Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN

PENDAHULUAN
STUDI KELAYAKAN PENGADAAN LAHAN
TEMPAT PENGOLAHAN AKHIR (TPA)
PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN
2016

LATAR BELAKANG
Kota merupakan lanskap buatan manusia yang terjadi akibat

aktivitas manusia dalam mengelola lingkungan untuk


keperluan hidupnya. Salah satu dampak pembangunan kota
yang terus berlangsung, terutama pada kota-kota yang yang
mulai berkembang, adalah naiknya jumlah sampah.
Untuk mengatasi masalah produk sampah sudah tentu
dibutuhkan TPS (Tempat Pembuangan Sampah) sementara
dan selanjutnya akan diangkut dan dibuang ke TPA (Tempat
Pengolahan Akhir) sampah.
Namun
seiring
bertambahnya
penduduk
kota
Padangsidimpuan, cepat atau lambat akan dibutuhkan lokasi
yang baru untuk TPA. Mengingat pertumbuhan kota yang
terus menerus maka dibutuhkan TPA yang baru.

MAKSUD DAN TUJUAN


MAKSUD
Kegiatan

Studi Kelayakan Pengadaan Lahan TPA Kota


Padangsidimpuan Tahun 2016 ini dimaksudkan sebagai
upaya untuk merencanakan pengembangan dan optimalisasi
sarana persampahan, khususnya pengembangan Tempat
Pengolahan Akhir (TPA) di Kota Padangsidimpuan.

TUJUAN

Menentukan lokasi Tempat Pengolahan Akhir (TPA).


Mengetahui seberapa besar manfaat yang dihasilkan dari

pembangunan Tempat Pengolahan Akhir (TPA).


Mengetahui besaran intervensi yang diperlukan.

LOKASI
Desa

Aek
Najaji,
Padangsidimpuan Batunadua.

Kecamatan

Desa Simirik, Kecamatan Padangsidimpuan

Batunadua.
Desa

Batang
Bahal,
Padangsidimpuan Tenggara.

Kecamatan

DASAR HUKUM
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun


1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2034)
UU. No.32/2004 tentang Pemerintahan Daerah;
UU. No.17/2007 tentang rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional;
UU. No.26/2007 tentang Penataan Ruang;
UU. No.2/2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum;
PP. No. 27/1999 tentang Amdal;
PP. No.18 jo 85/1999 tentang Limbah B3;
Perda Kota Padangsidimpuan Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Padangsidimpuan 2012-2032.

KERANGKA BERFIKIR

PENGERTIAN SAMPAH
Menurut Kodoatie (2003:312) sampah adalah segala

buangan akibat aktifitas manusia dan hewan, biasanya


berupa padatan yang dianggap tidak berguna lagi.
Menurut Azwar (1990:53), sampah dalam ilmu
kesehatan lingkungan (refuse) sebenarnya hanya
sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak
digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau harus
dibuang.
Dengan kata lain sampah adalah sisa-sisa bahan yang
mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena telah
diambil bagian utamanya, atau karena pengolahan
dan sudah tidak ada manfaatnya

SUMBER DAN PRODUKSI SAMPAH


Menurut Tchobanoglous (1997:51-52) sumber
sampah dibedakan atas 7 (tujuh) katagori,
yaitu:
1. Pemukiman,
2. Kawasan komersial,
3. Kawasan perkotaan,
4. Kawasan industri,
5. Ruang terbuka,
6. Lokasi pengolahan pertanian,
7. Kawasan pertanian.

SUMBER TIMBULAN SAMPAH


Menurut Standar Nasional Indonesia Nomor T-13-1990-F

yang dikeluarkan Departemen Pekerjaan Umum pengertian


timbulan sampah atau produksi sampah adalah banyaknya
sampah yang dihasilkan suatu wilayah perhari, dinyatakan
dalam satuan volume ataupun dalam satuan berat.
Lokasi yang menjadi sumber timbulan sampah antara lain :
1. Sampah domestik, yaitu sampah yang dihasilkan oleh
aktivitas manusia secara langsung seperti sampah rumah
tangga, sekolah, dan pusat keramaian.
2. Sampah non domestik, yaitu sampah yang dihasilkan
oleh aktivitas manusia secara tidak langsung, seperti:
sampah industri, pertanian, peternakan, kehutanan, dan
transportasi.

