Oleh :
Abdul Ghofur Anshori
Referensi
1. Abdul Ghofur Anshori, 2010, Perbankan Syariah di
Indonesia (Cet. 2), Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
2. --------------------------, 2009, Hukum Perbankan
Syariah (UU No. 21 Tahun 2008), Refika Aditama,
Bandung.
3. --------------------------, 2008, Penerapan Prinsip
Syariah dalam Lembaga Keuangan, Lembaga
Pembiayaan, dan Perusahaan Pembiayaan, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
4. --------------------------, 2008, Payung Hukum
DEFINISI BANK
DEFINISI BANK
Bank adalah “Badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak”.
(Ps1. Butir 2. UU No.10/1998)
Bank (UU No. 21/2008)
Bank adalah “Badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat”.
(Ps. 1 Butir 2 UU No. 21/2008)
Bank (UU No. 21/2008)
Bank adalah “Badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat”.
(Ps. 1 Butir 2 UU No. 21/2008)
PERBANKAN SYARIAH &
BANK SYARIAH
Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha
Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha,
serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya (Pasal 1 angka 1 UU No. 21/2008)
Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan
menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah
dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (Pasal 1 angka
7 UU No. 21/2008)
FUNGSI DASAR BANK
(1). Tamyiz
(2). Para pihak.
(3). Pertemuan kehendak/kesepakatan.
(4). Kesatuan Majelis.
(5). Obyek ada pada waktu akad.
(6). Obyek dapat ditransaksikan.
(7). Obyek tertentu/dapat ditentukan.
(8). Tidak bertentangan dengan syariat.
7b. Syarat keabsahan.
- Ucapan,
- Tulisan,
- Utusan,
- Isyarat,
- Secara diam-diam,
- Dengan diam semata.
9. CACAT KEHENDAK
Paksaan.
Penipuan.
Kekhilafan.
Ketidak seimbangan prestasi.
10. SAAT TERCIPTANYA AKAD
TITIPAN (WADIAH)
BAGI HASIL (SYIRKAH)
JUAL-BELI (TIJAROH)
SEWA (IJARAH)
JASA/FEE( AL AJR WALUMULLAH)
PRODUK PENGHIMPUNAN DANA
(Funding)
Bentuk-bentuk Produk Funding
1. Giro: Giro Wadiah dan Giro Mudharabah
2. Tabungan: Tabungan Wadiah dan Tabungan
Mudharabah.
3. Deposito: Deposito Mudharabah.
Teknis Operasional mendasarkan pada:
4. PBI No. 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip
Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana Dan
Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah,
sebagaimana yang telah diubah dengan PBI No.
10/16/PBI/2008.
5. Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 10/14/DPbS
tertanggal 17 Maret 2008.
Al-Wadiah
Al-Wadiah dibedakan menjadi 2 macam:
a. Wadiah yad amanah, adalah titipan dari pihak
nasabah, dimana bank selaku penerima titipan
tidak boleh menggunakan sesuatu yg dititipkan
tsb. Akad ini dipakai dalam produk Safe Deposit
Box (SDB).
b. Wadiah adh-dhamanah, adalah titipan dari
pihak nasabah, dimana bank selaku penerima
titipan diperkenankan menggunakan dana yang
dititipkan. Akad ini dipakai dalam produk giro
wadiah maupun tabungan wadiah. Sehingga
bank biasanya akan memberikan bonus kepada
nasabah penyimpan yg besarnya sesuai dengan
kebijakan bank dan tidak boleh diperjanjikan.
Wadiah yad Amanah :
Adalah titipan murni dari satu pihak kepada pihak lain, baik individu
maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kepada si penitip
kapan saja si penitip menghendaki.
