Anda di halaman 1dari 16

BANK TANAH

Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali

Nama Kelompok :
Muhammad Dicky Chandra 1308015199
Ikhsan Rais Asyiddiq

1308015210

Aditiya Wicaksono

1308015200

Novia Wulandari

1308015192

Yuni Andriani

1308015204

Misriansyah

1308015208

Selvyra Faradiba Asgar

1308015219

Konsep Bank Tanah


Bank Tanah adalah suatu lembaga yang menyediakan tanah untuk keperluan
pembangunan, sekaligus bertindak selaku pengendali harga tanah, yang tidak
semata-mata mencari untung tetapi lebih bersifat pengelola pertanahan dari segi
pengendalian harga tanah dan mendukung pelaksanaan Rencana Tata Ruang.
Dalam konteks Indonesia, tujuan umum Bank Tanah setidaknya mencakup :

Menjamin terwujudnya rumusan UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3;

Sebagai instrumen pelaksanaan berbagai kebijakan pertanahan dan


mendukung pengembangan wilayah;

Mengendalikan pengadaan, penguasaan dan pemanfaatan tanah secara adil


dan wajar dalam melaksanakan pembangunan.

Fungsi Bank Tanah


Penghimpun Tanah (Land Keeper);
Pengaman Tanah (Land Warrantee);
Pengendali Tanah (Land Purchaser);
Penilai Tanah (Land Valuer);
Penyalur Tanah (Land Distributor);
Pengelola Tanah (Land Manager).

Menurut Rusdianto (2014), mengemukakan terdapat setidaknya 4 prinsip


dasar pembentukan Bank Tanah, yaitu :
Sebagai upaya memberdayakan tanah untuk pencapaian kesejahteraan
rakyat;
Pemerintah berperan penting dalam mewujudkan Bank Tanah sesuai
dengan kewenangannya untuk mengatur dan menyelenggarakan tanah;
Memberikan jaminan ketersediaan tanah melalui upaya peningkatan
daya guna dan hasil guna dalam pemanfaatan tanah;
Melibatkan secara aktif masyarakat khususnya pemilik tanah dalam
manajemen Bank Tanah.

3 Jenis Bank Tanah


Bank Tanah Publik, merupakan Bank Tanah yang penyelenggaraannya
melibatkan lembaga publik, bersifat independen dan memberi
layanan publik yang sepenuhnya berada dibawah kendali pemerintah.
Bank Tanah Swasta, yang penyelenggaraannya melibatkan swasta.
Bank Tanah swasta dapat berupa Bank Tanah investasi, perusahaan
pengembang, kawasan industri, perkebunan, dan lainnya;
Bank Tanah Campuran, yang penyelenggaraannya dilaksanakan
bersama antara pemerintah dan swasta.

Sumber Ketersediaan Tanah Bagi Bank Tanah


Membeli dari masyarakat;
Memanfaatkan tanah pemerintah pusat/daerah;
Memanfaatkan tanah BUMN/BUMD yang dapat berupa pola kemitraan;
Mendayagunakan tanah terlantar. Tanah terlantar sendiri diartikan
sebagai tanah yang sudah diberikan hak oleh Negara, tetapi tidak
dimanfaatkan sesuai dengan keadaannya atau sifat dan tujuan
pemberian hak atau dasar penguasaannya.

Penerapan Konsep Bank Tanah


Penerapan konsep Bank Tanah di Indonesia dapat dilaksanakan. Bentuk
penerapan yang ideal bagi Indonesia ialah sebuah metode One Map
Policy. Gagasan One Map Policy adalah suatu kebijakan pemerintah yang
terintegrasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam
pengaturan dan pengelolaan tanah. Setiap terjadi perubahan kebijakan
tata

ruang

dan

wilayah

di

daerah,

harus

berkoordinasi

dengan

pemerintah pusat dan sebaliknya. Dengan demikian akan terlihat


pemetaan yang jelas mengenai kondisi ketersediaan hingga pada
rencana pemanfaatan tanah.

