Sosialisasi Uu 52 Tahun 2009
Sosialisasi Uu 52 Tahun 2009
Disampaikan oleh :
I. PENDAHULUAN
1. Amanat UUD 1945 :
Pasal 26 ayat (3) : Hal-hal mengenai warga
negara dan penduduk diatur dengan UndangUndang.
2. UU ini menjadi landasan yang kokoh dalam
penyelenggaraan perkembangan kependudukan
dan pembangunan keluarga
3. Proses
a. Amandemen UU No. 10 Tahun 1992 inisiatif
DPR-RI
1) Surat Mendagri kepada Presiden Nomor :
470/1970/Sj tertanggal 6 Agustus 2004, perihal
permohonan diterbitkan AMPRES Amandemen
UU Nomor 10 Tahun 1992.
2) Terjadi pergantian Presiden
tidak terbit
AMPRES; Penarikan RUU dan pengusulan
kembali amandemen pada periode tahun
2005 2009
6. Waktu
Penyusunan
dan
Pembahasan DIM Interdep
TANGGAPAN UMUM
1. Persoalan kependudukan di Indonesia
kompleks dan memerlukan penanganan
komprehensif. Jumlah penduduk yg besar
pertumbuhan penduduk tinggi, kualitas
dan persebaran tidak merata.
sangat
secara
dengan
rendah
TANGGAPAN UMUM
3. Isu kependudukan dan pembangunan keluarga sangat
luas; mencakup aspek kuantitas, kualitas dan mobilitas,
yang terkait dengan pembangunan ekonomi, kesehatan,
pendidikan,
ketenagakerjaan,
sosial,
agama,
keamanan, tata ruang, kemampuan daya dukung alam
dan daya tampung lingkungan, eksploitasi SDA yang
menjamin kelestarian lingkungan dan peningkatan
kesejahteraan penduduk .
POSISIONING UNDANG-UNDANG
NOMOR 52 TAHUN 2009
TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN
DAN PEMBANGUNAN KELUARGA
1. UU ini akan menjadi rancangan induk (grand
design) pembangunan kependudukan untuk
mewujudkan penduduk yang berkualitas,
manusia yang sehat, mandiri, beriman,
bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air,
berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai
iptek, serta memiliki etos kerja yang tinggi dan
berdisiplin.
POSISIONING UNDANG-UNDANG
NOMOR 52 TAHUN 2009
TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN
DAN PEMBANGUNAN KELUARGA
2. UU ini harus mampu mengakomodir perubahan isu
strategis dari perubahan global di bid.
kependudukan dan pembangunan, yang telah
disepakati Indonesia dalam International
Conference on Population and Development (ICPD)
dan Millenium Development Goals (MDGs) yang
disesuaikan dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa
yang tertuang di dalam Pancasila dan UUD45.
POSISIONING UNDANG-UNDANG
NOMOR 52 TAHUN 2009
TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN
3. Undang-undang
ini disesuaikan dengan
perubahan sistem
DAN PEMBANGUNAN
KELUARGA
4. Undang-undang ini diharapkan mampu menjawab masalahmasalah yang lebih spesifik seperti pertumbuhan kota dan
urbanisasi, migrasi (internal dan internasional), pengangguran,
kemiskinan, degradasi lingkungan dan perubahan struktur
penduduk.
SISTEMATIKA UNDANG-UNDANG
NOMOR 52 TAHUN 2009
TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN
DAN PEMBANGUNAN KELUARGA
BAB
BAB
BAB
BAB
BAB
BAB
I
II
III
IV
V
VI
:
:
:
:
:
:
Ps 29)
* Bagian Ketiga
: Penurunan Angka Kematian (Ps 30 s/d 32)
* Bagian Keempat : Mobilitas Penduduk (Ps 33 s/d Ps 37)
* Bagian Kelima
: Pengembangan Kualitas Penduduk
** Paragraf 1 : Umum (Ps 38)
** Paragraf 2 : Penduduk Rentan (Ps 39 s/d
Ps 43)
* Bagian Keenam
SISTEMATIKA UNDANG-UNDANG
NOMOR 52 TAHUN 2009
TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN
DAN PEMBANGUNAN KELUARGA
Konsideran
s
Menimbang
Batang
Tubuh
Penjelasan
Umum
Konsiderans
Mengingat
1. Pembangunan Nasional
pd hakekatnya
pembangunan manusia dan seluruh masyarakat
Indonesia, mencakup semua dimensi dan aspek
kehidupan untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur berdasarkan UUD 1945.
