KEGAWATDARURATAN MEDIS
Pembimbing :
dr. Fachrurrazi, Sp. An. M. Kes.
Disusun oleh:
PENDAHULUAN
pembiusan, berasal daribahasa
Yunanian- "tidak atau tanpa"
Anestes danaesthtos,"persepsi atau
ia
kemampuan untuk merasa"
secara parenteral melalui intravena dan
intramuskular,
Metode per-rektal (biasanya untuk anak-anak)
inhalasi
TRIAS
LAPORAN KASUS
2.1
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. Z
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 43 tahun
Alamat
: Muara Satu
Suku
: Aceh
Agama
: Islam
Status perkawinan
: Sudah Menikah
Pekerjaan
: Wiraswasta
No RM
: 07.39.63
SUBJEKTIF
Anamnesis :
Keluhan Utama : nyeri perut
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien masuk di IGD RS Arun Lhokseumawe dengan
nyeri perut. Nyeri perut dirasakan di kuadran kanan
bawah dan terasa seperti tertusuk-tusuk. Nyeri perut
sudah dialami sejak 3 bulan terakhir. Nyeri perut
dirasakan berulang dan memberat sejak 2 minggu
terakhir sehingga pasien berobat ke tukang urut karena
merasa perut berangin. Namun, sejak 3 hari terakhir,
nyeri perut semakin memberat sehingga pasien berobat
ke rumah sakit. Pasien juga mengalami mual dan
muntah sebanyak 7 kali sejak 1 hari sebelum masuk RS.
Status Generalis
Status Gizi
Kepala
Mata
Kesadaran
Compos Mentis
TD
120/90 mmHg
Nadi
80x/ menit
Pernapasan
24x/ menit
Suhu
36,6oC
Berat badan 70 kg
Tinggi badan 172 cm
Normosefali
Letak simetris, edema palpebra (-/-), Konjungtiva pucat (-/-) , sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (+/+), reflek cahaya (+/+)
Telinga
Hidung
Mulut
Paru
Inspeksi: normochest, simetris, jejas (-), sikatrik (-)
Palpasi : stem fremitus (normal/normal)
Perkusi: sonor pada kedua lapangan paru
Thoraks
Palpasi: Hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tidak ada defans muskuler
Perkusi: Tympani
Auskultasi: Bising usus (+)
Hasil
Nilai Normal
Hemoglobin
11,2 g/dL
L= 13-18
P= 12-16
LED
L= <15
P= <20
Eritrosit
4,0 x 106/mm3
L= 4,5-6,5
P= 3,8-5,8
Leukosit
19 x 103/mm3
4-11
Retikulosit
0,5-1,5
Hematokrit
37,1 %
37-47
MCV
92 fl
76-96
MCH
27 pg
27-32
MCHC
30 g%
30-35
RDW
14,7 %
11-15
Trombosit
378 x 103/mm3
150-450
CT
10,15
6-17
BT
2,30
1-4
KGDS
118
70-126
Ureum
27
10-50
Kreatini
0,7
0,7
n
Pemeriksaan Fungsi Hati
(14/3/2016)
Bilirubin
Total
0,5
<1,5
Bilirubin Direct
0,3
<0,3
SGOT
26
10-50
SGPT
22
10-50
Assesment
Colic Abdomen et causa Apendicitis Akut
Penggolongan Status Fisik Pasien Menurut ASA
ASA 1 (Pasien dalam kondisi normal, tidak ada penyakit sistemik dan
kelainan fungsi)
Rencana Pembedahan:
Apendiktomi
Rencana Anestesi:
Anestesi Spinal
Premedikasi :
Induksi
: Bunascan
Kesimpulan
Pasien dewasa berjenis kelamin laki-laki umur 42 tahun dengan status fisik
ASA 1. Pasien akan dilakukan apendiktomi dengan anestesi spinal.
LAPORAN ANESTESI
Pre Operatif
Persiapan Pasien
17 Maret 2016
Di ruang perawatan
Pasien di konsultasikan ke spesialis anestesi dan spesialis
bedah untuk menilai kondisi fisik pasien, apakah pasien dalam
kondisi fisik yang layak untuk dilakukan tindakan operasi.
