Anda di halaman 1dari 40

KELOMPOK 3

AGEL HARPAN DABUKKE


DHEA AMALIA NASUTION
GRACE SIBARANI
MITA LOUISA LUMBANRAJA

Pengertian Otonomi
Daerah
otonomi daerah

Otonom

Daerah

Autos
Namos

Sendiri
Aturan

Wilayah

kewenangan untuk membuat aturan guna


mengurus daerahnya sendiri.

lanjutan

UU No. 32 tahun 2004


hak, wewenang, serta kewajiban daerah
otonom guna mengurus dan mengatur
sendiri urusan pemerintahan serta
kepentingan masyarakatnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
KBBI
hak, wewenang dan kewajiban daerah
untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Latar Belakang Otonomi


Daerah
Internal
Pemerintahan yang sentralistik
Multikris
Kesenjangan dan ketimpangan
is pembangunan
Eksternal
Adanya keinginan modal asing untuk memassifkan
investasinya di Indonesia

TUJUAN DAN PRINSIP


OTONOMI DAERAH
I. Tujuan Otonomi Daerah

MenurutUU Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Perda Pasal 2 ayat 3 :
a) Meningkatkan pelayanan umum
b) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
c) Meningkatkan daya saing daerah

Menurut pendapat para ahli:

a) Dari segi politik : Mencegah penumpukan


kekuasaan di pusat dan membangun
masyarakat yang demokratis.
b) Dari segi pemerintahan : Mencapai
pemerintahan yang efisien.
c) Dari segi sosial budaya : Memfokuskan
perhatian kepada pemerintahan daerah.
d) Dari segi ekonomi : Partisipasi masyarakat
dalam pembangunan ekonomi di daerah
masing-masing.

II. Prinsip Otonomi Daerah

Penyelenggaraan otonomi daerah berdasarkan 3


prinsip:
a) Otonomi Luas : Kewenangan seluas-luasnya
untuk mengurus dan mengatur seluruh urusan
pemerintahan di luar pemerintah pusat.
b) Otonomi Nyata :Penyelenggaraan pemerintahan
berdasarkan tugas,wewenang, dan kewajiban
yang sesuai dengan keadaan daerah.
c) Otonomi Bertanggung Jawab : Sejalan dengan
tujuan dan maksud pemberian otonomi.

Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004:


a) Berdasarkan aspek demokrasi, keadilan dan pemerataan
potensi daerah.
b) Mencakup otonomi yang nyata, luas dan bertanggung
jawab.
c) Otonomi daerah yang luas dan nyata bagi wilayah daerah
dan terbatas bagi provinsi.
d) Merujuk pada peraturan perundang-undangan.
e) Meningkatkan kemandirian pada daerah kabupaten.
f) Peningkatan kualitas dan pelayanan badan legislatif
daerah.
g) Penyelenggaraan dekonsentrasi dilimpahkan kepada
pemerintah provinsi.
h) Dilakukan oleh pemerintah daerah kepada desa disertai
pembiayaan,pembentukan sarana dan prasarana dan SDM.

ASAS-ASAS OTONOMI
DAERAH
a) Asas Desentralisasi
Adalah penyerahan wewenang pemerintahan
oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam kesatuan Negara RI.
b) Asas Dekonsentrasi
Adalah pelimpahan wewenang pemerintah
oleh
pemerintah pusat kepada gubernur sebagai
wakil pemerintah pusat dan/atau kepada
instansi
vertikal di wilayah tertentu.

Adalah penugasan dari pemerintah pusat


kepada
daerah dan/atau desa serta,dari pemerintah
provinsi kepada kabupaten/kota dan atau
desa serta
dari pemerintah kabupaten/kota kepada
desa untuk
melaksanakan tugas tertentu.

PERKEMBANGAN
OTONOMI DAERAH DI
INDONESIA
WARISAN KOLONIAL
Sebelum kedatangan Belanda, pelaksanaan
otonomi daerah masih dapat dikatakan asing
dan tidak dilaksanakan di daerah-daerah di
Indonesia. Hal ini dikarenakan kekuasaan yang
masih bersifat kedaerahan dan terpisah
menjadi kerajaan-kerajaan yang lebih kecil.
Apalagi ini masih diperkaut dengan system
monarki yang dilaksanakan kerajaan-kerajaan
di Nusantara yang membuat distribusi atau
pembagian kekuasaan dalam bentuk otonomi
yang sederhana mungkin masih asing.

Lanjutan

MASA PENDUDUKAN JEPANG


Pada masa penjajahan Jepang di Indonesia
antara tahun 1942-1945, menerapkan sistem
dekonsentrasi dan sentralistik dengan
mengadakan perubahanperubahan kecil seperti
penamaan daerah dan pejabatnya serta nama
lembaga kemiliteran digantikan ke dalam Bahasa
Jepang seperti kaigun (pasukan angkatan laut),
rikugun (Pasukan angkatan darat), Nippon Banzai
(hidup Jepang), Saikosikikan (Gubernur Jendral),
Gunseikan (kepala Staff), dan lain-lain. Jepang
membagi Hindia Belanda menjadi 3 kekuasaan
militer.

Lanjutan
MASA KEMERDEKAAN

1.

Periode Undang-undang Nomor 1 Tahun 1945

2.

Periode Undang-undang Nomor 22 tahun 1948

3.

Periode Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957

4.

Periode Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959

5.

Periode Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965

6.

Periode Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974

7.

Periode Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999

8.

Periode Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

MODEL
DESENTRALISASI
Penerimaan desentralisasi sebagai asas dalam
penyelenggaraan pemerintahan disebabkan
oleh fakta bahwa tidak semua urusan
pemerintahan dapat diselenggarakan secara
sentralisasi, mengingat kondisi geografis,
kompleksitas perkembangan masyarakat,
kemajemukan struktur sosial dan budaya lokal
serta adanya tuntutan demokratisasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan.

Desentralisasi memiliki tujuan yang


dapat diklasifikasi ke dalam dua
variabel penting Antara lain:
Peningkatan efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan
(pendekatanstructural efficiency modelatau
pendekatan administratif);
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam
pemerintahan dan pembangunan
(pendekatanlocal democracy modelatau
pendekatan politis).

Sentralisasi dan
Desntralisasi
Pada hakikatnya, sentralisasi adalah sebuah
continuum bukan sebuah dikotomis. Sentralisasi
dan desentralisasi selalu bergerak dari satu titik
pendulum ke titik pendulum yang lain. Hal yang
sama terjadi dalam konteks penyelenggaraan
negara. Penyelenggaraan pemerintahan
merupakan kombinasi kekuatan yang bersifat
sentripetal (sentralisasi) dan kekuatan sentrifugal
(desentralisasi) secara bersamaan.

Jenis-jenis desentralisasi
1. Dekonsentrasi
Rondinelli, Nellis, dan Cheema (1983) mendefinisikan
dekonsentrasi sebagai penyerahan sejumlah
kewenangan dan tanggung jawab administrasi kepada
cabang departemen atau badan pemerintah yang lebih
rendah. Dari pengertian ini terdapat beberapa dimensi
utama:
a.Pelimpahan wewenang;
b.Pembuatan keputusan, keuangan dan fungsi
manajemen;
c.Level pemerintahan yang berbeda;
d.Dalam jurisdiksi pemerintah pusat.

Dalam dekonsentrasi, pemain inti


pemerintahan adalah :

pemerintah pusat (departemen dan


lembaga sektor) dan aparat pemerintah
pusat yang ada di daerah (kantor
wilayah atau kantor departemen)
diangkat dan digaji dengan APBN
bukan dipilih oleh rakyat yang dilayani
bertanggung jawab kepada pejabat
yang mengangkatnya, yaitu pejabat
pusat

Setelah UU 22/1999 tentang Pemerintahan


Daerah diberlakukan, asas dekonsentrasi
hanya diletakkan pada wilayah propinsi,
sedangkan pada wilayah kabupaten/kota
tidak lagi dianut asas dekonsentrasi.
Sedangkan di kabupaten/kota hanya
dilaksanakan asas desentralisasi penuh.
Semua kantor departemen yang ada di
kabupaten/kota harus diubah statusnya
menjadi dinas.

2. Devolusi
Devolusi merupakan desentralisasi dalam pengertian yang
sempit. Dalam devolusi terjadi penyerahan kewenangan dari
pemerintah pusat kepada tingkat pemerintahan lokal yang otonom.
Pendelagasian wewenang dalam devolusi diatur oleh undangundang yang memuat antara lain:

a.Pembentukan dan pemberian status daerah otonom;


b.Batas-batas jurisdiksi dan fungsi yang jelas;
c.Transfer kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri
tugas dan fungsi yang diberikan;
d.Pengaturan tentang interaksi antar unit pemerintahan daerah
baik secara vertical maupun horizontal;
e.Pemberian kewenangan untuk memungut beberapa
penerimaan daerah seperti pajak dan retribusi daerah;
f.Pemberian kewenangan unutk mengatur dan mengelola
anggaran dan keuangan daerah.

Melalui devolusi terbentuklocal self


government(pemerintahan daerah sendiri).
Dalam devolusi selalu dimulai dengan
pembentukan daerah otonom melalui
undang-undang, yang disertai dengan
pemberian kewenangan yang meliputi
kewenangan untuk mengatur (policy
making) dan kewenangan untuk mengurus
(policy implementing).

3. Tugas
Pembantuan
Tugas pembantuan (medebewind) pada hakikatnya

adalah pelaksanaan kewenangan pemerintah


pusat/pemerintah daerah atasannya, maka sumber
pembiayaannya berasal dari level pemerintahan yang
menugaskan. Untuk itu, sumber biayanya bisa berasal
dari APBN atau APBD pemerintah daerah yang
menugaskannya. Kewenangan yang diberikan kepada
daerah adalah kewenangan yang bersifat mengurus,
sedangkan kewenangan mengaturnya tetap menjadi
kewenangan pemerintah pusat/pemerintah atasannya.

Tujuan-tujuan
Desentralisasi
Menurut Smith, terdapat beberapa tujuan desentralisasi yang telah
diuraikan lebih lanjut dari dua tujuan utama yang telah disebutkan pada
awal pembahasan: tujuan politis dan administratif. Adapun tujuan-tujuan
tersebut antara lain:
(1)Pendidikan politik;
(2)Latihan kepemimpinan politik;
(3)Stabilitas politik;
(4)Kesamaan politik;
(5)Akuntabilitas;
(6)Daya tanggap (responsivitas);
(7)Efisiensi dan efektivitas.

Pembagian Urusan
Pemerintahan
UU No.23/2014

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang P


emerintahan Daerah
telah ditetapkan untuk mengganti UU 32 Tahun
2004 yang tidak sesuai lagi dengan
perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan
tuntutan penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Muatan UU Pemerintahan Daerah tersebut
membawa banyak perubahan dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Salah satunya
adalah pembagian urusan pemerintahan daerah.

Klasifikasi Urusan
Pemerintahan
Terdiri dari 3 urusan yakni urusan pemerintahan
absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan
pemerintahan umum.
Urusan pemerintahan absolutadalah Urusan
Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat.
Urusan pemerintahan konkuren adalah Urusan
Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan
Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota.
Urusan pemerintahan umum adalah Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai
kepala pemerintahan.

Urusan Pemerintahan Wajib

Otonomi Daerah dan


Desentralisasi
Indonesia menerapkan sistem desentralisasi
yang diimplementasikan dalam bentuk otonomi
daerah.
Menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, otonomi daerah adalah
hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Otonomi daerah merupakan sistem
perpanjangan kewenangan pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah untuk
melaksanakan pemerintahan sendiri di
wilayahnya.

Pemerintah daerah diberikan kewenangan


untuk mencari sumber pendapatan, sehingga
diperoleh Pendapatan Asli Daerah. Selain itu
pemerintah daerah juga mendapatkan
bantuan dari pemerintah pusat berupa
transfer ke daerah yang dianggarkan dalam
APBN untuk membantu mendanai kebutuhan
daerah dalam melaksanakan desentralisasi.
Disebutkan dalam UU No. 33 Tahun 2004 dan
PP No. 55 Tahun 2005 Dana Perimbangan ini
terdiri atas tiga macam, yaitu Dana Alokasi
Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan
Dana Bagi Hasil (DBH).

PEMBINAA DAERAH
FRONTIER
Daerah frontier adalah
daerah milik wilayah
geografi NKRI yang
berbatasan langsung
dengan negara
tetangga.
nilai penting daerah
perbatasan adalah hal
yang menjadi
kedaulatan negara,
pengaruh terhadap
kondisi pertahanan dan
keamanan dalam skala

Bidang-bidang pembinaan yang dilaksanakan melalui


program-program pembangunan daerah frontier
meliputi bidang astagatra, yaitu:
1. Geografi negara.
2. Keadaan dan kekayaan alam.
3. Keadaan dan kemampuan penduduk.
4. Ideologi.
5. Politik.
6. Ekonomi.
7. Sosial-Budaya.
8. Pertahanan-Keamanan

Tujuan kebijakan penaganan daerah frontier


pada intinya untuk menjadikan dan
mengamankan wilayah perbatasan negara dari
upaya pengambil-alihan pulau-pulau dan/atau
laut di perbatasan oleh negara tetangga, serta
eksploitasi ilegal sumber daya alam baik oleh
penduduk maupun oleh kepentingan negara
tetangga.
Sasaran dalam pembinaan daerah frontier ini
adalah penduduk yang bermukim di daerah
frontier yang memiliki kemampuan dan
keterampilan mengeksploitasi sumber daya
alam.
perhatian dan dukungan pemerintah pusat
serta peran yang dimainkan pemerintah

secara garis besar ada dua hal penting yang dapat dilakukan
pemerintah daerah yaitu pembangunan daerah perbatasan dengan
pendekatan kesejahteraan ( prosperity approach ) dan pendekatan
keamanan ( security approach )
Subyek pengamanan ada 3:
1. suprastruktur : MPR, DPR dan Pemerintah
2. infrastruktur : Tokoh masyarakat, Tokoh agama dan Partai politik
3. substruktur

: segala lapisan masyarakat

Arah pem-bangunan daerah perbatasan diprioritaskan untuk memacu


pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya ke seluruh pelosok
daerah perbatasan guna meningkatkan kesejahteraan. Pembangunan
daerah perbatasan yang diarahkan untuk mengembang-kan tata ruang
daerah perbatasan menjadi kawasan strategis dan potensial dalam
rangka penataan tata ruang wilayah dengan memperhatikan
pengamanan daerah perbatasan guna menjaga tetap tegaknya
keutuhan dan kedaulatan NKRI.
Tujuan jangka panjang pembangunan daerah perbatasan yaitu untuk
mewujudkan kehidupan masyarakat daerah perbatasan yang sejahtera
dan berkeadilan dalam keharmonisan hubungan dalam segala aspek
kehidupan.

implementasi otonomi
daerah
Bernadine R Wijaya dan Susilo Supardo (2006 :81)
mengatakan bahwa implementasi adalah proses
mentransformasi suatu rencana ke dalam praktik.
ada 5 pengimplementasian otonomi daerah :
1. Implementasi Otonomi Daerah dalam Pembinaan Wilayah
Pembinaan wilayah dapat diartikan bagaiman mengelola
dan mengerahkan segala potensi wilayah suatu daerah untuk
di dayagunakan secara terpadu guna mewujudkan
kesejahteraan rakyat. Potensi wilayah termasuk segala
potensi sumber daya yang mencakup potensi kependudukan,
sosial ekonomi, sosial budaya, politik dan pertahanan
keamanan.

2. Implementasi Otonomi Daerah dalam


Pembinaan Sumber Daya Manusia
Hal ini tugas berat bagi daerah, karena SDM
pada umumnya mempunyai tingkat kompetensi,
sikap, dan tingkah laku yang tidak
maksimal.Untuk pembinaan SDM, pemda
diharapkan: (1) membuat struktur organisasi yang
terbuka, (2) menyediakan media untuk PNS
berkreatif dan membuat terobosan baru, (3)
mendorong PNS berani mengambil resiko, (4)
memberikan penghargaan bagi yang berhasil, (5)
mengembangkan pola komunikasi yang efektif
antar PNS, (6) membangu suasana kerja di PNS
yang inovatif, (7) mengurangi hambatan birokrasi,
(8) mencegah tindakan intervensi yang
mengganggu proses kerja profesional; dan (9)

3. Implementasi Otonomi Daerah dalam


Penanggulangan Kemiskinan
Pemda dalam rangka percepatan
penanggulangan kemiskinan dapat mengambil
kebijakan keluarga, yaitu mendata dengan benar
karakter keluarga miskin, mengidentifikasi tipe
dan pola keluarga miskin, melakukan intervensi
kebijakan, yang meliputi kebijakan penyediaan
sumber daya melalui pendidikan dan pelatihan,
menyediakan program yang mendorong
kesempatan kerja, dan menyediakan program
untuk membangun lingkungan fisik masyarakat
miskin, seperti prasarana jalan, jembatan,
perumahan, listrik dan air bersih, dan pada tahap
akhir pemda melakukan evaluasi efektivitas dari

4. Implementasi Otonomi Daerah dalam Hubungan Fungsional


Eksekutif dan Legislatif
Prinsip kerja dalam hubungan antara DPRD dengan kepala
daerah adalah: proses pembuatan kebijakan transparan,
pelaksanaan kerja melalui mekanisme akuntabilitas, bekerja
berdasarkan susduk, yang mencakup kebijakan, prosedur dan
tata kerja, menjalankan prinsip kompromi, dan menjunjung
tinggi etika.
5. Implikasi Otonomi Daerah dalam Membangun Kerja Sama
Tim
Dalam rangka meningkatkan koordinasi, maka pemerintah
daerah harus menciptakan kerja sama tim. Kerja tim
dilaksanakan dengan (1) pelatihan kepada PNS pemda untuk
menumbuhkan komitmen, integritas, kejujuran, rasa hormat
dan percaya diri, peduli terhadap pemerintah daerah,
mempunyai kemauan dan tanggung jawab, matang secara
emosi, dan mempunyai kompetensi, (2) mengembangkan visi
dan misi pemerintahan daerah yang menjadi acuan kerja, (3)

Apabila pengimplementasian ini berjalan dengan baik maka


keberhasilannya akan nampak. berikut contoh daerah yang
berhasil dalam pengembangan otonomi daerah :
Pemerintah Kota Tangerang Raih Penghargaan Kinerja
Otonomi Daerah Terbaik Tingkat Nasional 2012, Kota
Tangerang Berhasil Terapkan Otonomi Daerah (
http://www.tangerangkota.go.id/mobile/detailberita/4688)
Sebagaimana diketahui Pemerintah Kota Tangerang dalam
proses reformasi khususnya dalam bidang pelayanan
merevitalisasi berbagai pelayanan publik hingga ke
kecamatan, kelurahan, puskesmas, posyandu, hal ini
diharapkan mampu meningkatkan aksesibilitas pelayanan
kepada masyarakat yang terintegrasi melalui jaringan
Tangerang Smart (T-smart) Network. Hal ini tentunya turut
memacu angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota
Tangerang selama tiga tahun terakhir dari 74,89 di Tahun
2009 menjadi 75,81 pada Tahun 2011. Ditambah lagi adanya
peningkatan cukup signifikan yaitu dari Rp. 1,644 triliun di
Tahun 2010 menjadi Rp. 2,076 triliun (APBD murni) pada 2012.

Terima kasih.
-Kelompok 3

Anda mungkin juga menyukai