Anda di halaman 1dari 32

SIROSIS HEPATIS

OLEH KELOMPOK I :
TRI HANDOKO(115070309111001)
ZUHRO AGUSTIN (115070309111002)
IKA NUR INTAN SARI (115070309111003)
LISASNITA EKA W (115070309111004)
MARKUS BAHABOL (115070309111005)
SETYO HARINI (115070309111006)
SELVI WINARNI (115070309111007)
RINA BIDHARI P. (115070309111008)
DWI WAHYUNINGSIH (115070309111009)
AISA NANGGALO (115070309111010)
HASAN (115070309111047)

KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI


CD.7

Mampu mengawasi, mengkoordinir, dan


memimpin team untuk pendokumentasian
suatu pengkajian maupun intervensi gizi

CD.

8 Mamberikan pendidikan gizi dalam


praktik kegiatan

CD.

33 Mahasiswa mampu merancang dan


melakukan asuhan gizi pada pasien
berdasarkan status gizi pasien

UNCLEAR TERM
1. Sirosis Hepatic :
Penyakit kronis yang disebabkan oleh nekrosis
dan regenerasi yang difuse (berkepanjangan),
yang menyebabkan peningkatan dalam
pembentukan jaringan fibrosa yang mengganggu
struktur hati normal (Mahan,et all. 2008)
2. Melena :
Terjadinya buang air besar berwarna kehitaman
bercampur dengan makanan yang sudah
tercena, sebagai akibat dari perdarahan pada
saluran cerna bagian atas (Sandjaya. 2010)

3. Diagnosa Medis :
Proses penentuan jenis penyakit berdasarkan
tanda dan gejala dengan menggunakan cara dan
alat seperti hasil laboratorium, foto dan klinik
(Asrul, dr. 2009)
4. Ikterik :
Gejala kuning karena peningkatan pigmen
empedu, biasanya mulai terlihat apabila kadar
bilirubin darah lebih dari 3mg%, dan dapat terjadi
karena penyakit hepar dan lainnya. (Asrul, dr. 2009)
5. Fatigue :
Keadaan meningkatnya ketidak nyamanan dan
menurunnya efesiensi akibat pekerjaan yang
berkepanjangan atau berlebihan; kehilangan
tenaga atau kemampuan menjawab rangsangan
(Dorlan. 2011)

6. Anoreksia :
Berkurangnya nafsu makan (Dorlan. 2011)
7. Weakness :
Kelemahan otot dan cepat lelah diakibatkan
kekurangan protein dan adanya cairan dalam otot
penderita (Anonym. 2009)
8. Pendokumentasian :
Suatu proses berkelanjutan yang mendukung
semua langkah atau proses asuhan gizi dan
merupakan bagian integral dalam kegiatan
monitoring dan evaluasi serta berisi deskripsi,
penjelasan, bagan alir, daftar-daftar, cetakan hasil
komputer, contoh objek dari sistem informasi
(Persagi dan AsDI, 2009)

CUES :
Ahli

gizi mampu merancang, melakukan


asuhan gizi, mengawasi, mengkooridinir dan
memimpin team untuk pendokumentasian
suatu pengkajian maupun intervensi gizi
dengan langkah yang tepat pd pasien dengan
diagnose medis sirosis hepatis

GAMBARAN UMUM PENYAKIT


ETIOLOGI

Berdasarkan morfologi etiologi sirosis hepatic terbagi menjadi 3 macam yaitu


1.Makronodul,
2.Mikronodul,
3.Campuran

yaitu gabungan antara makronodul dan mikronodul

(Mansjoer, dkk. 2001).

Selain berdasarkan nodulnya sirosis hati ini juga dapat terjadi karena beberapa
penyebab antara lain :
.
Virus

hepatitis

.
Alcohol

Kelainan metabolic meliputi

Hemakhomatosis (kelebihan beban besi

Penyakit Wilson (kelebihan beban tembaga)

Defisiensi alpha-antitripsi

Glikonosis tyoe-iv

Galaktosemia

Tirosinemia

Kolestasis adalah saluran empedu yang membawa empedu yang


dihasilkan oleh hati ke usus, dimana empedu membantu mencerna
lemak.

