dapat dihubungkan dengan masih adanya konflik di beberapa wilayah Indonesia pada masa kini. Seperti yang pernah ditulis oleh Mohammad Hatta tentang persatuan bangsa menurutnya : Dengan persatuan bangsa, satu bangsa tidak akan dapat dibagi bagi. Di pangkuan bangsa yang satu ini boleh terdapat berbagai faham politik, tetapi kalau datang marabahaya disanalah tempat kita menunjukkan persatuan hati. Disanalah kita harus berdiri sebaris. Kita menyusun persatuan dan menolak persatean.
Sejarah telah memberitahu kita bagaimana pemberontakan
telah menewaskan banyak sekali korban manusia. Ada enam daerah diprediksi sebagai wilayah paling rawan konflik sosial pada 2014. Daerah tersebut yaitu papua, Jawa Barat, Jakarta, Sumatra Utara, Sulteng, Jateng. Sepanjang 2013, di Papua terdapat 24 peristiwa konflik sosial, Jawa Barat (24), Jakarta (18), Sumatra Utara (10), sulteng (10), Jateng (10). Tergetnya mencegah kemungkinan terjadinya konflik atau memperkecil dampak jika konflik tetap terjadi. memang harus ditumbuhakan tenaga pelopor perdamaian di seluruh pelosok indonesia, terutama dari kawula muda.
2. Teladan Para Tokoh
Persatuan Beberapa tokoh di bawah ini merupakan para pahlawan nasional yang memiliki jasa dalam mewujudkan integrasi bangsa indonesia. Untuk pahlawan dari daerah, kita mengambil hikmah para pejuang yang berasal dari Papua. Tiga tokoh yang akan kita bahas yaitu Frans Kaisiepo, Silas Papare, dan Marthen Indey. Keteladanan para tokoh phlawan nasional Indonesia juga dapat kita lihat dalam bentuk pengorbanan jasa dan materi dari mereka yang berstatus raja. Contohnya Sultan Hamengkubuwono IX dan Sultan Syarif Kasim II.
1). Pahlawan Nasional dari Papua
Frans Kaisiepo (1921 1979) adalah seorang tokoh yang mempopulerkan lagu Indonesia Raya di Papua saat menjelang kemerdekaan. Kaisiepo menjadi anggota delegasi Papua dalam konferensi Malino di Sulawesi Selatan, dimana ia sempat menyebut Papua (Nederlands Nieuw Guinea) dengan nama Irian yang konon diambil dari bahasa Biak da berarti daerah panas. Namun kata Irian tersebut malah diberinya pengertian lain : Ikut Republik Indonesia Anti Nederlands. Dalam konferensi ini, kaisiepo juga menentang pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT). Tahun 1948 Kaisiepo ikut berperang dalam merancang pemberontakan rakyat Biak melawan Pemerintah Kolonial Belanda. Tahun 1961 ia mendirikan partai politik Irian Sebagian Indonesia (ISI) yang menuntut penyatuan Nederlands Nieuw Guinea ke negara Republik Indonesia. Ia kemudian banyak membantu para tentara pejuang Trikora saat menyerbu Papua.
Silas Papare (1918 1978) membentuk Komite Indonesia Merdeka (KIM)
sebulan setelah Indonesia merdeka. KIM bertujuan untuk menghimpun kekuatan dan mengatur gerak langkah perjuangan dalam membela dan mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945. Pada bulan Desember, Silas Papare dan Merthan Indey dianggap mempengaruhi Batalyon Papua bentukan Sekutu untuk memberontak terhadap Belanda. Akibatnya mereka burdua di penjara di Holandia (Jayapura). Setelah keluar dari penjara, Silas Papare mendirikan Partai Kemerdekaan Irian. Belanda tidak senang sehingga menangkap dan memenjarakannya lagi, kali ini di Biak. Silas Papare yang sudah bebas pergi dengan membentuk Badan Perjuangan Irian bersama teman temannya ke Yogyakarta. Tahun 1962 ia mewakili Irian Barat sebagai anggota Delegasi RI dalam perundingan New York antara Indonesia Belanda dalam upaya penyelesaian masalah Papua. Dalam New York agreement ini, Belanda akhirnya setuju mengembalikan Papua ke Indonesia.