Titipan Barang
Bebankan Biaya
penitipan
1 Titipan dana
4 Beri Bonus
Aplikasi di Perbankan/LKS :
1. Current Account (Giro)
2. Saving Account (Tabungan)
Peminjam
Al-Mudharabah
Pengertian :
Akad kerjasama antara dua pihak Jenis Mudharabah :
dimana pihak pertama Mudharabah Mutlaqah
menyediakan seluruh modal (tanpa syarat)
(100%), sedang pihak lain menjadi
pengelola. Keuntungan usaha Mudharabah Muqayyadah
mudharabah dibagi menurut (dengan syarat)
kesepakatan yang dituangkan Aplikasi pada perbankan :
dalam kontrak, kerugian Sisi Funding
ditanggung oleh pemodal selama
kerugian tidak akibat kelalaian
Giro
pengelola Tabungan berjangka
Landasan : Deposito biasa
Al-Qur’an : Deposito spesial
QS. Muzamil : 20; Sisi Pembiayaan :
Al-Jum’ah : 10; Pembiayaan modal kerja
Al-Baqarah : 198 Investasi khusus
Penjelasan Jenis Akad Mudharabah
1. Mudharabah Muthlaqah adl bentuk kerjasama
antara shahibul maal dan mudharib yg
cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh
jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.(Jenis
Mudharabah Muthlaqah inilah yang biasanya
dipakai oleh bank dlm skim penghimpunan
dana melalui, giro, tabungan maupun deposito)
2. Mudharabah Muqayyadah, adl btk kerjasama
antara shahibul maal dan mudharib yang
cakupannya terbatas baik jenis usaha maupun
waktunya.(Jenis Mudharabah Muqayyadah
inilah yang biasanya dipakai oleh bank dlm
kegiatan penyaluran dana melalui pembiayaan
mudharabah)
Skema Mudharabah
Dari sisi penghimpunan dan penyaluran dana
Bank
1. Menyimpan dana
4 Bagi hasil
(Sesuai dg
Nasabah Nisbah)
Penyimpan 3 Bagi Hasil 2 Penyaluran dana kpd
(Sesuai dg Nisbah) nasabah mitra
Peminjam
(Dipakai utk Keg
Produktif
Implementasi Prinsip Wadiah dan Mudharabah
dalam Produk
Perbankan Syariah
1. Giro: Wadiah dan Mudharabah (Pasal 3 PBI No.
9/19/PBI/2007 Jo SEBI No. 10/14/DPbS tertanggal
17 Maret 2008). (Hal 89-91 PSI)
2. Tabungan: Wadiah dan Mudharabah (Pasal 3 PBI
No. 9/19/PBI/2007 Jo SEBI No. 10/14/DPbS
tertanggal 17 Maret 2008). (Hal 96-98 PSI)
3. Deposito: Mudharabah (Pasal 3 PBI No.
9/19/PBI/2007 Jo SEBI No. 10/14/DPbS tertanggal
17 Maret 2008). (Hal 89-91 PSI)
PRODUK PEMBIAYAAN
KONSUMTIF
SKIM BAI’ AL-MURABAHAH
Al-Murabahah :
– Adalah jual beli barang pada harga asal Aplikasi pada perbankan :
dengan tambahan keuntungan (ribhun) – Pembiayaan untuk
yang disepakati. pembelian barang, baik
– Dasar Hukum : Al-Baqarah 275 (… untuk dalam negeri maupun
Allah menghalalkan jual beli …) luar negeri
Syarat :
– Penjual memberitahu biaya modal
kepada nasabah
– Kontrak harus sah sesuai rukunnya
– Kontrak bebas dari riba
– Penjual menjelaskan kondisi barang
kepada pembeli
– Penjual menyamapikan semua hal yang
berkaitan dengan pembelian
Syarat2 Pembiayaan Murabahah
a. Bank menyediakan dana pembiayaan
berdasarkan perjanjian berdasarkan jual
beli barang
b. Jangka waktu pembayaran harga barang
oleh nasabah kepada bank ditentukan
berdasarkan kesepakatan bank dan
nasabah
c. Bank dapat membiayai sebagian atau
seluruh harga pembelian barang yang
telah disepakati kualifikasinya
d. Dlm hal bank mewakilkan kepada
nasabah (wakalah) untuk membeli
barang, maka akad Murabahah harus
dilakukan setelah barang secara
prinsip menjadi milik bank
e. Bank dapat meminta nasabah untuk
membayar uang muka atau urbun
saat menandatangani kesepakatan
awal pemesanan barang oleh nasabah
f. Bank dapat meminta nasabah untuk
menyediakan agunan tambahan selain
barang yang dibiayai bank
g. Kesepakatan marjin harus ditentukan satu
kali pada awal akad dan tidak berubah
selama periode akad
h. Angsuran pembiayaan selama periode
akad harus dilakukan secara proporsional
Manfaat al-Murabahah
1. Adanya keuntungan yang muncul dari
selisih harga beli dari penjual dengan
harga jual kepada nasabah.
