Anda di halaman 1dari 11

BAB VI

OPOSISI

PENGERTIAN OPOSISI
Beberapa Pengertian Oposisi diantaranya
adalah sebagai berikut:

Oposisi dalam logika diartikan dengan pertentangan antara


dua pernyataan atas dasar pengolahan term yang sama.
Pertentangan disini diartikan jugaa dengan hubungan logis,
yaitu hubungan yang di dalamnya terkandung adanya suatu
penilaian benar atau salah terhadap dua pernyataan yang
diperbandingkan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, oposisi adalah


pertentangan antara dua unsur bahasa untuk memperlihatkan
arti perbedaan.

Oposisi adalah perbedaan dua kalimat di dalam paragraf, dan


perbedaan itu ada yang benar dan ada yang salah

MACAM-MACAM HUBUNGAN
LOGIKA
1.Hubungan independen (tak bertautan): dua pernyataan
mempunyai hubungan independen manakala keduanya
menampilkan permasalahan yang sama sekali terpisah,
serupa pernyataan berikut:
Kuda Sumbawa Kuat-kuat.
Pohon asam berakar tunggang.
Hubungan independen mempunyai tabiat: benar salahnya
pernyataan pertama tidak dapat dipakai menentukan
benr salahnya pernyataan lain. Kebenaran pernyataan
Kuda Sumbawa kuat-kuat tidak dapat dipakai
menentukan benar salahnya pernyataan Pohon asam
berakar tunggang; begitu pula sebaliknya.

2.Hubungan ekuivalen (persamaan): dua pernyataan


mempunyai hubungan hubungan ekuivalen manakala
keduanya mempunyai makna yang sama seperti:
Semua besi adalah logam.
Sebagian logam adalah besi.
Hubungan ekuivalen mempunyai tabiat: benar
salahnya pernyataan yang satu menentukan benar
salahnya pernyataan yang lain. Dengan kata lain, bila
pernyataan yang satu benar maka benar pula
pernyataan yang lain; bila pernyataan yang satu salah
yang lain mengikuti juga.

3.Hubungan kontradiktori (pertentangan): dua pernyataan


mempunyai hubungan kontradiktori manakala keduanya terdiri
dari term subyek dan predikat yang sama tetapi berbeda dalam
kualitas maupun kuantitas. Hubungan kontradiktori terdapat
antara pasangan pernyataan A dan O atau Pasangan E dan I,
seperti:
A: Semua yang sukses rajin.
O: Sebagian yang sukses tidak rajin.
E: Semua orang saleh tidak pendengki.
I: Sebagian orang saleh pendengki.
Sepasang permasalahan kontradiktori mempunyai tabiat bila satu
salah yang lain harus benar, dan bila yang satu benar yang lain
harus salah, tidak mungkin benar keduanya atau salah keduanya.

4.Hubungan Kontrari (perlawanan): dua pernyataan


mempunyai hubungan kontrari manakala term
subyek dan predikat kedua pernyataan itu sama,
kuantitasnya sama-sama universal tetapi berbeda
dalam kualitas. Hubungan kontrari terdapat pada
pernyataan A dan E, Seperti :
A: Semua politikus curang.
E: Semua politikus tidak curang
Hubungan kontrari mempunyai tabiat: salah satu
pernyataan harus salah dan bisa salah keduanya.

5.Hubungan subkontrari (setengah perlawanan): dua


pernyataan mempunyai hubungan sub-kontrari
manakala term subyek dan predikat pernyataan itu
sama, kuantitasnya sama-sama pertikular berbeda
dalam kualitas. Hubungan sub-kontrari terdapat
pada pernyataan I dan O, seperti:
I: Sebagian pedagang kikir.
O: Sebagian pedagang tidak kikir.
Hubungan sub-kontrari mempunyai tabiat: salah satu
pernyataan harus benar dan bisa benar keduanya.

6.Hubungan implikasi (mencakup): dua pernyataan


mempunyai hubungan implikasi manakala term
subyek dan predikat pernyataan itu sama, sama-sama
dalam kualitas tetapi berbeda dalam kuantitas.
Hubungan implikasi terdapat pada pernyataan A dan I
serta pasangan antara E dan O, seperti:
A: Semua mahasiswa komplek C rajin.
I: Sebagian mahasiswa komplek C rajin.
Hubungan implikasi mempunyai sifat: bisa benar
keduanya, salah keduanya, atau satu benar dan satu
salah.

Selanjutnya kita selidiki pernyataan singular. Pernyataan A dan E


dengan subyek dan predikat yang sama sebagai mana kita ketahui
mempunyai hubungan kontratri. Tetapi pernyataan A dan E singular,
dengan subyek dan predikat yang sama mempunyai hubungan
kontradiktori, seperti:
A (singular) : Hasan berbaju hitam.
E (singular) : Hasan tidak berbaju hitam.
Sepasang permasalahan A (singular) dengan subyek yang sama tetapi
predikat berbeda dapat mempunyai hubungan kontrari, seperti:
A (singular): Nurdin pergi ke Yogyakarta.
A (singular): Nurdin pergi ke Solo.

Sepasang permasalahan A (singular) dengan


subyek sama tetapi predikat berbeda dapat
juga mempunyai hubungan independen
seperti:
A (singular): Nurdin pergi ke Yogyakarta.
A (singular): Nurdin anak cerdas.

SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai