Anda di halaman 1dari 60

Laporan Kasus

KEGAWATDARURATAN MEDIS
Pembimbing :
dr. Fachrurrazi, Sp. An. M. Kes.

Disusun oleh:

Rizka Azima Lubis, S.Ked 110610037


Sarah Rahmayani Siregar, S,Ked
110610034
Arlinda Putry Manda Sary, S.Ked
110610021

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani


Kepaniteraan Klinik Senior Pada Bagian/SMF anestesiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara

PENDAHULUAN
pembiusan, berasal daribahasa
Yunanian- "tidak atau tanpa"
Anestes danaesthtos,"persepsi atau
ia
kemampuan untuk merasa"
secara parenteral melalui intravena dan
intramuskular,
Metode per-rektal (biasanya untuk anak-anak)
inhalasi

TRIAS

hipnotik, analgesia dan relaksasi otot

LAPORAN KASUS
2.1

IDENTITAS PASIEN

Nama
: Tn. Z
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 43 tahun
Alamat
: Muara Satu
Suku
: Aceh
Agama
: Islam
Status perkawinan
: Sudah Menikah
Pekerjaan
: Wiraswasta
No RM
: 07.39.63

SUBJEKTIF

Anamnesis :
Keluhan Utama : nyeri perut
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien masuk di IGD RS Arun Lhokseumawe dengan
nyeri perut. Nyeri perut dirasakan di kuadran kanan
bawah dan terasa seperti tertusuk-tusuk. Nyeri perut
sudah dialami sejak 3 bulan terakhir. Nyeri perut
dirasakan berulang dan memberat sejak 2 minggu
terakhir sehingga pasien berobat ke tukang urut karena
merasa perut berangin. Namun, sejak 3 hari terakhir,
nyeri perut semakin memberat sehingga pasien berobat
ke rumah sakit. Pasien juga mengalami mual dan
muntah sebanyak 7 kali sejak 1 hari sebelum masuk RS.

Status Generalis

Status Gizi
Kepala

Mata

Kesadaran

Compos Mentis

TD

120/90 mmHg

Nadi

80x/ menit

Pernapasan

24x/ menit

Suhu

36,6oC

Berat badan 70 kg
Tinggi badan 172 cm
Normosefali
Letak simetris, edema palpebra (-/-), Konjungtiva pucat (-/-) , sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (+/+), reflek cahaya (+/+)

Telinga

Simetris, sekret (-/-), otorhea (-/-)

Hidung

Bentuk normal, tidak ada deviasi septum

Mulut

Bibir sianosis (-) , bibir kering (-)

Paru
Inspeksi: normochest, simetris, jejas (-), sikatrik (-)
Palpasi : stem fremitus (normal/normal)
Perkusi: sonor pada kedua lapangan paru
Thoraks

Auskultasi: SP: vesikuler, ST: (-)


Jantung
Inspeksi: Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi: Tidak ada trill
Perkusi: DBN
Auskultasi:DBN

Inspeksi: Distensi (-)


Abdomen

Palpasi: Hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tidak ada defans muskuler
Perkusi: Tympani
Auskultasi: Bising usus (+)

Darah Rutin (16/3/2016)


Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

Hemoglobin

11,2 g/dL

L= 13-18
P= 12-16

LED

L= <15
P= <20

Eritrosit

4,0 x 106/mm3

L= 4,5-6,5
P= 3,8-5,8

Leukosit

19 x 103/mm3

4-11

Retikulosit

0,5-1,5

Hematokrit

37,1 %

37-47

MCV

92 fl

76-96

MCH

27 pg

27-32

MCHC

30 g%

30-35

RDW

14,7 %

11-15

Trombosit

378 x 103/mm3

150-450

CT

10,15

6-17

BT

2,30

1-4

KGDS

118

70-126

Pemeriksaan Fungsi Ginjal (16/3/2016)

Ureum

27

10-50

Kreatini

0,7

0,7

n
Pemeriksaan Fungsi Hati
(14/3/2016)
Bilirubin
Total
0,5

<1,5

Bilirubin Direct

0,3

<0,3

SGOT

26

10-50

SGPT

22

10-50

Assesment
Colic Abdomen et causa Apendicitis Akut
Penggolongan Status Fisik Pasien Menurut ASA
ASA 1 (Pasien dalam kondisi normal, tidak ada penyakit sistemik dan
kelainan fungsi)
Rencana Pembedahan:
Apendiktomi
Rencana Anestesi:
Anestesi Spinal
Premedikasi :
Induksi
: Bunascan
Kesimpulan
Pasien dewasa berjenis kelamin laki-laki umur 42 tahun dengan status fisik
ASA 1. Pasien akan dilakukan apendiktomi dengan anestesi spinal.