Setelah mendapatkan persetujuan, pasien disiapkan untuk
rencana apendiktomi keesokan harinya. Diberikan juga
informasi kepada keluarga pasien, antara lain:
Informed consent: bertujuan untuk memberitahukan kepada
keluarga pasien tindakan medis akan apa yang akan dilakukan
kepada pasien, bagaimana pelaksanaanya, kemungkinan
hasilnya, risiko tindakan yang akan dilakukan.
Surat persetujuan operasi: merupakan bukti tertulis dari
pasien atau keluarga pasien yang menunjukkan persetujuan
akan tindakan medis yang akan dilakukan sehingga bila terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan keluarga pasien tidak akan
mengajukan tuntutan.
Anestesi Spinal
Persiapan alat anestesi spinal:
1. Monitor
2. Sphygmomanometer
3. Pulse Oxymetri
Alat untuk melakukan pembiusan:
1. Spuit 5 cc
2. Spinocain no 25
3. Handscoen
4. Hansaplas
5. Alkohol
6. Kasa
Persiapan obat-obatan anestesi
Bunascan: Dosis: 5 15 mg/kgbb
PRE OPERASI
17 Maret 2016
Airway : clear
Breathing : RR 24 x/ menit, stidor (-) snorring (-) gargling (-)
Circulation : HR 80 x/ menit reguler, isi dan tegangan cukup,
akral hangat (+/+)
Disability : GCS : E4V6M5 = 15,
kesadaran : compos mentis
Exposure :
ASA : 1
Selanjutnya dilakukan pre medikasi:
Midazolam 0,07-0,1 mg/kgBB IV (spuit 5 cc)
Sulfat Atropin 0,005 mg/kgBB IV (spuit 3 cc)
Fentanyl IV 2-5 g/kgbb (spuit 3 cc)
OPERASI
17 Maret 2016
Pasien masuk kamar operasi pukul 07.30 WIB dalam
keadaan sadar dan dibaringkan di meja operasi
dengan posisi supine kemudian dilakukan
pemasangan manset dan oksimeter.
Menilai keadaan umum dan melakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital di awal atau penilaian pra induksi:
Kesadaran: Compos Mentis, TD= 120/90 nadi= 80
x/menit, saturasi O2: 99%.
Dilakukan induksi dengan bunascan 5-15 mg/kgBB IV
(spuit 10 cc)
Pasien diberikan O2 6 L/menit, N20 3 l/menit dan
isofluran 3 dengan menggunakan face mask.
POST OPERASI
17 Maret 2016
Setelah tindakan selesai, pasien dibawa ke recovery
room, lalu diberikan O2 2-3 liter/menit dengan nasal
canul, kemudian dilakukan pemantauan terhadap 6B:
B1 : Airway : clear
RR : 26 x/ menit, reguler
B2 : HR : 132 x/menit reguler, isi dan tegangan
cukup, akral dingin (+/+), Sianosis (-/-)
B3 : GCS : E1V1M1 = 3, kesadaran : Coma
B4 : urin : 600 ml/12 jam
B5 : mual (-), muntah (-), bising usus (-) dalam
batas normal
B6 : Normal
Kesan : Tidak Stabil
Sikap : Observasi keadaan umum dan tanda vital
Penilaian Alderete
Score
Motorik : 0
Respirasi
:1
Tekanan darah : 2
Kesadaran
:0
Warna kulit
:1
Total score : 4
pasiendibawa ke
ICU
Anestesi
Umum
Jenis-jenis:
Inhalasi dengan Respirasi Spontan
Sungkup wajah
Intubasi endotrakeal
Laryngeal mask airway (LMA)
Inhalasi dengan Respirasi kendali
Intubasi endotrakeal
Laryngeal mask airway
Anastesi Intravena Total (TIVA)
Tanpa intubasi endotrakeal
Dengan intubasi endotrakeal
TOTAL INTRAVENOUS
ANESTHESIA (TIVA)
Anestesi umum
intravena (TIVA)
adalah anestesi yang
diberikan melalui jalur
intravena, baik untuk
tujuan hipnotik,
analgetik ataupun
pelumpuh otot
Indikasi TIVA:
1) induksi anestesia
2) induksi dan pemeliharaan
anestesi pada pembedahan
singkat
3) menambahkan efek
hipnosis pada anestesi
inhalasi dan anestesi
regional
4) menambahkan sedasi pada
tindakan medik1
PROPOFOL
Kelompok derivat fenol
Dikemas dalam cairan
emulsi berwarna putih
susu bersifat isotonik
dengan kepekatan 1%
(1ml=10 mg)
Waktu paruh 24-72
jam. Dosis induksi
cepat menimbulkan
sedasi (30-45 detik)
dengan durasi berkisar
antara 20-75 menit
tergantung dosis dan
redistribusi dari sistem
saraf pusat4
Metabolisme di hati
melalui konjugasi oleh
glukoronida dan sulfat
untuk membentuk
metabolit inaktif yang
larut air diekskresi
melalui urin tetapi
klirens totalnya lebih
besar dari aliran darah
hati menunjukkan
eliminasi ekstrahepatik.