Sumbatan saluran vena hepatica

Gangguan imunitas

Toksin

dan obat-obatan
Operasi pintas usus pada obesitas
Kriprogenik
Malnutrisi
Indian childhood chirosis
(Sutadi,Sri Maryani. 2003)

PATOFISIOLOGI
Patofisiologi dibagi menurut jenis sirosis hepatic :
Sirosis Laennec (sirosis alkoholik nutrisional)

Perubahan pertama pada hati yang ditimbulkan oleh alkohol adalah akumulasi lemak
secara bertahap didalam sel-sel hati (infiltrasi lemak) gangguan metabolik
pembentukan trigliserida secara berlebihan, menurunnya jumlah keluaran trigliserida
dari hati dan menurunnya oksidasi asam lemak, sehingga terjadi perlemakan hati,
dan ini akan memicu terjadinya sirosis hepatik (Price .SA dan Wilson, L.M, 2005)

Sirosis Pascanekrotik

Pada penderita hepatitis terjadi nekrosis pada jaringan hati, sehingga hepatosit
dikeliling dan dipisahkan oleh jaringan parut dan kehilangan banyak sel hati, kondisi
ini menyebabkan terjadinya sirosis hepatik. ((Price .SA dan Wilson, L.M, 2005)

Sirosis bilier

pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati disekitar saluran empedu, karena
bagian hati yang terdiri atas ruang portal dan periportal tempat kanalikulus biliaric
dari masing-masing lobulus hati bergabung untuk membentuk saluran empedu baru
Menyebabkan terjadinya pertumbuhan jaringan berlebihan terutama terdiri atas
saluran empedu baru yang dikelilingi jaringan parut (Subianto. T, 2009)

PATOFISIOLOGI

GEJALA KLINIS :
Gejala klinis sirosis hepatic di bagi menjadi dua
yaitu
1. Sirosis kompensata, dengan gejala klinik yang
belum diketahui
2. Sirosis dekompensata
(Anonym. 2009).

KOMPLIKASI :
Perdarahan

gastrointestinal, hipertensi portal


menimbulkan varises esophagus, dimana suatu saat
akan pecah sehingga timbul pendarahan yang masih
Koma hepatikum
Ulkus peptikum
Karsinoma hepatosellural, terjadi karena adanya
hiperflasia noduler yang akan berubah menjadi
adenomata multiple dan akhirnya menjadi karsinoma
yang multipel
Infeksi , berupa peritonis, pneumonia,
bronchopneumonia, TBC paru, glomerolusnefritis kronis,
plenonefritis, sistitis
Kematian
(Sutadi, Sri maryani. 2003)

TATALAKSANA DIET
Terapi diet
Tujuan :
Mencapai atau mempertahankan status gizi optimal tanpa
memberatkan fungsi hati, dengan cara :
1. Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah
kerusakan lebih lanjut atau meningkatkan fungsi
jaringan hati yang tersisa
2. Mencegah katabolisme protein
3. Mencegah atau mengurangi asites, varises esophagus,
dan hipertensi portal
4. Mencegah koma hepatic
5. Mencegah terjadinya pendarahan dan meningkatkan
kadar Hb darah apabila terjadi penurunan
(Almatsier, Sunita. 2005)

PRINSIP :
Makanan

sedikitnya 3 kali sehari kendati makan


dengan jumlah sedikit tetapi dengan frekuensi
yang sering
Peningkatanasupan kalori dengan mengkonsumsi
makanan padat kalori.
Pembatasan konsumsi daging hingga sepotong
kecil (25 gram) perkali makan atau konsumsi
daging tidak boleh dua kali perhari
Mengurangi konsumsi susu hingga maksimal
gelas/hari.
Pemberian suplemen vitamin-mineral untuk
memberikan 100-200% RDA
(Hartono,Andri.2000)