Marthen Indey (1912 1986)sebelum Jepang masuk ke Indonesia
adalah seorang anggota polisi Hindia Belanda. Tahun 1946, Merthen Indey menjadi Ketua Partai Indonesia Merdeka (PIM). Ia lalu memimpin sebuah aksi protes yang didukung delegasi 12 kepala suku terhadap keinginan Belanda yang ingin memisahkan Papua dari Indonesia. Indey juga mulai terang terangan menghimbau anggota militer yang bukan orang Belnada agar melancarkan perlawanan terhadap Belanda. Akibat aktivitas politiknya yang kian berani ini, pemerintah Belanda menangkap dan memenjarakan Indey. Tahun 1962 saat dibebaskan, ia menyusun kekuatan gerilya sambil menunggu tentara Indonesia yang akan diterjunkan ke Papua dalam operasi Trikora. Saat perang usai, ia berangkat ke New York untuk memperjuangkan masuknya Papua ke wilayah Indonesia, di PBB hingga akhirnya Papua (Irian) menjadi bagian Republik Indonesia
2) Para Raja yang Berkorban untuk
Bangsa Sultan Hamengkubuwono IX (1912 1988) pada tahun 1940, ketika Sultan Hamengkubuwono IX dinobatkan menjadi raja Yogyakarta, ia dengan tegas menunjukkan sikap nasionalismenya. Dalam pidatonya saat itu, ia mengatakan : Walaupun saya telah mengenyam pendidikan Barat yang sebenarnya, namun pertama tama saya adalah dan tetap adalah orang Jawa 3 minggu setelah proklamasi 17 Agustus dibacakan, sultan Hamengkubuwono IX menyatakan Kerajaan Yogyakarta adalah bagian dari negara Republik Indonesia. Tanggal 20 Agustus, melalui telegram, sultan dengan tegas menyatakan berdiri di belakang Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Dan akhirnya pada tanggal 5 Sepetember 1945, Sultan memberikan amanat bahwa :
1. Ngayogyakarta hadiningrat yang bersifat kerajaan
adalah istimewa dari republik Indonesia 2. Segala kekuasaan dalam negeri Yogyakarta Hadiningrat dan urusan pemerintahan berada di tangan Hamengkubuwono IX 3. Hubungan antara Ngayogyakarta Hadiningrat dengan pemerintah RI bersifat langsung dan Sultan Hamengkubuwono IX bertanggung jawab kepada Presiden RI. Melalui terlegram dan amanat ini, sangat terlihat sikap nasoinelisme Sultan Hamengkubuwono IX.
Sultan Syarif Kasim II (1893 1968) dinobatkan menjadi raja Siak
Indrapura pada tahun 1915 ketika berusia 21 tahun. Ketika berita proklamasi Indonesia sampai ke Siak, Sultan Syarif Kasim II segera mengirim surat kepada Soekarno Hatta, menyatakan kesetiaan dan dukungan terhadap pemerintah RI serta menyerahkan harta senilai13 juta gulden untuk membantu perjuangan RI. Sultan Syarif Kasim II membentuk Komite Nasional Indonesia di Siak, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan Bariasan Pemuda Republik. Ia juga segera mengadakan rapat umum di istana serta mengibarkan bendera merah putih, dan mengajak raja raja di Sumatra Timur lainnya agar turut memihak republik. Ketika Van Mook, gubernur jendral de facto Hindia Belanda mengangkatnya sebagai Sultan Boneka Belanda, Sultan Syarif Kasim II tentu saja menolak. Ia tetap memilih bergabung dengan pemerintah Republik Indonesia. Atas jasanya tersebut, Sultan Syarif Kasim II dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah Indonesia.