KONSIDERAN MENGINGAT
ASAS
(Ps 2)
norma agama
keseimbangan
PK dan PK
perikemanusiaan,
manfaat
PRINSIP
Kependudukan sbg titik sentral kegiatan
pembangunan;
Pengintegrasian kebijakan kependudukan kedalam
pembangunan sosial budaya, ekonomi, dan
lingkungan hidup;
Pertisipasi semua pihak dan gotong royong;
Perlindungan dan pemberdayaan terhadap keluarga
sbg unit terkecil dlm masyarakat;
Kesamaan hak dan kewajiban antara pendatang dan
penduduk setempat;
Perlindungan terhadap budaya dan identitas
penduduk lokal;
TUJUAN
Perkembangan kependudukan :
mewujudkan keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan antara kuantitas, kualitas,
dan persebaran pddk dengan lingkungan
hidup.
Pembangunan Keluarga :
meningkatkan kualitas keluarga agar dapat
timbul rasa aman, tenteram, dan harapan
masa depan yg lebih baik dalam
mewujudkan kesejahteraan lahir dan
HAK PENDUDUK
HAK PENDUDUK
Bebas bergerak, berpindah dan bertempat tinggal dalam wilayah
NKRI;
Mendapatkan perlindungan untuk mempertahankan keutuhan,
ketahanan dan kesejahteraan keluarga;
Menetapkan keluarga ideal scr bertanggung jawab (jumlah, jarak,
umur melahirkan; mendidik, membimbing, mengarahkan anak;
mengangkat anak; hak reproduksinya);
Hak hidup; mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai adat;
Memperjuangkan pengembangkan dirinya (pribadi/kelompok) untuk
membangun bangsa dan negara;
Memperoleh dan mempertahankan ruang hidupnya;
Mendapatkan identitas kewarganegaraan, ataupun mengganti status
kewarganegaraan;
Memperoleh hak dasar kehidupannya.
KEWAJIBAN PENDUDUK
Pasal 6
Pasal 7
KEWENANGAN PEMERINTAH
Pasal 8
Menetapkan kebijakan dan program jangka menengah dan
jangka panjang (PK dan PK) sesuai dgn kebutuhan daerah
masing-2.
Kebijakan PJM dan PJP hrs mengacu pada kebijakan Nasional.
Diatur dlm Perda
Pasal 9
Pelaksanaan Kebijakan Dan Program JM Dan JP
Pengumpulan,
pengolahan,
analisis,
evaluasi,
penelitian,
pengembangan, dan penyebarluasan informasi tentang PK dan PK;
Perkiraan scr berkelanjutan dan penetapan sasaran PK dan PK;
Pengendalian dampak pembangunan terhadap PK dan PK serta
lingkungan hidup.
Pasal 10
PP
Perda
PEMBIAYAAN
Pasal 15
Pembiayaan scr nasional dibebankan pada APBN
Alokasi anggaran disediakan scr proporsional sesuai dgn
kebutuhan.
Pasal 16
Pembiayaan di daerah dibebankan pada APBD
Alokasi anggaran disediakan scr proporsional sesuai dgn
kebutuhan
Pengalokasian anggaran ditetapkan bersama oleh Pemerintah
Daerah dan DPRD.
OUTPUT
DATABASE
KEPENDUDUKAN
INPUT
MANFAAT
INFODUK
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pencatatan Kelahiran
Pencatatan Lahir Mati
Pencatatan Perkawianan
Pencatatan Pembatalan Perkawinan
Pencatatan Perceraian
Pencatatan Pembatalan Perceraian
Pencatatan Kematian
Pencatatan Pengangkatan Pengesahan
dan Pengakuan anak
9. Pencatatan Perubahan Nama & Perubahan
Status Kewarganegaraan
10. Pencatatan Peristiwa Penting
11. Pelaporan Penduduk yg Tdk dapat
melapor Sendiri
INPUT
INPUT
OUTPUT
CAPIL
SIAK
Dokumen
Kependudukan
(Biodata, KK, KTP, Surat
Keterangan
Kependudukan,
Akta/Kutipan Akta)
1. Perumusan Kebijakan
Perkembangan
Kependudukan
2. Proyeksi kependudukan
3. Perencanaan
Pembangunan
berwawasan
kependudukan
4. Pembangunan sektor lain
5. Pemilu kada dan Pemilu
6. Verifikasi Jati Diri
Penduduk dan Dokumen
Kependudukan
7. Bid. Pemerintahan dan
pelayanan publik
KUANTITAS
PENDUDUK
KUALITAS
PENDUDUK
DATA DAN
KO ADM
PENDUDUK
MOBILITAS/PERSEBARAN
PENDUDUK
Kebijakan
Perkembangan
Kependudukan
PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN
PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN (Ps 17)
KUANTITAS
KUALITAS
PERSEBARAN PENDUDUK
PEMBANGUNAN NASIONAL
BERKELANJUTAN
KESERASIAN
KESELARASAN
KESEIMBANGAN
PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN
PENGENDALIAN KUANTITAS PDDK (Ps 18)
LINGK HDP:
DAYA DUKUNG ALAM
DAN DAYA TAMPUNG
JUMLAH PENDUDUK
LINGKUNGAN
KESERASIAN
KESELARASAN
KESEIMBANGAN
Pasal 19
DADULING
KELUARGA BERENCANA
mewujudkan pddk tumbuh seimbang dan kel berkualitas, -> kebijakan
keluarga berencana -> melalui program KB (Ps 20)
membantu calon atau pasutri dlm mengambil keputusan dan mewujudkan
hak reproduksi scr bertanggung jawab (Ps 21)
* usia ideal perkawinan;
* usia ideal untuk melahirkan;
* jumlah ideal anak;
* jarak ideal kelahiran anak; dan
* penyuluhan kesehatan reproduksi.
bertujuan untuk :
mengatur kehamilan yg diinginkan;
menjaga kesehatan dan menurunkan AKB, AKA, AKI;
meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling dan
pelayanan KB dan Kespro;
meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dlm KB; dan
mempromosikan ASI -> menjarangkan jarak kelahiran.
Kebijakan KB melarang promosi aborsi sbg pengaturan kehamilan .
2
2
l
a
s
a
P
KELUARGA BERENCANA
KIE
diatur dlm PP
KELUARGA BERENCANA
Pa
sa
l2
KELUARGA BERENCANA
Pasal
23
KELUARGA BERENCANA
Pas
al 2
a
s
Pa
5
2
l
KELUARGA BERENCANA
KELUARGA BERENCANA
Pasal 26
Penggunaan alat, obat, dan cara kontrasepsi yg
menimbulkan resiko terhadap kesehatan dilakukan atas
persetujuan suami dan istri setelah mendapatkan
informasi dari tenaga kesehatan yg memiliki keahlian
dan kewenangan.
Tata cara penggunaan alat, obat, dan cara kontrasepsi,
dilakukan menurut standar profesi kesehatan sesuai dgn
ketentuan peraturan perundang-undangan.
KELUARGA BERENCANA
Pasal 27
Setiap orang dilarang memalsukan dan menyalahgunakan
alat, obat, dan cara kontrasepsi di luar tujuan dan prosedur
yg ditetapkan.
Pasal 28
Penyampaian informasi dan/atau peragaan alat, obat, dan
cara kontrasepsi hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan dan tenaga lain yg terlatih serta dilaksanakan di
tempat dan dengan cara yg layak.
KELUARGA BERENCANA
Pasal 29
Pemerintah dan Pemda mengatur pengadaan dan
penyebaran alat dan obat kontrasepsi berdasarkan
keseimbangan antara kebutuhan, penyediaan, dan
pemerataan pelayanan sesuai dgn ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pemerintah dan Pemda wajib menyediakan alat dan
obat kontrasepsi bagi penduduk miskin.