2. Sistem bai’ al-murabahah sederhana,
sehingga memudahkan penanganan
administrasinya di bank syariah.
Risiko bai’ al-murabahah
1. Default atau kelalaian: nasabah sengaja tidak
membayar angsuran.
2. Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga
suatu barang di pasar naik setelah bank
membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa
mengubah harga jual-beli tersebut.
3. Penolakan nasabah terhadap barang karena berbagai
alasan.
4. Barang dijual oleh nasabah, karena setelah
penandatanganan kontrak barang secara hukum
telah menjadi milik nasabah.
Skema Al-
Murabahah
1. Negosiasi dan
persyaratan
6 Bayar
Bank Peminjam
5. Terima
barang &
3 Beli barang 4. Kirim Dokumen
Supplier
Implementasi Akad Murabahah dalam
Produk Perbankan Syariah
Pasal 19 – 21 UU No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah.
Pasal 3 PBI No. 9/19/PBI/2007 Jo SEBI No.
10/14/DPbS tertanggal 17 Maret 2008.
Lihat: PSI hal 115 – 117.
BAI’ AS-SALAM
Supplier Nasabah
3 Kirim Dokumen 5 Bayar
Bank
Implementasi Akad Salam dalam
Produk Perbankan Syariah
Pasal 19 – 21 UU No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah.
Pasal 3 PBI No. 9/19/PBI/2007 Jo SEBI No.
10/14/DPbS tertanggal 17 Maret 2008.
Lihat: PSI hal 117 – 119.
Bai’ Al-Istishna’
Pengusaha
Nasabah
1 Pesan 2. Beli
3. Jual
Bank
Implementasi Akad Istishna dalam
Produk Perbankan Syariah
Pasal 19 – 21 UU No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah.
Pasal 3 PBI No. 9/19/PBI/2007 Jo SEBI No.
10/14/DPbS tertanggal 17 Maret 2008.
Lihat: PSI hal 119 – 120.
Ijarah (Sewa)
Pengertian :
– Akad pemindahan hak guna atas
barang atau jasa, melalui
pembayaran upah sewa, tanpa
diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang itu
sendiri.
– Jenis Ijarah :
• Ijarah
• Ijarah Muntahiabittamlik (IMBT)
Dasar Hukum :
– Al-Baqarah 233
Manfaat dan risiko dalam Ijarah
Bank akan mendapatkan keuntungan sewa dan
kembalinya uang pokok. Nasabah akan
mendapatkan manfaat atas suatu barang.
Risiko Ijarah:
a. Default: nasabah tidak membayar cicilan dengan
sengaja.
b. Rusak: aset ijaran rusak sehingga menyebabkan
pemeliharaan bertambah.
c. Berhenti: nasabah berhenti di tengah kontrak dan
tidak mau membeli aset tersebut.
