Anda di halaman 1dari 10

MEDIA BK

Suko Maryono
BK b 5
1411080136

Assalamuallaikum Wr.Wb

Konselor Yang Efektif dan


Profesional
Satu instrumen yang paling penting yang harus
digunakan sebagai seorang konselor adalah diri kita
sendiri sebagai pribadi. Untuk menyiapkan
konseling kita dapat mengambil pengetahun yang
kita dapat dari teori. Namun, semua itu belum
mencukupi kebutuhan untuk menjalin hubungan
anatar konseling yang efektif, hal ini perlu kita
campurkan dari pengalaman yang telah kita dapat.

Ciri-Ciri Konselor Yang Efektif


Kecenderungan yang ada sekarang adalah penekanan
pada hal yang dipercaya oleh konselor dan perilaku
konselor. Banyak sumber pendidkan konseling yang
memberi tekanan pada kemampuan terapis untuk bisa
melihat, memahami, dan menerima keberadaan diri
mereka diri mereka dan orang lain. Ada sembilan
karakteristik seorang konselor yang mampu membantu
klien untuk untuk mengembangkan dirinya sehingga
mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya.

1. Konfrontasi : berarti menghadapkan persoalan kepada


klien yang saat ini sedang dihadapi. Dengan
konseling itu klien sadar terhadap persoalannya dan
berusaha memecahkan sendiri dengan bantuan
konselor.
2. Tulus : dapat juga dikatakan ikhlas, berarti
melakukannya tanpa syarat, sehingga tidak ada tawar
menawar. Pelaksanaan konseling tidak dibenarkan
memakai syarat.
3. Jujur : maksudnya tidak berbohong, mengatakan apa
sebenernya, lahir sesuai dengan batin. Sescara jujur
mau mengakui apabila mempunyai kekurangan atau
kelemahan.

4. Hangat : adanya resonansi psikologis yang dapat


memberikan kepuasan kedua belah pihak. Kehangatan ini
sangat dibutuhkan oleh setiap manusia dalam
berhubungan dengan orang lain. Kehangatan dibentuk
dalam suatu interaksi, dan ini akan dirasakan oleh yang
bersangkutan. Untuk menciptakannya diperlukan adanya
hubungan keakraban.
5. Empati : turut merasakan apa yang dihayati oleh klien
dan klien tahu kalau konselor memahaminya.
6. Jelas : dalam memberikan konseling janganlah seperti
bentuk teka-teki, jangan samar-samar kalau berbicara atau
memberikan pengarahan, maka sebaiknya konselor
menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti oleh klien.

7. Polos : artinya tanpa prasangka. Kalau sudah ada


prasangka terhadap klien. Dalam Client Centered
Counseling diperlukan konselor yang polos, menghindari
adanya diagnosis.
8. Hormat : memberikan penghargaan kepada klien,
memberikan kebebasan, klien dibiarkaa tumbuh
berkembang, dan mengembangkan potensinya.
9. Positive Regard : penghargan terhadap klien secara
positive. Konselor yakin bahwa klien mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
Tidak ada dugaan negative terhadap klien, misalnya
bahwa klien adalah orang yang lemah, yang tidak
mempunyai
kemampuan
untuk
menyelesaikan
masalahnya sendiri.

KONSELOR SEBAGAI
SEORANG PROFESIONAL
Instrumen yang paling penting adalah konselor sendiri
sebagai pribadi dan teknik yang baik adalah kemampuan
konselor mencontohkan daya hidup dan dunia nyata
kepribadian konselor. Sebagai sebuah layanan profesional,
layanan BK tidak dapat dilakukan secara sembarangan,
namun harus dilakukan secara benar berdasarkan prosedur
tertentu, yang secara umum terdiri dari enam tahapan,
yaitu : indentifikasi kasus, identifikasi masalah, diagnosis,
prognosis, treatment, evaluasi dan tindak lanjut.

1. Identifikasi Kasus
identifikasi kasus merupakan langkah awal untuk
menemukan peserta didik yang diduga memerlukan
layanan Bimbingan dan Konseling.
2. Identifikasi Masalah
langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis,
karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi
peserta didik. Dalam konteks proses belajar mengajar,
permaslahan peserta didik dapat berkenaan dengan aspek
: substansial-material, struktural-fungsional, behavioral,
atau personality.
3. Diagnosis
merupakan upaya untuk menenmukan faktor-faktor atau
penyebab timbulnya masalah peserta didik. Dalam
konteks belajar mengajar, faktor-faktor ini

dapat dilihat dari segi input, proses, ataupun output


belajarnya.
4. Prognosis
Langkah ini dilakukan untuk memperkirakan apakah
masalah masalah yang dialami peserta didik masih
mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai
alternatif pemecahannya. Hal ini dilakukan dengan cara
mengintregasikan hasil dari langkah kedua dan ketiga.

Anda mungkin juga menyukai