Litbang teknologi alat, obat , dan cara kontrasepsi
dilakukan oleh Pemerintah dan Pemda
dan/atau
masyarakat
berdasarkan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan.
0
3
l
a
s
Pa
PENURUNAN ANGKA
KEMATIAN
1
3
l
a
s
Pa
dan
pengurangan
resiko
kesakitan
dan
Pa
sal
32
diatur dengan PP
MOBILITAS PENDUDUK
FISIK-HORISONTAL
WAKTU
INTERNAL
PERMANEN
KE PEMUKIMAN BARU
NON PERMANEN
KE KOTA BESAR
KE DAERAH PERBATASAN
MOBILITAS
PENDUDUK
MOTIF
EKONOMI
SOSIAL
POLITIK
KE DAERAH PENYANGGA.
PERTUMB EKONOMI BARU
PERUBAHAN DESAKOTA
BUDAYA
KEAMANAN
INTERNASIONAL
SOSEKBUD-VERTIKAL
PENINGKATAN
STATUS SOSIAL,
EKONOMI DAN
BUDAYA
(KESEJAKTERAAN)
DAN KEAMANAN
MOBILITAS PENDUDUK
MOB PERMANEN/MIGRASI
VOL, ARAH/KECENDERUNGAN
MIGRAN
ANGKA MIGRASI MASUK
ANGKA MIGRASI KELUAR
URBANISASI
ANGKA URBANISASI
ARUS MIGRASI DR DESA KE KOTA
PERUBAHAN STATUS PERDESAANPERKOTAAN
POLA MIGRASI
KARAKTERISTIK MIGRAN
PERSEBARAN PDDK
MENGHITUNG PERTUMB
POLA PERSEBARAN PDDK
MENGKAJI KARAKTERISTIK
(DEMOGRAFI, SOSIAL, EKONOMI,
BUDAYA, DASAL, DA TUJUAN)
MOBILITAS PENDUDUK
Pas
al
3
Kebijakan
pengarahan
mobduk
dan/atau
penyebaran pddk utk mencapai persebaran pddk
yg optimal, didasarkan pada keseimbangan antara
jumlah pddk dgn DADULING.
Meliputi
mobduk
internal
dan
mobduk
internasional
tingkat nasional dan daerah
serta ditetapkan scr berkelanjutan.
Pasal 33
MOBILITAS
PENDUDUK
MOBILITAS
PENDUDUK
Pasal 33
Pengarahan mobduk internasional, dilakukan melalui
kerjasama internasional dengan negara pengirim dan
penerima migran internasional ke dan dari Indonesia sesuai
dgn perjanjian internasional yg telah diterima dan disepakati
oleh Pemerintah.
diatur dalam PP
MOBILITAS PENDUDUK
Pasal 34
Pasal 35
MOBILITAS PENDUDUK
Pasal 36
Perencanaan
pengarahan
mobduk
dan/atau
penyebaran pddk dilakukan dgn menggunakan data
dan informasi , persebaran pddk dgn memperhatikan
RTRW.
MOBILITAS PENDUDUK
Pasal 37
Pemerintah
dan
Pemerintah
Daerah
melakukan
pengumpulan data, analisis, serta proyeksi angka
mobilitas dan persebaran pddk sbg bagian dari
pengelolaan kependudukan dan pembangunan keluarga.
Pemerintah wajib melakukan penyusunan pedoman dan
pelaporan pemantauan kegiatan pengumpulan data,
analisis, serta proyeksi angka mobilitas dan persebaran
pddk
Tata cara pengumpulan data, analisis, serta proyeksi
angka mobilitas dan persebaran pddk diatur dalam PP.
KUALITAS PENDUDUK
NON-FISIK
Nilai Agama
Nilai Sosial budaya
Mental spiritual,
Ketaqwaan,
Kesantunan,
Berbudaya,
Berkepribadian, dll
FISIK
Kesehatan, Pendidikan
Ekonomi/Kemampuan
daya beli
PENDUDUK RENTAN
Pasal 39
PENDUDUK RENTAN
Pasal 40
Pengembangan potensi pddk rentan dilaksanakan melalui
perawatan, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan
pelatihan atas biaya negara.