Jenis diet yang diberikan pada pasien sirosis


hepatic
Diet

hati 1, diberikan pada pasien dalam keadaan akut atau


bila prekoma sudah dapat diatasi dan pasien sudah mulai
mempunyai nafsu makan. Formula enteral dengan asam
amina rantai cabang (AAA : BCAA), bila asites dan dieresis
belum sempurna pemberian cairan maksimal 1 liter/hari
Diet hati 2, diberikan sebagai makanan perpindahan dari
diet hati I kepada pasien yang nafsu makannya cukup.
Berdasarkan keadaan pasien diberikan dalam bentuk lunak
atau biasa
Diet hati III, diberikan sebagai makanan perpindahan dari
diet hati II atau kepada pasien hepatitis akut (hepatitis A
dan hepatitis B) dan sirosis hati yang nafsu makannya telah
baik, telah dapat menerima protein dan tidak menunjukkan
gejala sirosis hati aktif (Almatsier, Sunita. 2005)

SYARAT DIET :
1. Sirosis hepatis tanpa komplikasi
Energy cukup, dianjurkan 40-45 kakal/kgBBI/hari
Pemberian protein tergantung keadaan sirosis hepatic.
Mula-mula 0,8-2gr/kgBB/hari, 60-70% berasal dari protein
bernilai biologis tinggi
Karbohidrat diberikan kurang lebih 60-70%, dari total kalori
dianjurkan dari karbohidrat yang murni.
Lemak dianjurkan 20% dari total kalori
2. Sirosis hepatis dekompensasi (dengan asites dan oedem)
Energy cukup, diberikan 40-45 kkal/kgBBI/hari
Protein tinggi 1-2gr/kg BBI/ hari
Lemak diberikan 20% dari total energy
Cairan diberikan 1 liter/hari

3. Sirosis hepatis dengan enselofati hepatik


Energy yang diberikan 35-40kkal/kgBBI/hari, untuk
mencegah pemecahan protein tubuh
Protein dihentikan selama 2 hari pertama, 3 hari
selanjutnya mulai diberikan 10-20 gram/hari,
kemudian 30-40gr/hari
Lemak diberikan 20% dari total energy, pilih lemak
nabati
4. Mudah cerna
5. Porsi yang diberikan kecil tapi sering
6. Bahan makanan yang menimbulkan gas dihindarkan
7. Pemberian natrium dibatasi bila ada oedem dan
asites (Na diberikan 1000-2000mg, bila dibarengi
dengan pemberian obat diuretik

Terapi Edukasi :
1. Konseling
Tujuan pemberian konseling kepada pasien adalah untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan pasien
dalam menjalani pengobatannya serta untuk memantau
perkembangan terapi yang dijalani pasien. Pada konseling akhir
perlu dilakukan verifikasi akhir untuk lebih memastikan bahwa
hal-hal yang dikonseling telah dipahami oleh pasien
2. Penyuluhan
Penyluhan dapat dilakukan langsung dan tidak langsung.
Penyuluhan langsung dapat dilakukan secara perorangan
maupun kelompok, sedangkan penyuluhan tidak langsung dapat
dilakukan melalui penyampaian pesan-pesan penting dalam
bentuk leaflet, atau tulisan dan gambar didalam media cetak
atau elektronik
(Depkes, 2007).

CARA PENCEGAHAN TERJADINYA


PENYAKIT SIROSIS HEPATIK :
Pencegahan penyebaran dengan cara :
Peningkatan kebersihan lingkungan dan sanitasi
Peningkatan mutu air minum
Kebersihan perseorangan dengan selalu mencuci tangan
sebelum makan
Pemberian darah hanya dilakukan pada kondisi yang benarbenar diperlukan
Penyuluhan dan konseling untuk masyarakat dan penderita
Imunisasi
Imunisasi dengan vaksin merupakan pencegahan secara aktif
terhadap serangan virus. Belum ada vaksin atau Ig yang
digunakan untuk hepatitis E dan C. vaksin yang sudah ada
hanyalah untuk hepatitis A dan B.