Sifat ini
menguntungkan untuk
pasien dengan
gangguan metabolisme
hati
DOSIS
Dosis induksi :
pasien >3 tahun dan < 55
tahun = 2-2,5 mg/kgBB
pasien >55 tahun, pasien
lemah atau dengan ASA
III/IV = 1-1,5 mg/kgBB
Dosis pemeliharaan:
Pasien >3 tahun dan <55
tahun = 0,1-0,2
mg/menit/kgBB
pasien >55 tahun, pasien
lemah atau dengan ASA
III/IV = 0,05-0,1
mg/menit/kgBB
EFEK SAMPING
Suntikan intravena
sering menyebabkan
nyeri, sehingga
beberapa detik
sebelumnya dapat
diberikan lidokain 12mg/kgBB intravena
Bradikardi &
hipotensi setelah
penyuntikan propofol
diatasi dengan
penyuntikkan obat
antimuskarinik
(sulfat atropin)
KETAMIN
Ketamin kurang
digemari untuk
induksi anestesi
karena sering
menimbulkan
takikardi, hipertensi,
hipersalivasi, nyeri
kepala, pasca
anestesi dapat
menimbulkan mual
muntah, pandangan
kabur dan mimpi
buruk
Farmakokinetik
Onset kerja pemberian IV lebih cepat dibandingkan
pemberian IM.
Onset IV : 30 detik, IM 3-4 menit
Tetapi durasi kerja IV lebih singkat daripada IM. IV
5-10 menit dan IM 12-25 menit
Metabolisme di hepar dengan bantuan sitokrom
P450 di reticulum endoplasma halus menjadi
norketamine yang masih memiliki efek hipnotis
namun 30% lebih lemah dibanding ketamin
Kemudian mengalami konjugasi oleh glukoronida
menjadi senyawa larut air selanjutnya
diekskresikan melalui urin
Farmakodina
mik
Sistem kardiovaskuler
TD meningkat 20-25% dari TD semula dan
mencapai maksimum beberapa menit
setelah suntikan. Akan turun kembali
dalam 15 menit kemudian..
Sistem pernafasan
Ketamin menyebabkan dilatasi bronkus
dan bersifat antagonis terhadap efek
konstriksi bronkus oleh histamin
sehingga baik untuk penderita asma
Dosis
Dosis induksi pada pasien dewasa = 14mg/kgBB atau 1-2mg/kgBB dengan lama
kerja 15-20 menit, sedangkan melalui infus
dengan kecepatan 0,5mg/kgBB/menit.
Untuk sedasi dan analgesik dosis yang
dianjurkan adalah 0,2-0,8 mg/kgBB IV dan
untuk mencegah nyeri dosis yang
dianjurkan adalah 0,15-0,25 mg/kgBB IV.
MIDAZOLAM
Obat golongan benzodiazepine yang
berinteraksi dengan reseptor GABA di
sistem saraf pusat.
Efek midazolam yang paling penting
efek hipnotik dan sedatif, serta efek
amnesia
Benzodiazepine pemulihan lebih
lama, tetapi amnesia anterograd
yang ditimbulkannya bermanfaat
mengurangi kecemasan pascabedah
Farmakodinamik
Sistem respirasi
Sistem kardiovaskular
Benzodiazepine
Tekanan darah, volume
mendepresi respon
curah jantung dan
ventilasi secara minimal,
tahanan pembuluh
dengan mengurangi
darah perifer cenderung
respons ventilasi terhadap
akan sedikit menurun.
CO2.