Kegiatan peng-adaannya, perlu dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :


Pertama, inventarisasi dan penguasaan kembali secara penuh tanah
yang dikuasai negara meliputi tanah bekas HGU, tanah terlantar,
tanah fasos/fasum yang diserahkan developer, tanah aset BPPN,
tanah aset BUMN/BUMD yang belum digunakan, aset idle pada
Kementerian/Lembaga/Pemda, tanah negara dari pencabutan hak dan
tanah negara yang berasal dari pembebasan tanah.

Kedua, pembelian tanah yang mendesak, harus dilaksanakan segera mungkin


untuk digunakan dalam pelaksanaan pembangunan yang sudah direncanakan.
Dalam pengadaan tanah ini, Indonesia dapat mengadopsi skema yang diterapkan di
Guatemala, dimana pemegang hak yang tidak bersedia menjual tanahnya kepada
negara untuk kepentingan umum akan dikenakan pajak yang sangat tinggi.
Ketiga, pengadaan tanah untuk dicadangkan (invesment) Sebagai bank tanah,
tentunya perlu memiliki cadangan tanah yang cukup dan harus selaras dengan
rencana pembangunan jangka panjang pemerintah.

Penerapan konsep Bank Tanah di Indonesia ini semakin kuat dengan


adanya Undang-Undang Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah
untuk Pembangunan bagi Kepentingan Umum yang menjadi payung
hukum

dalam

pengadaan

tanah

untuk

pembangunan

baik

bagi

pemerintah maupun pihak swasta.


Penerapan

konsep

Bank

Tanah

di

Indonesia

sebetulnya

sudah

dilaksanakan sejak beberapa tahun lalu, dengan contoh penerapannya


sebagai berikut :

Contoh Penerapan Bank Tanah


Pertama, pihak swasta yang telah banyak mengakuisisi lahan dengan
dukungan kekuatan financial yang dimilikinya. Salah satu contoh
penerapannya seperti yang terjadi di Serpong, Tangerang. Pada tahun
1980, pihak swasta membeli lahan ratusan hingga ribuan hektar
ketika daerah tersebut masih sepi dan minim aksesibilitasnya
sehingga harga tanah masih relatif murah ketika itu.

Lanjutan ...
Secara bertahap pihak swasta kemudian membangun daerah tersebut
menjadi kawasan perumahan dengan nama Bumi Serpong Damai (BSD) yang
saat ini sudah berubah menjadi kota yang ramai dengan segala infrastruktur
yang lengkap. Tentu Developer mendapatkan perbedaan harga tanah ketika
membeli dahulu dan menjualnya saat ini. Kondisi seperti itu juga banyak
dilaksanakan di daerah Cibubur, Karawaci, Cikarang, Sentul dan daerah
lainnya dengan melibatkan banyak pihak swasta. Pihak swasta mengakuisisi
tanah, menyimpan dan mencadangkannya untuk dibangun di kemudian hari.

Kedua, adalah pihak pemerintah yang diwakili oleh Perumnas. Sebuah


perusahaan BUMN yang keseluruhan sahamnya dimiliki pemerintah.
Namun karena kekuatan finansialnya terbatas tentu tidak selincah
pihak swasta dalam menjalankan mekanisme Bank Tanah tersebut.
Sesuai dengan tujuannya, Perumnas kemudian membangun
perumahan dalam skala besar di atas lahan-lahan yang dimilikinya.

Lanjutan ...
Berbeda dengan pihak swasta yang bebas menentukan harga akhir
produk rumahnya, Perumnas dibatasi oleh misinya untuk membangun
rumah dengan harga rumah yang terjangkau oleh masyarakat terutama
golongan MBR. Perumahan skala besar yang sudah dibangun di
antaranya berada di Bogor, Bekasi, Karawang, Malang, Bandung, Medan,
Banjarmasin dan lain- lain.

Lanjutan ...
Hingga pertengahan 2012, Perumnas sudah memiliki cadangan lahan
sekitar 1.900 ha. Andalan utama Perumnas dalam mengakuisisi lahan
adalah bekerjasama dengan BUMN/BUMD untuk memanfaatkan tanah
yang belum dimanfaatkan, misalnya milik BUMN perkebunan, KAI atau
milik Pemerintah Daerah.

Anda mungkin juga menyukai