Gizi
Dalam pencegahan berbagai macam penyakit di bidang gizi yaitu berprinsip
pada makanan gizi Sehat seimbang dan tidak menkonsumsi makanan yang
mengandung zat bioaktif/kimia. Zat/ BM yang dapat mempertahankan
kesehatan organ hati (Liva-Lite)
Metionin, digunakan untuk detoksifikasi jumlah acetaminophen yang
merupakan penyebab utama gagal hati akut di negara barat.
Kolin, berfungsi sebagai pospatidylcolin yang dibutuhkan untuk transportasi
asam lemak dan kolesterol.
Inositol, penting untuk integritas membran sel, sinyal insulin sistem syaraf
dan membran sel. Di hati inositol penting untuk metabolisme lemak dan
kolesterol.
Akar Dandelion (Taraxacum officiniale), makan/ obat tradisional berguna
untuk gangguan aliran empedu, stimulasi diuresis, kehilangan nafsu makan
dan dispepsia.
Milk thistle (Silybum marianum)
Akar bit (Beta vulgaris), mengandung betain yang terbukti dapat melindungi
terhadap penyakit hati baik alkoholik maupun non alkoholik.
Taurin, komponen utama dari empedu, dan berdasarkan penelitian
menunjukkan bahwa taurine dapat melindungi terhadap alkohol dan karbon
tetraklorida yang menyebabkan kerusakan hati
(Depkes. 2007)

IOM pada Penyakit Sirosis Hepatik


Diuretik diberikan utuk menanggulangi asites, terjadi
penurunan BB 1 kg/hr. IOM: jika dikonsumsi bersama
dengan makanan akan menurunkan kerja obat yang
mengakibatkan gagalnya terapi, kalium juga perlu
diperhatikan karena jika dikonsumsi secara berbarengan
dengan konsumsi kalium maka akan terjadi
hiperkalemia sehingga dapat mengganggu kerja dari
ginjal
Anti inflamasi (aspirin), jika diminum bersama dengan
grape fruit juice (GFJ) akan menimbulkan/memicu rasa
panas dan asam di perut.
Propanolol, jika dikonsumsi bersama dengan makanan
akan efek samping obat.
( Dr, Iyan Darmawan, 2008)

Langkah2 Pendokumentasian
pada SH :
Nutritional Assessment

Pengukuran Antropometri
Hasil Lab
Pengamatan Fisik/Klinis
Dietary history

Nutritional Diagnosis
dengan cara menghubungkan antara problem, etiologi, dan sign/symptoms

Nutritional Intervention
dengan cara memberikan terapi diet, terapi edukasi denga cara konseling, serta melakukakan
kaloborasi dengan tenaga kesehata lainnya

Monev

Pengukuran antropometri
Data biokimia
Perubahan fisik
Perubahan kebiasaaan makan

CARA MENENTUKAN STATUS GIZI


PASIEN SH :
IMT =
Pengukuran berat
badan dilakukan
dengan pakaian
seminimal mungkin
dan tanpa alas kaki
dengan kepekaan 0,1
kg. alat yang
digunakan adalah
beam balance scale.
Sedangkan
pengukuran tinggi
badan dapat diguanak
dengan menggunakan
mictrotoice.
PENILAIAN
ANTROPOMETRI

Perubahan yang
terjadi pada
bagian
permukaan
tubuh atau
jaringan epitel
pada mata, kulit,
rambut yang
diraba maupun
yang dilihat.
Hasil penilaian
dengan metode
ini memberikan
gambaran
tentang keadaan
gizi

Penilaian
klinik

Metode ini
didasarkan atas
adanya
perubahan
biokimia yang
terjadi pada
jaringan tubuh,
misalnya:
tulang, hati,
darah dan urin
selain itu juga
dengan
pemeriksaan
kadar albumin
darah

Penilaian
biokimia

Tabel. Klasifikasi child-paught pada


penyakit hati
Kriteria

Kelas A

Kelas B

Kelas C

Status nutrisi

Normal

Malnutrisi sedang

Malnutiris berat

Asites

Tidak dijumpai

Mudah dikontrol

Sulit dikontrol denga

Derajat

Tidak ada

diueretik

enselopati

0-2 > control

2-4 > control

2 atau 3

Protrombin time

> 6 kontrol

(25-41 detik)