Pasal 41
dan
tata
cara
PENGEMBANGAN WAWASAN
KEPENDUDUKAN
Pasal 42
Pengembangan wawasan kependudukan merupakan
upaya
peningkatan
pemahaman
mengenai
pembangunan kependudukan yg berkelanjutan untuk
mewujudkan pddk yg berkualitas.
ASPEK PEMBANGUNAN
BERWAWASAN KEPENDUDUKAN
EKONOM
I
SDM
SC
SDA
PERENCANAAN KEPENDUDUKAN
Pasal 44
Perencanaan kependudukan merupakan proses penyiapan
seperangkat keputusan tentang perubahan kondisi kependudukan
yg diinginkan pd masa yang akan datang yg meliputi aspek
kuantitas, kualitas dan mobilitas penduduk.
Pasal 45
Perencanaan kependudukan dilakukan dgn menetapkan sasaran
kuantitas, kualitas dan mobilitas penduduk beserta langkah
pengelolaan perkembangan kependudukan di suatu daerah pada
masa yg akan datang.
PERENCANAAN KEPENDUDUKAN
Pasa
l
46
PEMBANGUNAN KELUARGA
Pasal 47
Pemerintah dan Pemerintah Daerah menetapkan
kebijakan
pembangunan
keluarga
melalui
pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
Kebijakan dimaksudkan untuk mendukung keluarga
agar dapat melaksanakan fungsi keluarga secara
optimal.
PEMBANGUNAN KELUARGA
Pasal 48
Kebijakan
pembangunan
keluarga
melalui
pembinaan
kesejahteraan keluarga, dilaksanakan dgn cara :
dan
informasi,
kehidupan
PEMBANGUNAN KELUARGA
Pasal 48
d. Pemberdayaan keluarga rentan dgn memberikan perlindungan dan
bantuan untuk mengembangkan diri agar setara dgn keluarga lain.
e. Peningkatan kualitas lingkungan keluarga.
f. Peningkatan akses dan peluang terhadap penerimaan dan sumber
daya ekonomi melalui usaha mikro keluarga.
g. Pengembangan cara inovatif untuk memberikan bantuan yg lebih
efektif bagi keluarga miskin.
h. Penyelenggaraan upaya penghapusan kemiskinan terutama bagi
perempuan yg berperan sbg KK
diatur dgn Permen terkait sesuai kewenangan
melalui
sensus,
survei,
dan
dan
informasi
KELEMBAGAAN
Pasal 53
Dalam rangka pengendalian penduduk dan
pembangunan keluarga, dengan UU ini Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN).
BKKBN merupakan LPNK yg berkedudukan di bawah
Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden.
KELEMBAGAAN
Pasal 54
Dalam rangka pengendalian penduduk dan penyelenggaraan
keluarga berencana di daerah, pemerintah daerah membentuk
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah (BKKBD) di
tingkat provinsi dan kab/kota.
BKKBD dlm melaksanakan tugas dan fungsinya memiliki hubungan
fungsional dengan BKKBN.
Pasal 55
BKKBN berkedudukan di ibu kota Negara Republik Indonesia.
BKKBD berkedudukan di ibu kota Provinsi dan Kab/Kota.
KELEMBAGAAN
Pasal 56 TUGAS DAN FUNGSI
BKKBN bertugas melaksanakan pengendalian penduduk dan
menyelenggarakan keluarga berencana.
Dalam melaksanakan tugas, BKKBN mempunyai fungsi :
perumusan kebijakan nasional;
penetapan NSPK;
pelaksanaan advokasi dan koordinasi;
penyelenggaraan KIE;
penyelenggaraan monev;
pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi.
Ketentuan tugas, fungsi dan susunan organisasi BKKBN,
diatur dengan PERPRES
KELEMBAGAAN
Pasal 57
BKKBD mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan
pengendalian penduduk dan menyelenggarakan
keluarga berencana di tingkat provinsi dan kab/kota.