Syarat2 Pembiayaan Ijarah
a. Bank dapat membiayai pengadaaan obyek
sewa berupa barang yang telah dimiliki bank
atau barang yang diperoleh dengan menyewa
dari pihak lain untuk kepentingan nasabah
berdasarkan kesepakatan
b. Objek dan manfaat barang sewa harus dapat
dinilai dan diidentifikasi secara spesifik dan
dinyatakan dengan jelas termasuk
pembayaran sewa dan jangka waktunya
c. Bank wajib menyediakan barang sewa,
menjamin pemenuhan kualitas maupun
kuantitas barang sewa, serta ketepatan
waktu penyediaan barang sewa sesuai
kesepakatan
d. Bank wajib menanggung biaya
pemeliharaan barang/aset sewa yang
sifatnya materiil dan struktural sesuai
dengan kesepakatan
e. Bank dapat mewakilkan kepada nasabah
untuk mencarikan barang yang akan
disewa oleh nasabah
f. Nasabah wajib membayar sewa secara
tunai, menjaga keutuhan barang sewa,
dan menanggung biaya pemeliharaan
barang sewa sesuai dengan kesepakatan.
g. Nasabah tidak bertanggungjawab atas
kerusakan barang sewa yang terjadi bukan
karena pelanggaran perjanjian atau
kelalaian nasabah.
Berakhirnya Masa Sewa
(Klausula dalam Pembiayaan Ijarah)
Masa sewa akan berakhir apabila:
1. Jangka waktu sewa berakhir sebagaimana
dimaksud dalam Akad, atau
2. Tidak terjadi kesepakatan atas peninjauan
kembali Harga Sewa, atau
3. Obyek Sewa musnah, atau
4. NASABAH tidak dapat memenuhi
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
Akad.
Konsekuensi hukum berakhirnya masa
sewa
1. NASABAH wajib mengembalikan Obyek Sewa yang disewa
kepada BANK apabila masa sewa berakhir.
2. NASABAH berjanji untuk mengembalikan Obyek Sewa
kepada BANK termasuk dan tidak terbatas pada peralatan
dan perlengkapan tambahan yang telah menjadi bagian
Obyek Sewa sebagaimana dimaksud dalam Akad dalam
keadaan baik, selambat-lambatnya 14 empat belas) hari
kalender sejak berakhirnya masa sewa.
3. NASABAH wajib membayar lunas nilai sisa pembayaran
manfaat sewa serta kewajiban-kewajiban lainnya yang masih
terhutang menurut Akad ini, tanpa mengurangi hak BANK
untuk memperhitungkannya dengan “Simpanan Jaminan”
jika ada.
Skema al-Ijarah
Obyek Sewa
Sewa
Supplier
Nasabah
3 Bayar Sewa
A. Milik
1 Pesan Obyek
2 Beli Obyek Sewa Sewa
Bank
Implementasi Akad Murabahah dalam
Produk Perbankan Syariah
Pasal 19 – 21 UU No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah.
Pasal 3 PBI No. 9/19/PBI/2007 Jo SEBI No.
10/14/DPbS tertanggal 17 Maret 2008.
Lihat: PSI hal 126 – 128.
Ijarah Muntahia Bitamlik (IMBT)
B. Milik
Supplier
Nasabah
3 Bayar Sewa
A. Milik
1 Pesan Obyek
2 Beli Obyek Sewa Sewa
Bank
Implementasi Akad Murabahah dalam
Produk Perbankan Syariah
Pasal 19 – 21 UU No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah.
Pasal 3 PBI No. 9/19/PBI/2007 Jo SEBI No.
10/14/DPbS tertanggal 17 Maret 2008.
Lihat: PSI hal 128.
Qardh
Qardh adalah pinjam-meminjam dana tanpa
imbalan dengan kewajiban pihak peminjam
mengembalikan pokok pinjaman sekaligus atau
cicilan dalam jangka waktu tertentu.
Pada dasarya qardh adalah akad yang dipakai
sebagai produk pembiayaan dalam perbankan
syariah.
Akan tetapi sifatnya lebih pada misi sosial,
terlebih pada qardh al-hasan (pinjaman
kebajikan) adalah produk perbankan yang
khusus ditujukan bagi mereka yang benar-benar
membutuhkan
Dalam Qardh, pihak bank dilarang
mengambil keuntungan sekecil apapun,
karena termasuk riba jika dilakukan. Akan
tetapi nasabah berdasarkan kebijakan
sendiri tanpa diperjanjikan
diawal,diperkenankan mengembalikan
melebihi hutang pokok.