PENGELOLAAN SAMPAH
Secara umum pengelolaan sampah di perkotaan

dilakukan melalui 3 tahapan kegiatan, yakni:


Pengumpulan Sampah. Pengumpulan
sampah dilakukan mulai dari tempat
asalnya, seperti rumah-rumah, kantorkantor dan sumber penghasil sampah
lainnya.
Pengangkutan Sampah. Sampah yang
terkumpul di TPS kemudian diangkut
dengan truk khusus.
Penimbunan Akhir. Sampah yang tidak
dimanfaatkan
lagi
diangkut
menuju
penampungan akhir (TPA).

PENGOLAHAN SAMPAH
Beberapa pendekatan teknologi pengelolaan sampah, dikemukakan oleh
Tusy (1999:5), yaitu:
1. Penanganan
sampah
terintegrasi
(integrated
solid
wste
management),dilakukan melalui hirarki pengelolaan sebagai berikut:
Pengurangan sampah pada sumbernya (source reduction). Daur ulang
sampah melalui pemisahan dan pengelompokan sampah. Transformasi
limbah dalam upaya merubah bentuk sampah melalui proses fisika, kimia
maupun biologi. Landfilling, cara ini merupakan alternatif terakhir dan
dilakukan terhadap sampah yang tidak dapat didaur ulang dan tidak
dapat dimanfaatkan lagi.
2. Teknologi proses dan pemisahan sampah, teknologi ini digunakan untuk
pemisahan pemrosesan bahan sampah.
3. Teknologi konversi secara thermal, teknologi ini digunakan untuk
mengurangi volume sampah sekaligus untuk mendapatkan energi
4. Teknologi konversi secara biologis, teknologi ini digunakan untuk
memanfaatkan sampah melalui proses biologis yang dapat menghasilkan
kompos, energi (gas methan) atau gabungan keduanya.
5. Teknologi konversi secara kimiawi, cara ini digunakan untuk memproses
sampah dengan menghasilkan produk kimia seperti glukosa, furtural,
minyak, gas sintetis, selulosa asetat.

Sedangkan pendekatan pengolahan sampah lainnya, menurut

standar SKSNI T-13-1990-F tentang tata cara pengelolaan teknik


sampah perkotaan yang diterbitkan oleh Yayasan LPMB
Puslitbang Permukiman PU Bandung, adalah:
1. Pengomposan (composting).
2. Berdasarkan kapasitas (Individu, komunal, skala lingkungan).
3. Berdasarkan
proses
(alami,
Kascing,
biologis
dengan
mikroorganisme).
4. Pembakaran.
5. Daur ulang sampah anorganik disesuaikan dengan jenis
sampah.
6. Menggunakan kembali sampah organik sebagai makanan
ternak.
7. Pemadatan.

PERSYARATAN UMUM LOKASI TPA


Sudah

tercakup dalam perencanaan tata


ruang kota dan daerah.
Jenis tanah kedap air.
Daerah yang tidak produktif untuk pertanian.
Dapat dipakai minimal untuk 5 10 tahun.
Tidak membahayakan/mencemarkan sumber
air.
Jarak dari daerah pusat pelayanan maksimal
10 km.
Daerah yang bebas banjir.

METODE PENGELOLAAN SAMPAH DI


TPA
Lahan urug terbuka atau open dumping (tidak dianjurkan), dalam

halpengelolaan ini sampah hanya dibuag atau ditimbun disuatu tempat.


Penimbunan terkendali (controlled landfill), merupakan teknologi
peralihan antara open dumping dengan sanitary landfill. Pada metode
controlled landfill dilakukan penutupan sampah dengan lapisan tanah
secara berkala.
Lahan urug saniter (sanitary landfill), pada metode ini sampah di TPA
ditutup dengan lapisan tanah setiap hari sehingga pengaruh sampah
terhadap lingkungan akan sangat kecil.
Lahan
urug saniter yang dikembangkan (improved sanitary
landfill).Salah satu pengembangan dari motode sanitary landfill adalah
model Reusable Sanitary Landfill (RSL) RSL merupakan teknologi
penyempurna sistem pembuangan sampah yang berkesinambungan
dengan menggunakan metode Supply Ruang Penampungan Sampah
Padat.