Kewenangan BKKBD dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan tugas, fungsi dan susunan organisasi
BKKBD, diatur dengan PERDA.
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 59
PP Nomor 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan
Keluarga sejahtera; PP Nomor 27 Tahun 1994 tentang Pengelolaan
Perkembangan Kependudukan; PP Nomor 57 Tahun 2009 tentang
Perubahan atas PP Nomor 27 Tahun 1994 tentang Pengelolaan
Perkembangan Kependudukan masih tetap berlaku sepanjang tdk
bertentangan dengan UU ini.
KETENTUAN PENUTUP
Ps 60
UU Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan keluarga Sejahtera, DICABUT DAN DINYATAKAN TIDAK BERLAKU.
Ps 61
BKKBN dalam jangka waktu paling lambat 6 bulan wajib menyesuaikan
dengan ketentuan dalam UU ini.
Ps 62
Peraturan pelaksana dari UU ini ditetapkan paling lambat 1 tahun sejak
tanggal pengundangan UU ini.
Ps 63
UU ini berlaku pd tanggal diundangkan (29 Oktober 2009), dan agar setiap
orang mengetahiunya, memerintahkan pengundangan UU ini dengan
penempatannya dalam LNRI
PERATURAN PELAKSANAAN
I. Peraturan Pemerintah
1. Kebijakan dan Program Jangka Menengah dan Jangka Panjang Pengelolaan
Perkembangan Kependudukan dan pembangunan keluarga -> Ps 7 ayat (3)
2. Tanggung Jawab Pemerintah dlm Menetapkan Kebijakan Nasional, NSPK,
Pembinaan, Bimbingan, Supervisi dan Fasilitasi serta Sosialisasi, Advokasi
dan Koordinasi -> Ps 12 ayat (2)
3. Tata cara Penetapan Pengendalian Kuantitas Penduduk -> Ps 19 ayat (4)
4. Tata cara Pengumpulan Data dan Proyeksi Kependudukan tentang Angka
Kematian -> Ps 32 ayat (3)
5. Pengarahan Mobilitas Penduduk -> Ps 33 ayat (5)
a. Penataan dan Penyebaran Penduduk ke Daerah Perbatasan Antarnegara.
b. Kebijakan Mobduk non-permanen.
c. Penataan Persebaran Penduduk melalui Kerjasama Antardaerah.
d. Pengarahan Mobduk melalui Pengembangan Daerah Penyangga.
e. Pedoman Pengelolan Urbanisasi di Perkotaan.
f. Pedoman Pelayanan terhadap Penduduk Musiman.
PERATURAN PELAKSANAAN
I. Peraturan Pemerintah
6. Tatacara Pengumpulan Data, Analisis Mobilitas dan Persebaran
Penduduk -> Ps 37 ayat (3)
7. Pengembangan Kualitas Penduduk -> Ps 38 ayat (6)
8. Kriteria Penduduk Miskin dan Tatacara Perlindungannya -> Ps 41 ayat
(2)
9. Sistem Informasi Kependudukan dan Keluarga -> Ps 50 ayat (4)
II. Peraturan Presiden
1. Pedoman Perencanaan kependudukan -> Ps 46 ayat (5)
2. Tugas, Fungsi , dan Susunan Organisasi BKKBN -> Ps 56 ayat (3)
PERATURAN PELAKSANAAN
III. Peraturan Menteri
1. Akses, Kualitas, Informasi, Pendidikan, Konseling dan Pelayanan Alat
Kontrasepsi (Permenkes) -> Ps 23 ayat (2)
2. Tatacara penggunaan alat, obat, dan cara kontrasepsi (Permenkes) -> Ps
26 ayat (3)
3. Kebijakan Pembangunan Keluarga (Permen terkait) -> Ps 48 ayat (2)
IV. Peraturan Daerah
1. Kebijakan dan Program Jangka Menengah dan Jangka Panjang Pengelolaan
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga -> Ps 18 ayat
(3)
2. Tanggung Jawab Pemerintah Provinsi dalam Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan keluarga -> Ps 13 ayat (2)
3.
4.
TERIMA KASIH