Bank hanya diperkenankan meminta biaya
administrasi yang rasional
Syarat Akad Qardh
a. Bank dapat memberikan pinjaman qard untuk kepentingan
nasabah berdasarkan kesepakatan
b. Nasabah wajib mengembalikan pokok pinjaman qardh pada
waktu yang telah disepakati
c. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya
administrasi
d. Nasabah dapat memberikan tambahan pengembalian dengan
sukarela
e. Nasabah yang tidak mampu mengembalikan bisa diberikan
perpanjangan jangka waktu atau dihapuskan segala
hutangnya
f. Dalam hal nasabah mampu, tetapi tidak mengembalikan
bank dapat mengenakan sanksi
g. Sumber dana qardh untuk kegiatan
usaha yang bersifat sosial dapat berasal
dari modal, keuntungan yang
disisihkan, dan dari dana infak.
h. Sumber dana qardh yang utk kegiatan
usaha yang bersifat talangan dana
komersial jangka pendek
diperbolehkan dari dana pihak ketiga
yang bersifat investasi sepanjang tidak
merugikan kepentingan nasabah
pemilik dana.
Implementasi Akad Qardh dalam
Produk Perbankan Syariah
Pasal 19 – 21 UU No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah.
Pasal 3 PBI No. 9/19/PBI/2007 Jo SEBI No.
10/14/DPbS tertanggal 17 Maret 2008.
Lihat: PSI hal 150 – 151.
PRODUK PEMBIAYAAN
PRODUKTIF
Al-Mudharabah (Sbg produk
penyaluran dana)
Pengertian : Jenis Mudharabah :
– Akad kerjasama antara dua pihak – Mudharabah Mutlaqah (tanpa
dimana pihak pertama menyediakan
seluruh modal (100%), sedang syarat)
pihak lain menjadi pengelola. – Mudharabah Muqayyadah
Keuntungan usaha mudharabah (dengan syarat)
dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak, kerugian Aplikasi pada perbankan :
ditanggung oleh pemodal selama – Sisi Pembiayaan :
kerugian tidak akibat kelalaian
pengelola • Pembiayaan modal kerja
Landasan : • Investasi khusus
– Al-Qur’an :
• QS. Muzamil : 20;
• Al-Jum’ah : 10;
• Al-Baqarah : 198
Penjelasan
1) Mudharabah muthlaqah: bentuk kerja sama antara
shahibul maal dan mudharib yang cakupannya
sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis
usaha, waktu, dan daerah bisnis. (Banyak dipakai
dalam produk penghimpunan dana berupa tabungan
dan deposito).
2) Mudharabah muqayyadah: bentuk kerja sama
dimana mudharib dibatasi jenis usahanya, waktu,
atau tempat usaha. (Banyak dipakai dalam produk
penyaluran dana berupa pembiayaan)
Syarat2 Pembiayaan Mudharabah
a. Bank bertindak sebagai shahibul maal yang menyediakan
dana secara penuh, dan nasabah bertindak sebagai mudharib
yang mengelola dana dalam kegiatan usaha
b. Jangka waktu pembiayaan, pengembalian dana, dan
pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan
bank dan nasabah
c. Bank tidak ikut serta dalam pengelolaan usaha nasabah tetapi
memiliki hak dalam pengawasan dan pembinaan usaha
nasabah
d. Pembiayaan diberikan dalam bentuk tunai dan/atau barang
e. Dalam hal pembiayaan diberikan dalam bentuk tunai harus
dinyatakan jumlahnya
f. Dalam hal pembiayaan diberikan dalam bentuk barang, maka
barang yang diserahkan harus dinilai berdasarkan harga
perolehan atau harga pasar yang wajar
g. Pembagian keuntungan dari pengelolaan dana dinyatakan
dalam bentuk nisbah yang disepakati
h. Bank menanggung seluruh risiko kerugian usaha yang
dibiayai kecuali jika nasabah melakukan kecurangan, lalai
atau menyalahi perjanjian
i. Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah
sepanjang jangka waktu investasi, kecuali atas dasar
kesepakatan para pihak dan tidak berlaku surut
j. Nisbah bagi hasil dapat diterapkan secara berjenjang yang
besarnya berbeda berdasarkan kesepakatan pada awal akad
k. Metode pembagian keuntungan: profit and loss sharing atau
revenue sharing
l. Pembagian keuntungan berdasarkan hasil usaha dari
mudharib sesuai dengan laporan hasil usaha bagi usaha
mudharib
m. Dalam hal nasabah ikut menyertakan modal dlm
kegiatan usaha yang dibiayai bank maka berlaku
ketentuan: nasabah bertindak sbg mitra usaha dan
mudharib, sehingga nasabah berhak mengambil
keuntungan dari porsi modalnya, sisa keuntungan
dibagi sesuai kesepakatan antara bank dan nasabah
n. Pengembalian pembiayaan dilakukan pada akhir periode
akad, untuk pembiayaan dengan jangka waktu sampai
dengan satu tahun atau dilakukan secara angsuran
berdasarkan aliran kas masuk.
o. Bank dapat meminta jaminan/agunan sbg langkah
antisipasi risiko, apabila nasabah tidak memenuhi
kewajibannya sesuai dengan akad.
Manfaat al-mudharabah
1) Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil
pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat.
2) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan
dengan cash flow/arus kas usaha nasabah
sehingga tidak memberatkan nasabah.
3) Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari
usaha yang benar-benar halal, aman, dan
menguntungkan karena keuntungan yang
konkrit dan benar-benar terjadi itulah yang akan
dibagikan.
4) Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah berbeda
dengan prinsip bunga tetap, dimana bank akan
menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu
jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang
dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi
krisis ekonomi.
Risiko al-Mudharabah
1) Side streaming: nasabah yang
menggunakan dana itu bukan seperti yang
disebut dalam kontrak.
2) Lalai dan kesalahan yang disengaja.
3) Penyembunyian keuntungan oleh nasabah
bila nasabahnya tidak jujur.
Skema Mudharabah
Perjanjian Bagi Hasil
Keahlian Modal
100%
Proyek
Nasabah
Bank
Keuntungan
Modal
Skema Mudharabah Muqayyadah Chanelling
Perjanjian arrange
fee
Bank
3.Proyek
4. Bagi Hasil
5. Modal
Skema Mudharabah Muqayyadah Executing
Perjanjian bagi hasil,
bagi risiko, arrange
fee Bank
1. Arranger + Modal
2a. Modal
2b. Proyek
Nasabah Mudharib
3.Proyek
X% Y%
4. Bagi Hasil
Z%
A 5. Modal B
Implementasi Akad Musyarakah dalam
Produk Perbankan Syariah
Pasal 19 – 21 UU No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah.
Pasal 3 PBI No. 9/19/PBI/2007 Jo SEBI No.
10/14/DPbS tertanggal 17 Maret 2008.
Lihat: PSI hal 138 – 140.
Al-Musyarakah
Pengertian :
– Akad kerjasama antara dua pihak Jenis Musyarakah :
atau lebih untuk suatu usaha – Syirkah Al-Inan ( atas modal)
tertentu di mana masing-masing – Syirkah Mufawadah
pihak memberikan kontribusi (persamaan atas modal &
dana atau keahlian dengan pengelolaan)
kesepakatan bahwa keuntungan – Syirkah A’mal (menerima
dan risiko akan ditanggung order untuk dua orang)
bersama sesuai dengan – Syirkah Wujuh (tanpa modal/
kesepakatan nama baik)
– Syirkah Al-Mudharabah
Landasan : (modal dengan keahlian)
– Al-Qur’an : Aplikasi pada perbankan :
• QS. An-Nisa : 12; – Pembiyaan Proyek
• QS. Ash-Shad : 24 – Modal Ventura
Penjelasan
a) Pembiayaan Proyek: Nasabah dan bank
sama-sama menyediakan dana utk
membiayai proyek tsb. Setelah proyek selesai
nasabah mengembalikan dana tersebut
bersama bagi hasil yang telah disepakati
untuk bank.