LAPORAN ANESTESI
Pre Operatif
Persiapan Pasien
17 Maret 2016
Di ruang perawatan
Pasien di konsultasikan ke spesialis anestesi dan spesialis
bedah untuk menilai kondisi fisik pasien, apakah pasien dalam
kondisi fisik yang layak untuk dilakukan tindakan operasi.
Setelah mendapatkan persetujuan, pasien disiapkan untuk
rencana apendiktomi keesokan harinya. Diberikan juga
informasi kepada keluarga pasien, antara lain:
Informed consent: bertujuan untuk memberitahukan kepada
keluarga pasien tindakan medis akan apa yang akan dilakukan
kepada pasien, bagaimana pelaksanaanya, kemungkinan
hasilnya, risiko tindakan yang akan dilakukan.
Surat persetujuan operasi: merupakan bukti tertulis dari
pasien atau keluarga pasien yang menunjukkan persetujuan
akan tindakan medis yang akan dilakukan sehingga bila terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan keluarga pasien tidak akan
mengajukan tuntutan.

Persiapan operasi yang dianjurkan kepada


pasien adalah:
Pasien dipuasakan (10 jam sebelum operasi)
sejak pukul 24.00 WIB, tujuannya untuk
memastikan bahwa lambung pasien telah
kosong sebelum pembedahan untuk
menghindari kemungkinan terjadinya muntah
dan aspirasi isi lambung yang akan
membahayakan pasien.
Rencana post-op pasien adalah kembali ke
ruangan.
Di Ruang Persiapan
Memakai pakaian operasi yang telah
disediakan di ruang persiapan.
Pemeriksaan fisik pasien di ruang persiapan :
TD= 120/90, nadi= 80x/menit, suhu=36,60C,
RR=24x/menit

Anestesi Spinal
Persiapan alat anestesi spinal:
1. Monitor
2. Sphygmomanometer
3. Pulse Oxymetri
Alat untuk melakukan pembiusan:
1. Spuit 5 cc
2. Spinocain no 25
3. Handscoen
4. Hansaplas
5. Alkohol
6. Kasa
Persiapan obat-obatan anestesi
Bunascan: Dosis: 5 15 mg/kgbb

Anestesi Umum dengan Intubasi


Persiapan Alat Anestesi Umum dengan
Intubasi:
1. Masker udara, spuit 3 cc
2. Laringoskop
3. ETT
4. Goodel
5. Stilet
6. Kasa tampon
7. Plester
8. Seng dan donat
9. Stetoskop
Persiapan Obat-obat Anestesi:
Obat Premed:
Petidin: dosis 0,5 1 mg/kgBB
Kalnex, dosis
Obat Induksi:
1. Sulfat Atropin: dosis 0,01-0,02 mg/kgbb
2. Fentanil: dosis 2-5 g/kgbb
3. Propofol: dosis 2-2,5 mg/kgBB
4. Atracurium besilat: dosis 0,5-0,6 mg/kgBB
Obat Tambahan/ pilihan lain:
Ketorolac 3%, Ondansentron 4 mg/2 ml,
Ranitidin 25 mg/ml.

PRE OPERASI
17 Maret 2016
Airway : clear
Breathing : RR 24 x/ menit, stidor (-) snorring (-) gargling (-)
Circulation : HR 80 x/ menit reguler, isi dan tegangan cukup,
akral hangat (+/+)
Disability : GCS : E4V6M5 = 15,
kesadaran : compos mentis
Exposure :
ASA : 1
Selanjutnya dilakukan pre medikasi:
Midazolam 0,07-0,1 mg/kgBB IV (spuit 5 cc)
Sulfat Atropin 0,005 mg/kgBB IV (spuit 3 cc)
Fentanyl IV 2-5 g/kgbb (spuit 3 cc)

OPERASI
17 Maret 2016
Pasien masuk kamar operasi pukul 07.30 WIB dalam
keadaan sadar dan dibaringkan di meja operasi
dengan posisi supine kemudian dilakukan
pemasangan manset dan oksimeter.
Menilai keadaan umum dan melakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital di awal atau penilaian pra induksi:
Kesadaran: Compos Mentis, TD= 120/90 nadi= 80
x/menit, saturasi O2: 99%.
Dilakukan induksi dengan bunascan 5-15 mg/kgBB IV
(spuit 10 cc)
Pasien diberikan O2 6 L/menit, N20 3 l/menit dan
isofluran 3 dengan menggunakan face mask.