KRITERIA PEMILIHAN LOKASI TPA


Kriteria Regional, yaitu kriteria yang

digunakan untuk menentukan zona layak atau


zona tidak layak sebagai berikut:
1. Kondisi geologi, tidak berlokasi di zona
holocene fault dan tidak boleh di zona
bahaya geologi.
2. Kondisi hidrogeologi, Tidak boleh
mempunyai muka air tanah kurang dari 3
meter. Tidak boleh kelulusan tanah lebih
dari 10-6 cm/det. Jarak terhadap sumber
air minum harus lebih besar dari 100
meter.

Kriteria penyisih yaitu kriteria yang digunakan untuk

memilih lokasi terbaik, di antaranya yaitu:

1. Iklim
2. Utilitas
3. Lingkungan Biologis
4. Kondisi tanah
5. Demografi
6. Batas administrasi
7. Kebisingan
8. Bau
9. Estetika
10.Ekonomi

DAMPAK SAMPAH TERHADAP


MANUSIA DAN LINGKUNGAN
Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat

karena virus yang berasal dari sampah dengan


pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum.
Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur
kulit).
Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai
makanan. Salah satu contohnya adalah suatu
penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia).
Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernakan
binatang ternak melalui makanannya yang berupa
sisa makanan/sampah.
Sampah beracun

PROFIL KOTA PADANGSIDIMPUAN


Kota Padangsidimpuan terletak pada 432 Km dari

Kota Medan merupakan salah satu daerah yang


berada di bagian barat Propinsi Sumatera Utara dan
merupakan kota terluas dibagian barat Propinsi
Sumatera Utara. Kota Padangsidimpuan terletak
pada garis 1 0800 1 02800 Lintang Utara dan
garis bujur 99 01300 99 02000 Bujur Timur dan
berada pada ketinggian 260 sampai dengan 1.100
meter diatas permukaan laut. Luas wilayah Kota
Padangsidimpuan mencapai 146,85 km2 yang
dikelilingi oleh beberapa bukit serta dilalui oleh
beberapa sungai dan anak sungai.

PEMBAGIAN KECAMATAN
PADANGSIDIMPUAN 2015

DEMOGRAFI DAN
URBANISASI.
Jumlah penduduk KotaPadangsidimpuan pada

tahun 2015diperkirakan mencapai 209.796


jiwa,dengan luas wilayah sebesar 146,85 km2
maka kepadatan penduduknya mencapai
1.429 jiwa/km2. Kecamatan Padangsidimpuan
Utara merupakan kecamatan yang paling
tinggi
kepadatan
penduduknya
yang
mencapai
4.355jiwa/km2
disusul
oleh
Kecamatan Padangsidimpuan Selatan yang
mencapai 4.090 jiwa/km2.

SEKTOR PERSAMPAHAN
Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) masih


memakai sistem Open Dumping sehingga
masih menimbulkan pencemaran terhadap
lingkungan sekitarnya.
Dari sisi cakupan pelayanan pengelolaan
persampahan juga masih terbatas pada
kawasan pusat bisnis (CBD) dan permukiman
di kawasan perkotaan, hal ini dikarenakan
sarana dan prasarana untuk pengolahan
sampah seperti alat pengumpul, Tempat
Penampungan Sementara (TPS) dan alat
angkut ke TPA masih belum memadai.

PEMILIHAN LOKASI TPA


A. Desa Aek Najaji, Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua

PEMILIHAN LOKASI TPA


B. Desa Simirik, Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua

PEMILIHAN LOKASI TPA


C. Desa Batang Bahal, Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara

PENDEKATAN METODOLOGI
PELAKSANAAN
Metode survey, metode survey lapangan dan

literatur.
Survey Instansi.
Wawancara.

Anda mungkin juga menyukai