b) Modal Ventura: Penanaman modal
dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan
setelah itu bank melakukan divestasi atau
menjual bagian sahamnya, baik secara singkat
Syarat2 Pembiayaan Musyarakah
a. Bank dan nasabah masing-masing
bertindak sebagai mitra usaha dengan
bersama-sama menyediakan dana
dan/atau barang untuk membiayai suatu
kegiatan usaha tertentu.
b. Nasabah bertindak sebagai pengelola
usaha dan Bank sebagai mitra usaha dapat
ikut serta dalam pengelolaan usaha sesuai
dengan tugas dan wewenang yang
disepakati.
c. Bank beradasarkan kesepakatan dengan
nasabah dapat menunjuk nasabah untuk
d. Pembiayaan diberikan dalam bentuk tunai/barang
e. Dalam hal pembiayaan diberikan dalam bentuk
barang, maka barang yang diserahkan harus dinilai
secara tunai berdasarkan kesepakatan.
f. Jangka waktu pembiayaan, pengembalian dana, dan
pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan
kesepakatan antara bank dan nasabah.
g. Biaya operasional dibebankan pada modal bersama
sesuai dengan kesepakatan.
h. Pembagian keuntungan dari pengelolaan dana
dinyatakan dalam bentuk nisbah yang disepakati
i. Bank dan nasabah menanggung kerugian
secara proporsional menurut porsi modal
masing-masing, kecuali jika terjadi
kecurangan, lalai atau menyalahi perjanjian
dari salah satu pihak.
j. Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat
diubah sepanjang waktu investasi, kecuali
atas dasar kesepakatan para pihak dan tidak
berlaku surut
k. Nisbah bagi hasil dapat diterapkan secara
berjenjang yang besarnya berbeda-beda
berdasarkan kesepakatan pada awal akad
l. Pembagian keuntungan dapat dilakukan dengan
metode bagi untung atau rugi [profit and loss
sharing] atau metode bagi pendapatan [revenue
sharing]
m. Pembagian keuntungan berdasarkan hasil usaha
sesuai dengan laporan keuangan nasabah
n. Pengembalian pokok pembiayaan dilakukan pada
akhir periode akad atau dilakukan secara angsuran
berdasarkan aliran kas masuk/cash flow
o. Bank dapat meminta jaminan atau agunan untuk
mengantisipasi risiko apabila nasabah tidak dapat
memenuhi kewajiban sebagaimana dimuat dalam
akad karena kelalian dan atau kecurangan.
Manfaat al-Musyarakah
1) Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah
tertentu pada saat keuntungan usaha nasabah
meningkat.
2) Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah
tertentu kepada nasabah pendanaan secara tetap,
tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha
bank, sehingga bank tidak akan mengalami
negative spread.
3) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan
dengan cash flow/arus kas usaha nasabah,
sehingga tidak memberatkan nasabah.
4) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent)
mencari usaha yang benar-benar halal, aman,
dan menguntungkan.
5) Prinsip bagi hasil dalam musyarakah ini berbeda
dengan prinsip bunga tetap di mana bank akan
menagih penerima pembiayaan (nasabah) bunga
tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan
nasabah, bahkan sekalipun merugi dan terjadi
krisis ekonomi.
Risiko dalam Musyarakah
1) Side streaming: nasabah
menggunakan dana itu bukan seperti
yang disebut dalam kontrak.
2) Lalai dan kesalahan yang disengaja
dalam menggunakan dana.
3) Penyembunyian keuntungan oleh
nasabah, bila nasabahnya tidak jujur.
Skema Musyarakah
Proyek
Nasabah Bank
Keuntungan