POST OPERASI
17 Maret 2016
Setelah tindakan selesai, pasien dibawa ke recovery
room, lalu diberikan O2 2-3 liter/menit dengan nasal
canul, kemudian dilakukan pemantauan terhadap 6B:
B1 : Airway : clear

RR : 26 x/ menit, reguler
B2 : HR : 132 x/menit reguler, isi dan tegangan
cukup, akral dingin (+/+), Sianosis (-/-)
B3 : GCS : E1V1M1 = 3, kesadaran : Coma
B4 : urin : 600 ml/12 jam
B5 : mual (-), muntah (-), bising usus (-) dalam
batas normal
B6 : Normal
Kesan : Tidak Stabil
Sikap : Observasi keadaan umum dan tanda vital

Penilaian Alderete
Score
Motorik : 0
Respirasi
:1
Tekanan darah : 2
Kesadaran
:0
Warna kulit
:1
Total score : 4
pasiendibawa ke
ICU

Anestesi
Umum

Definisi: meniadakan nyeri secara


sentral disertai hilangnya
kesadaran yang bersifat reversibel

Jenis-jenis:
Inhalasi dengan Respirasi Spontan
Sungkup wajah
Intubasi endotrakeal
Laryngeal mask airway (LMA)
Inhalasi dengan Respirasi kendali
Intubasi endotrakeal
Laryngeal mask airway
Anastesi Intravena Total (TIVA)
Tanpa intubasi endotrakeal
Dengan intubasi endotrakeal

TOTAL INTRAVENOUS
ANESTHESIA (TIVA)
Anestesi umum
intravena (TIVA)
adalah anestesi yang
diberikan melalui jalur
intravena, baik untuk
tujuan hipnotik,
analgetik ataupun
pelumpuh otot

Indikasi TIVA:
1) induksi anestesia
2) induksi dan pemeliharaan
anestesi pada pembedahan
singkat
3) menambahkan efek
hipnosis pada anestesi
inhalasi dan anestesi
regional
4) menambahkan sedasi pada
tindakan medik1

Tahapan tindakan yang dilakukan


untuk anestesi umum intravena :
1. Penilaian dan persiapan pra anestesi
anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, klasifikasi
status fisik, masukan oral &
premedikasi.
2. Induksi obat anestesi intravena
beserta pemeliharaan.
3. Pemulihan.

Obat-obat induksi intravena


Anestesia intravena langsung masuk ke darah
dan elimininasinya harus menunggu proses
metabolisme maka dosisnya harus
diperhitungkan secara teliti
Obat nya dapat digolongkan dalam 2 golongan:
1) Obat yang terutama digunakan untuk
induksi anestesi golongan barbiturat
2) Obat yang digunakan baik sendiri maupun
kombinasi untuk mendapat keadaan seperti
pada neuroleptanalgesia (droperidol), anestesi
dissosiasi (ketamin), sedatif (diazepam)
Obat yang sering digunakan golongan
barbiturat, ketamin dan diazepam

PROPOFOL
Kelompok derivat fenol
Dikemas dalam cairan
emulsi berwarna putih
susu bersifat isotonik
dengan kepekatan 1%
(1ml=10 mg)
Waktu paruh 24-72
jam. Dosis induksi
cepat menimbulkan
sedasi (30-45 detik)
dengan durasi berkisar
antara 20-75 menit
tergantung dosis dan
redistribusi dari sistem
saraf pusat4

Metabolisme di hati
melalui konjugasi oleh
glukoronida dan sulfat
untuk membentuk
metabolit inaktif yang
larut air diekskresi
melalui urin tetapi
klirens totalnya lebih
besar dari aliran darah
hati menunjukkan
eliminasi ekstrahepatik.
Sifat ini
menguntungkan untuk
pasien dengan
gangguan metabolisme
hati

DOSIS
Dosis induksi :
pasien >3 tahun dan < 55
tahun = 2-2,5 mg/kgBB
pasien >55 tahun, pasien
lemah atau dengan ASA
III/IV = 1-1,5 mg/kgBB
Dosis pemeliharaan:
Pasien >3 tahun dan <55
tahun = 0,1-0,2
mg/menit/kgBB
pasien >55 tahun, pasien
lemah atau dengan ASA
III/IV = 0,05-0,1
mg/menit/kgBB

EFEK SAMPING
Suntikan intravena
sering menyebabkan
nyeri, sehingga
beberapa detik
sebelumnya dapat
diberikan lidokain 12mg/kgBB intravena
Bradikardi &
hipotensi setelah
penyuntikan propofol
diatasi dengan
penyuntikkan obat
antimuskarinik
(sulfat atropin)

KETAMIN

Suatu rapid acting


non-barbiturate
general anesthetic
Blok terhadap
reseptor opiat dalam
otak dan medulla
spinalis efek
analgesik, sedangkan
interaksi terhadap
reseptor metilaspartat
menyebabkan
anastesi umum +
efek analgesik

Ketamin kurang
digemari untuk
induksi anestesi
karena sering
menimbulkan
takikardi, hipertensi,
hipersalivasi, nyeri
kepala, pasca
anestesi dapat
menimbulkan mual
muntah, pandangan
kabur dan mimpi
buruk

Farmakokinetik
Onset kerja pemberian IV lebih cepat dibandingkan
pemberian IM.
Onset IV : 30 detik, IM 3-4 menit
Tetapi durasi kerja IV lebih singkat daripada IM. IV
5-10 menit dan IM 12-25 menit
Metabolisme di hepar dengan bantuan sitokrom
P450 di reticulum endoplasma halus menjadi
norketamine yang masih memiliki efek hipnotis
namun 30% lebih lemah dibanding ketamin
Kemudian mengalami konjugasi oleh glukoronida
menjadi senyawa larut air selanjutnya
diekskresikan melalui urin

Farmakodina
mik

Sistem saraf pusat

Memiliki efek analgetik kuat tetapi efek


hipnotiknya kurang (tidur ringan) disertai
anestesia disosiasi.
Pemberian ketamin IV , dalam 30 detik
pasien mengalami perubahan tingkat
kesadaran disertai tanda khas kelopak
mata terbuka spontan, dilatasi pupil dan
nistagmus. Kadang-kadang dijumpai
gerakan yang tidak disadari (cataleptic
appearance), seperti gerakan mengunyah,
menelan, tremor dan kejang.
Pasien mengalami amnesia anterograde
yang merupakan efek anestesi dissosiatif
dari ketamin

Sistem kardiovaskuler
TD meningkat 20-25% dari TD semula dan
mencapai maksimum beberapa menit
setelah suntikan. Akan turun kembali
dalam 15 menit kemudian..
Sistem pernafasan
Ketamin menyebabkan dilatasi bronkus
dan bersifat antagonis terhadap efek
konstriksi bronkus oleh histamin
sehingga baik untuk penderita asma

Dosis
Dosis induksi pada pasien dewasa = 14mg/kgBB atau 1-2mg/kgBB dengan lama
kerja 15-20 menit, sedangkan melalui infus
dengan kecepatan 0,5mg/kgBB/menit.
Untuk sedasi dan analgesik dosis yang
dianjurkan adalah 0,2-0,8 mg/kgBB IV dan
untuk mencegah nyeri dosis yang
dianjurkan adalah 0,15-0,25 mg/kgBB IV.

MIDAZOLAM
Obat golongan benzodiazepine yang
berinteraksi dengan reseptor GABA di
sistem saraf pusat.
Efek midazolam yang paling penting
efek hipnotik dan sedatif, serta efek
amnesia
Benzodiazepine pemulihan lebih
lama, tetapi amnesia anterograd
yang ditimbulkannya bermanfaat
mengurangi kecemasan pascabedah

Waktu paruh distribusi 7


Dosis premedikasi dewasa
15 menit & waktu
0,05 0,1 mg/kgBB,
paruh eliminasi 2 4
disesuaikan dengan umur
jam.
dan keadaan pasien.
Dosis lazim adalah 5 mg.
Potensi yang tinggi dan
Pada orang tua dan
waktu aksi yang lebih
pasien lemah dosisnya
pendek membuat
0,025-0,05 mg/kgBB.
midazolam menjadi
Pada anak umumnya
pilihan yang baik untuk
digunakan oral 0,5 mg/kg,
digunakan.
30 menit sebelum induksi.
Midazolam
ditransformasikan dan
dieksresi melalui urin.
Metabolisme dilakukan di
dalam hepar.

Farmakodinamik
Sistem respirasi
Sistem kardiovaskular
Benzodiazepine
Tekanan darah, volume
mendepresi respon
curah jantung dan
ventilasi secara minimal,
tahanan pembuluh
dengan mengurangi
darah perifer cenderung
respons ventilasi terhadap
akan sedikit menurun.
CO2.
Hal tersebut terjadi
Golongan ini dapat
akibat oleh menurunnya
membuat
tonus vagal (drugkegawatdaruratan
induced vagolysis)
nafaspemakaiannya
perlu dipertimbangan bila
ingin diimbangi dengan
golongan opioid karena
dapat apnea

FENTANYL

Dosis 1-3 ug/kgBB analgesinya


berlangsung 30 menit
Dosis besar 50-75 g/kgBB
digunakan untuk induksi anestesia
dan pemeliharaan anestesia dengan
kombinasi benzodiazepin dan
anestetik inhalasi dosis rendah, pada
bedah jantung.
Untuk dosis maintenance dapat
digunakan 2-10 g/kgBB/jam

Golongan opioid yang


sering digunakan dalam
TIVA. Mulai kerjanya cepat,
yaitu dalam 2-3 menit (IV),
tetapi singkat, hanya 30
menit.
Fentanyl bekerja pada
reseptor yang memiliki
efek klinis pada analgesi
supraspinal dan spinal.
Reseptor 1 memerantai
analgesia, euphoria dan
rasa tenang. Reseptor 2
menyebabkan
hipoventilasi, bradikardia,
pruritus, penglepasan
prolaktin, dan
ketergantungan fisis.

Farmakodinamik
Sistem kardiovaskuler
Opioid tidak terlalu
mempengaruhi
tekanan darah kecuali
pada dosis yang
sangat tinggi. Dalam
hal ini dapat terjadi
hipotensi dan
bradikardia.
Tekanan serebrospinal
dapat meningkat
karena vasodilatasi
pembuluh serebral

Sistem respiratori
Golongan opioid
dapat membuat
depresi nafas oleh
efek penurunan laju
nafas.

Sistem gastointestinal
Opioid menurunkan
kecepatan pengosongan
lambung oleh karena
penurunan
peristaltikmenghilangkan
diare.
Pada pemakaian jangka
panjang, opioid dapat
menyebabkan konstipasi.
Opioid dapat menyebabkan
mual muntah karena
menstimulasi secara
langsung chemoreceptor
trigger zone (CTZ) pada area
postrema yang

Sistem serebral
Golongan opioid secara
keseluruhan menimbulkan
penurunan konsumsi O2 di
otak, penurunan aliran
darah otak dan tekanan
intrakranial,.
Opioid memiliki efek EEG
yang minimal bila
diberikan pada dosis
tinggi sehingga timbul
efek kejang dan kekakuan
otot.

Teknik Anestesi Umum


Intravena
Persiapan pasien
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan
penunjang
Klasifikasi status
penderita dengan
ASA
Kesimpulan
Instruksi

Persiapan alat (STATICS)


Scope: Laringoskop
yang terdiri dari blade
dan lampu, stetoskop
Tube : ETT
Airway: Pipa orofaring
dan pipa nasofaring
Tape : Plaster untuk
fiksasi ETT
Intraducer : mandrin
Connector :
penghubung pipa
dengan mesin anestesi

Persiapan obat: (premedikasi, induksi,


maintanance)
Premedikasi
Analgesik : fentanyl /petidin /morfin
Sedatif : midazolam /diazepam
/dehydrobenzodiazepin
Hipnotik : ketamin /pentotal
Antikolinergik: sulfat atropin (SA)
Anti emetik : ondancetron /ranitidin
Induksi
Propofol /pentotal /ketamin

Pemberian premedikasi

Premedikasi digunakan sesuai tujuan;


Menenangkan pasien (sedasi) berikan
Midazolam (0,1 mg/KgBB) / Diazepam (0,1
mg/KgBB)
Mengurangi nyeri (analgetik) digunakan
fentanyl 1-3 mcg/KgBB / petidin 1-2
mg/KgBB / morfin 0,1 mg/KgBB
Bila tekanan darah meningkat dapat diberikan
Clonidin HCl (Catapress)
Bila mual muntah dapat diberikan
ondancentron /ranitidin /simetidin.
Premedikasi di ruangan maupun di ruang
operasi, melalui oral (efek tercapai 1-2 jam),
IM (efek tercapai 30-40 menit) dan IV (efek
tercapai 2-3 menit)

Induksi
Tindakan untuk membuat pasien dari sadar
menjadi tidak sadar. Induksi intravena adalah
induksi yg suntikan ke intravena, disuntikan
perlah-lahan dengan kecepatan antara 30-60
detik.
Obat pilihannya: Propofol (2-2,5 mg/KgBB) /
ketamin (1-2 mg/KgBB) / pentotal (46mg/KgBB) / golongan benzodiasepin;
diazepam (0,05-0,2 mg/KgBB) / midazolam
(0,15-0,3 mg/KgBB).

Cek refleks bulu mata untuk penilaian adekuat


obat berikan oksigen. Untuk dosis
pemeliharaan dapat diberikan - 1/3 dari
dosis induksi, dapat pula dikombinasi dengan
gas anestesi, seperti N20 atau dengan obat
anestesi inhalasi isofluran, enfluran, dan juga
sevofluran. Dengan perbandingan 30:70 /
50:50 / 3:2.

Anastesia Inhalasi

Obat anestesi inhalasi yang pertama kali


dikenal dan digunakan untuk membantu
pembedahan ialah N2O.kemudian menyusul,
eter, kloroform, etil-klorida, siklo-propan,
fluoroksan, etil-vinil-eter, halotan, metoksifluran, enfluran, isofluran, desfluran dan
sevofluran.

N2O
- Gas yang berbau, berpotensi rendah (MAC
104%), tidak mudah terbakar dan relatif
tidak larut dalam darah.
- Efek analgetik sangat kuat setara morfin
- Hipnotik sangat lemah
- Tidak ada sifat relaksasi sama sekali
- Jarang digunakan sendirian tetapi
dikombinasi dengan salah satu cairan
anestetik lain sepert halotan dan
sebagainya

Halotan

Tidak bewarna, mudah menguap


Tidak mudah terbakar/meledak
Berbau harum tetapi mudah terurai cahaya
Efek tidak merangsang traktus respiratorius
Menghambat salivasi
Hipnotik kuat, analgetik kurang baik, relaksasi cukup
Mencegah terjadi spasme laring dan bronkus
Aritmia dan hipotensi
Dapat digunakan sebagai obat induksi dan
maintenance

IsoFluran
Cairan bening, berbau
sangat kuat, tidak mudah
terbakar dalam suhu
kamar
Stabilitasnya tinggi dan
tahan terhadap
penyimpanan sampai
dengan 5 tahun atau
paparan sinar matahari
Dosis pelumpuh otot
dapat dikurangi sampai
1/3 dosis jika pakai
isofluran

Eter
Tidak bewarna, sangat
mudah menguap dan
terbakar, bau sangat
merangsang
Iritasi saluran nafas dan
sekresi kelenjar bronkus
Murah
Analgesik sangat kuat
Sedatif dan relaksasi
baik
Memenuhi trias anestesi

Enfluran
Isomer isofluran
Tidak mudah terbakar,
namun berbau
Dengan dosis tinggi
dapat menimbulkan
aktivitas gelombang
otak seperti ekjang
Efek depresi nafas
dan depresi sirkulasi
lebih kuat dibanding
halotan dan enfluran

Sevofluran
Tidak terlalu bau
Efek bronkodilator
sehingga banyak
dipilih untuk induksi
melalui sungkup
wajah pada anak dan
orang dewasa
Tidak pernah
dilaporkan kejadian
mmune-modified
hepatitis

PNEUMONIA

A. LATAR BELAKANG

Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang keseha

49

Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data sekitar 180 pneumonia komuniti me

50

BAB II

TINJAUAN
PUSTAKA

51

A. DEFINISI
Pneumonia adalah keradangan parenkim paru dimana asinus terisi

52

53

C. KLASIFIKASI
Berdasar klinis dan epidemiologis :

54

Berdasar kuman penyebab :


Pneumonia bakterial/tipikal. Dapat terjadi pada semua usia.
Beberapa kuman mempunyai tendensi menyerang seseorang
yang peka, misalnya Klebsiella pada penderita alkoholik,
Staphylococcus pada penderita pasca infeksi influenza.
Pneumonia atipikal, disebabkan oleh Mycoplasma,
Legionella, dan Chlamydia.
Pneumonia virus.
Pneumonia jamur, sering merupakan infeksi sekunder.
Predileksi terutama pada penderita dengan daya tahan lemah
(immunocompromised).

55

Berdasar predileksi infeksi :


Pneumonia lobaris

56

DIAGNOSIS

57

2. Pemeriksaan
Penunjang
Gambaran Radiologis

58

E. PENGOBATAN

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian anti

59

Gagal napas

Sepsis
60

Anda mungkin juga menyukai