0-2 mg/dl

2-3 mg/dl

Bilirubin (N :

> 3mg/dl

1mg/dl)

> 3,5 mg/dl

2,5 3,5 mgdl

Albumin (N : >

< 2,5 mg/dl

3,5,mg/dl)

10%

30%

Morbilitas dan

82 %

portalitas

perioperatif

Cara penentuan kebutuhan energy


pada pasien sirosis hepatik
Penentuan berat badan actual jika pasien mengalami oedem dan asites
Misal diketahui koreksi : Asites : 10 %, Oedema : 30 %
Total % koreksi BB =(10%+30%) = 40%
BB koreksi : BBaktual x 40/100 = x (kg)
Jadi BB sebenarnya = BB actual BB koreksi = y (kg)
Penghitungan energy dapat dihitung dengan menggunaka rumus harris benedict yaitu
BEE (Perempuan) = 655+(9,6BB)+(1,7TB) (4,7U)
BEE (laki-laki)
= 66 + (13,5BB) + (5TB) (6,8U)
TEE = total kebutuhan energy
TEE = BEE X FA (factor aktivitas)X FS (factor stress)
Keterangan :
Penggunaan berat badan (kg)
Berat badan actual, bila status gizi normal (menurut IMT)
Berat badan ideal, digunakan bila terjadi malnutrisi pada kasus combustion,hamil,
tumor,cyste, asites, underweight, overweight, pasien tidak dapat ditimbang, pasien
pre dan post operasi.
Tinggi badan (cm)
Umur (tahun)

Zat Gizi Makro & Mikro y


Dibutuhkan Pasien SH :
Makronutien : E, KH, L, P sesuai dengan syarat diet
Mikronutrient : (vitamin & mineral)
Untuk komplikasi ESLD adl osteoporisis, maka
direkomendasikan 1200-1500 mg Ca dan 400-800 IU
vit.D, disarankan untuk pasien kolestasis.
Vit A : 100.000-200.000 IU/4 minggu
Vitamin E
Vit K : untuk resiko tingginya pendarahan (varises
esofagus) direkomendasikan 10 mg vit.K/4 minggu
Na < 2-3 g NaCl/hr, untuk pasien acites dan retensi cairan
Thiamin: 100 mg/hr
B6, B12, Folat, B3

Menghitung kebutuhan cairan dan


obat-obat diueretik pada pasien sirosis
hepatic :
Menurut Krause kebutuhan cairan yang diperlukan
oleh penderita sirosis hepatic biasanya terbatas yaitu
antara 1- 1,5 liter/hari terganung dari tingkat
keparahan asites dan oedem yang terjadi.
Atau dapat juga dengan menggunakan perhitungan
sebagai berikut :
Cairan = 35 55ml/kgBB total urine tampung + IWL
atau
Cairan = jumlah urine selama 24 jam + 500cc (rumus
ini digunakan apabila kadar elekrolit Na darah < 120
meq)

MONITORING TERAPI EDUKASI


Memeriksa

pemahaman pasien dan kepatuhan


terhadap rencana
Memeriksa apakah intervensi yang dilaksanakan
sesuai rencana
Memberikan bukti bahwa strategi rencana /
intervensinya bisa atau tidak bisa mengubah prilaku
atau status pasien
Identifikasi hasil positif atau negative lainnya
Mengumpulkan informasi yang menunjukkan alasan
kurangnya kemajuan
Membuat kesimpulan

Monitoring Zat Gizi Makro &


Mikro y Diberikan pada SH :
Alat

yang digunakan dalam monitoring


zat gizi makro dan mikro adalah dengan
menggunakan recall 24 jam yang
kemudian hasilnya di analisis dengan
pembanding AKG atau RDA

HIPOTESA

A
M
I
R
E
T

H
I
S
KA

Anda mungkin juga menyukai