Hal tersebut terjadi
Golongan ini dapat
akibat oleh menurunnya
membuat
tonus vagal (drugkegawatdaruratan
induced vagolysis)
nafaspemakaiannya
perlu dipertimbangan bila
ingin diimbangi dengan
golongan opioid karena
dapat apnea
FENTANYL
Farmakodinamik
Sistem kardiovaskuler
Opioid tidak terlalu
mempengaruhi
tekanan darah kecuali
pada dosis yang
sangat tinggi. Dalam
hal ini dapat terjadi
hipotensi dan
bradikardia.
Tekanan serebrospinal
dapat meningkat
karena vasodilatasi
pembuluh serebral
Sistem respiratori
Golongan opioid
dapat membuat
depresi nafas oleh
efek penurunan laju
nafas.
Sistem gastointestinal
Opioid menurunkan
kecepatan pengosongan
lambung oleh karena
penurunan
peristaltikmenghilangkan
diare.
Pada pemakaian jangka
panjang, opioid dapat
menyebabkan konstipasi.
Opioid dapat menyebabkan
mual muntah karena
menstimulasi secara
langsung chemoreceptor
trigger zone (CTZ) pada area
postrema yang
Sistem serebral
Golongan opioid secara
keseluruhan menimbulkan
penurunan konsumsi O2 di
otak, penurunan aliran
darah otak dan tekanan
intrakranial,.
Opioid memiliki efek EEG
yang minimal bila
diberikan pada dosis
tinggi sehingga timbul
efek kejang dan kekakuan
otot.
Pemberian premedikasi
Induksi
Tindakan untuk membuat pasien dari sadar
menjadi tidak sadar. Induksi intravena adalah
induksi yg suntikan ke intravena, disuntikan
perlah-lahan dengan kecepatan antara 30-60
detik.
Obat pilihannya: Propofol (2-2,5 mg/KgBB) /
ketamin (1-2 mg/KgBB) / pentotal (46mg/KgBB) / golongan benzodiasepin;
diazepam (0,05-0,2 mg/KgBB) / midazolam
(0,15-0,3 mg/KgBB).
Anastesia Inhalasi
N2O
- Gas yang berbau, berpotensi rendah (MAC
104%), tidak mudah terbakar dan relatif
tidak larut dalam darah.
- Efek analgetik sangat kuat setara morfin
- Hipnotik sangat lemah
- Tidak ada sifat relaksasi sama sekali
- Jarang digunakan sendirian tetapi
dikombinasi dengan salah satu cairan
anestetik lain sepert halotan dan
sebagainya
Halotan
IsoFluran
Cairan bening, berbau
sangat kuat, tidak mudah
terbakar dalam suhu
kamar
Stabilitasnya tinggi dan
tahan terhadap
penyimpanan sampai
dengan 5 tahun atau
paparan sinar matahari
Dosis pelumpuh otot
dapat dikurangi sampai
1/3 dosis jika pakai
isofluran
Eter
Tidak bewarna, sangat
mudah menguap dan
terbakar, bau sangat
merangsang
Iritasi saluran nafas dan
sekresi kelenjar bronkus
Murah
Analgesik sangat kuat
Sedatif dan relaksasi
baik
Memenuhi trias anestesi
Enfluran
Isomer isofluran
Tidak mudah terbakar,
namun berbau
Dengan dosis tinggi
dapat menimbulkan
aktivitas gelombang
otak seperti ekjang
Efek depresi nafas
dan depresi sirkulasi
lebih kuat dibanding
halotan dan enfluran
Sevofluran
Tidak terlalu bau
Efek bronkodilator
sehingga banyak
dipilih untuk induksi
melalui sungkup
wajah pada anak dan
orang dewasa
Tidak pernah
dilaporkan kejadian
mmune-modified
hepatitis
PNEUMONIA
A. LATAR BELAKANG
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang keseha
49
Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data sekitar 180 pneumonia komuniti me
50
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
51
A. DEFINISI
Pneumonia adalah keradangan parenkim paru dimana asinus terisi
52
53
C. KLASIFIKASI
Berdasar klinis dan epidemiologis :
54
55
56
DIAGNOSIS
57
2. Pemeriksaan
Penunjang
Gambaran Radiologis
58
E. PENGOBATAN
59
Gagal napas
Sepsis
60