

13

C menunjukan rasio dari isotop karbon,

13

C dihitung pada karbonat di laut.

13

ACM = atmospheric carbon masses

Bisofer

Atmosfer

Deposit karbon organik

Sehingga pada dasar laut (HCO3-), nilai

Pergantian karbon diantara bisofer, atmosfer, dan lautan menjadi skala waktu
dari 10 - ribuan tahun.

Diantara reservoir dan sedimen, skala waktu 100 ribu -jutaan tahun.

13

C/12C, dimana 12C lebih melimpah.

C berasal dari biosfer (tanah), atmosfer, deposit karbon di laut, dan sedimen
karbonat.
13

C=-23 3 ACM
13

C=-6, 1 ACM
13

C=-20 -2ACM
13

C=0 60 ACM

Isotop Karbon

Sulfur isotrop

Sulfur memiliki memiliki 4 isotop stabil (dapat dilihat pada tabel 15.3)
dimana sulfur-32 memiliki kandungan relatif yang paling berlimpah.

Komposisi isotop sulfur di nyatakan pada notasi sebagai berikut dalam


bagian perseribu% :

Umumnya standar pengukuran isotop sulfur yang digunakan adalah sulfur


dalam senyawa troilite (FeS) dari batuan besi meteorit Canyon Diablo
(COT). Batuan ini mempunyai rasio kelimpahan isotop (34)S / (32)S
sebesar 22,22. Pemilihan standar ini adalah dianggap tepat karena nilai
34S batuan troilite dari meteorit tersebut mendekati nilai rata-rata skala
nilai 34S . Selain itu komposisi isotop sulfur dalam batuan beku (igneous
rocks) sangat sama dengan batuan meteorit. Hal ini mengandung
konsekuensi bahwa nilai 34S suatu contoh sulfur dari terrestrial dipakai
sebagai suatu ukuran perubahan yang terjadi pada komposisi isotop sulfur
sejak awal terbentuknya bumi [21,22].

Strontium Isotopes

Sontrium mempunyai 4 prinsip isotop (lihat table 15.3), yang mana 87Sr
dan 86Sr menjadi perhatian disini. Kelimpahan yang relative ditunjukan
pada table 15.3 agak bervariable karena 87Sr adalah bawahan dari
radiogenik 87sr isotope, pada sebelumnya sudah dibahas. Pada saat ini
kuantitas dari 87Sr adalah sebagian kecil dari jumlah awal pada 87Sr
dalam bumi ditambah jumlah dari radiogenic 87Sr dan dihasilkan dari
kerusakan 87Rb dengan melewati waktu.

Perbandingan strontium isotope dari air laut adalah konstan diseluruh


lautanpada setiap waktu tapi mempunyai variasi terhadap waktu karena
variasi pada strontium diberikan oleh tiga proses ini. Variasi di
pegunungan vulkanik di tengah laut dan efek dari perubahan iklim dunia
pada pelapukan dan aliran sungai diberikan kendali yang paling penting.
Strontium dihilangkan dari lautan dengan kopresipitasi dengan kalsium
pada kalisum karbonat mineral. Karena itu, analisa dari karbonat pada
laut dengan berbagai waktu membuat komposisi strontium isotope dapat
di tentukan terhadap waktu.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai