Anda di halaman 1dari 7

Pendidikan Pancasila

dan Kewarganegaraan
Dampak Masif
Korupsi

Korupsi tidak hanya berdampak terhadap satu aspek kehidupan saja. Korupsi
menimbulkan efek domino yang meluas terhadap eksistensi bangsa dan negara.
Meluasnya praktik korupsi di suatu negara akan memperburuk kondisi ekonomi bangsa,
misalnya harga barang menjadi mahal dengan kualitas yang buruk, akses rakyat
terhadap pendidikan dan kesehatan menjadi sulit, keamanan suatu negara terancam,
kerusakan lingkungan hidup, dan citra pemerintahan yang buruk di mata internasional
sehingga menggoyahkan sendisendi kepercayaan pemilik modal asing, krisis ekonomi
yang berkepanjangan, dan negara pun menjadi semakin terperosok dalam kemiskinan.
Berdasarkan Laporan Bank Dunia, Indonesia dikategorikan sebagai negara yang
utangnya
parah, berpenghasilan rendah (severely indebted low income country) dan termasuk
dalam
kategori negara-negara termiskin di dunia seperti Mali dan Ethiopia.

Dampak Ekonomi

Korupsi memiliki korelasi negatif dengan tingkat investasi,


pertumbuhan ekonomi, dan dengan pengeluaran pemerintah untuk
program sosial dan kesejahteraan (Mauro: 1995).
Di sisi lain meningkatnya korupsi berakibat pada meningkatnya
biaya barang dan jasa, yang kemudian bisa melonjakkan utang
negara.
Korupsi yang terjadi di Indonesia akan meningkatkan hutang luar
negeri yang semakin besar. Dari data yang diambil dari Direktorat
Jenderal Pengelolaan Hutang, Kementerian Keuangan RI,
disebutkan bahwa total hutang pemerintah per 31 Mei 2011
mencapai US$201,07 miliar atau setara dengan Rp. 1.716,56
trilliun, sebuah angka yang fantastis.
Konon sekarang ini setiap bayi yang lahir dan berkewarganegaraan
Indonesia langsung menanggung hutang sebesar tujuh juta rupiah.

Dampak Sosial dan Kemiskinan


Masyarakat
Bagi masyarakat miskin korupsi mengakibatkan dampak yang luar
biasa dan saling bertaut satu sama lain. Pertama, dampak
langsung yang dirasakan oleh orang miskin yakni semakin
mahalnya jasa berbagai pelayanan publik, rendahnya kualitas
pelayanan, dan pembatasan akses terhadap berbagai pelayanan
vital seperti air, kesehatan, dan pendidikan. Kedua, dampak tidak
langsung terhadap orang miskin yakni pengalihan sumber daya
milik publik untuk kepentingan pribadi dan kelompok, yang
seharusnya diperuntukkan guna kemajuan sektor sosial dan orang
miskin, melalui pembatasan pembangunan. Hal ini secara
langsung memiliki pengaruh kepada langgengnya kemiskinan.

Matinya Etika Sosial Politik


Banyak pejabat negara, wakil rakyat atau petinggi partai politik yang tertangkap
karena korupsi namun tidak menunjukkan perasaan bersalah, malu ataupun jera
di depan umum. Mereka bertindak seolah-olah selebritis dengan tetap
melambaikan tangan atau tersenyum lebar seolah-olah tidak bersalah. Hal ini
terjadi karena anggapan bahwa mereka akan bebas dari tuduhan atau akan
dengan mudah bebas dengan memberikan upeti kepada penegak hukum yang
mengadilinya.
Gejala ini semakin lama semakin menguat, masyarakat dengan jelas dapat
menilai dari berbagai pemberitaan media masa siapa yang bersalah siapa yang
benar, namun semua itu dikaburkan dengan politik yang sangat licik, dengan
berbagai alasan seperti demi keamanan negara atau keselamatan petinggi
negara. Ketika nilai-nilai kejujuran dan nurani dicampakkan, maka tak pelak lagi
kebangkrutan etika akan berimbas kepada seluruh sendi kehidupan masyarakat
secara umum.

Birokrasi Tidak Efisien


Dalam kenyataan yang terjadi dalam birokrasi ini adalah
ketidak efisienan. Banyak investor yang tertarik untuk
menanamkan modalnya ke Indonesia, namun untuk
mendapatkan perizinan usaha dan investasi harus
melalui birokrasi yang panjang dan berbelit. Ada 10 - 12
prosedur (meja) yang harus dilewati dan ketidak jelasan
waktu penyelesaian pengurusan menjadi sangat rentan
terhadap tindakan korupsi. Pada akhirnya suap adalah
jalan yang banyak ditempuh untuk itu.

Hilangnya Kepercayaan Rakyat


Terhadap Lembaga Negara
Korupsi yang terjadi pada lembaga-lembaga negara seperti yang
terjadi di Indonesia dan marak diberitakan di berbagai media
massa mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap
lembaga tersebut hilang. Berikut ini lembaga negara yang paling
korup menurut Barometer Korupsi Global (BKG) pada tahun 2009:
a. Legislatif (Dewan Perwakilan Rakyat)
b. Partai Politik
c. Kepolisian RI
d. Lembaga Peradilan (Mahkamah Agung dan Kejaksaan Agung)

Anda mungkin juga menyukai