Anda di halaman 1dari 115

ASMA BRONKIAL

DEFINISI

Inflamasi kronik saluran napas

Hiperreaktif bronkus terhadap berbagai


rangsangan

Penyempitan saluran napas yang reversibel, baik


secara spontan atau dengan pengobatan

MEKANISME

Source: Peter J. Barnes, MD

FAKTOR PENCETUS

Alergen
: 64,5 %
Iritan (asap) : 63,0 %
Cuaca
: 54,2 %
Infeksi
: 37,4 %
Emosi
: 33,6 %

PENYAKIT PENYERTA

Rinitis
: 59,8 %
Alergi Makanan : 9,4 %
Alergi Obat
: 8,3 %
Dermatitis
: 6,5 %
Urtikaria
: 4,7 %

PATOGENESIS

PATOGENESIS

Adanya inflamasi alergi saluran napas.


Adanya hiperreaktivitas bronkus yang meningkat
terhadap berbagai rangsangan.
Adanya obstruksi saluran napas yang reversibel,
membaik secara spontan atau dengan pengobatan.
Adanya peningkatan respon saraf parasimpatis
Kerusakan epitel. Inflamasi kerusakan epitel
penetrasi alergen & mediator inflamasi, iritasi
ujung2 syaraf otonom

PATOGENESIS
antigen
naive T-lymphocyte
Th-0

IL-12 -

dendritic
cell
IL-12
IL-4, IL-13
Th-1
response
(IFN- lymphotoxin, IL-2)
Cell mediated immunity
and Neutrophilic
inflammation

Asthma
Symptoms

IgE

Th-2
response
IL-9
IL4
IL-3
Mast cells

Basophilis

IL-3, IL-5
GM-CSF
Eosinophils

Mediators of inflammation
(eg. histamine,
prostaglandins,
leukotrienes, enzymes)
Bronchial
hyperesponsiveness

Rangsangan Non IgE Mediated


(virus, fisik, kimia, stres, dll)

Rangsangan IgE Mediated


(alergen)

Aktivasi Sel
Mastosit, Sel epitel, Makrofag, Eosinofil, limfosit
Limfosit, Syaraf otonom

refleks akson
neuropeptida

Mediator inflamasi, Kontraksi otot


polos, Kemotaksis
Respon granulositosit, netrofil, eusonofil, basofil
Mediator Inflamasi

ASMA

Edema saluran napas


Infiltrasi seluler
Fibrosis subepitelial
Sekresi mucus
Permeabilitas mukosa
dan
vaskuler, shg
menimbulkan hiperaktif
Saluran nafas

Mekanisme Inflamasi dan hiperreaktivitas bronkus

INFLAMED

NORMAL

DIAGNOSIS

R/ penyakit: batuk, mengi, sesak napas atau


adanya rasa berat didada, dengan pencetus.
Pem fisik: ekspirasi memanjang, mengi,hiperinflasi,
sampai asidosis.
Spirometri: atau FEV1 20% dan atau PEF 20 %
Uji provokasi bronkus: FEV1 20% atau 20 % PEF
Sputum eosinofil
Eosinofil total dalam darah
Thorak foto: normal
AGD: hipoksemia, hiperkapnia, asidosis respiratorik

PENATALAKSANAAN ASMA

TUJUAN PENATALAKSANAAN
ASMA

Menghilangkan dan mengendalikan


gejala asma

Mencegah eksaserbasi penyakit

Meningkatkan faal paru mendekati


normal

Mempertahankan faal paru

Menghindari efek samping obat

Mencegah obstruksi yang ireversibel

Mencegah kematian karena asma

MEMBUAT ASMA MENJADI TERKONTROL

Penatalaksanaan ASMA

NON FARMAKOLOGI

FARMAKOLOGI

LANGKAH-LANGKAH
PENATALAKSANAAN ASMA

1
EDUKASI PENDERITA DAN
KELUARGANYA TENTANG
ASMA

7 Masalah Edukasi Penyakit Asma


1.

2.

3.

4.

Mempelajari dan memahami pengertian dasar


dari penyakit asma
Mempelajari dan memahami faktor faktor
pencetus serangan asma serta mengetahui
cara mengendalikan lingkungan
Dapat menilai atau memantau berat / ringan
penyakit asmanya dan berat / ringan serangan
asmanya serta pengelolaan yang dianjurkan.
Dapat memahami dan memantau pengobatan
pencegahan asma jangka panjang

5. Dapat memahami dan melaksanakan


rencana pengobatan emergenci untuk
mengatasi serangan asma yang mendadak
(eksaserbasi akut asma)
6. Berlatih olahraga secara teratur untuk
menaikkan kebugaran badan (physical
fitness)
7. Melakukan kontrol teratur kepada dokter
pribadinya
8. Mengendalikan Stres Agama

2
MENENTUKAN
KLASIFIKASI ASMA

KLASIFIKASI

Ditentukan oleh

Frekuensi serangan

Serangan asma malam

Gangguan aktivitas

Nilai faal paru (VEP1 atau APE)

Variabilitas harian

ASMA INTERMITTEN

Gejala < 1 x/mg

Gejala asma malam < 2 x/bln

Serangan singkat tidak mengganggu aktivitas

Nilai VEP1 atau APE > 80% nilai prediksi

Variabilitas < 20%

ASMA PERSISTEN RINGAN

Gejala > 1 x/mg tapi < 1 x/hr


Gejala asma malam > 2 x/bln
Eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas dan
tidur
Nilai APE / VEP1 > 80% nilai prediksi

Variabilitas 20 30%

ASMA PERSISTEN SEDANG

Gejala tiap hari


Gejala asma malam > 1 x/mg
Eksaserbasi mengganggu aktivitas dan tidur
Nilai VEP1 atau APE > 60% tetapi < 80% nilai

prediksi
Variabilitas > 30%

ASMA PERSISTEN BERAT

Gejala berkepanjangan

Eksaserbasi sering

Gejala asma malam sering

Aktivitas fisik terbatas

Nilai APE / VEP1 < 60% nilai prediksi

Variabiliti > 30%

Classification of Severity
Clinical Features Before Treatment

CLASSIFICATION OF SEVERITY
Clinical Features Before Treatment

Symptoms
STEP 4
Severe
Persistent

Continuous
Limited physical
activity

STEP 3
Moderate
Persistent
STEP 2
Mild
Persistent

Nocturnal
Symptoms

FEV1 or PEF

Frequent

< 60% predicted


Variability > 30%

Daily
Attacks affect activity

> 1 time week

60 - 80% predicted
Variability > 30%

> 1 time a week but

> 2 times a month

> 80% predicted

Variability 20 - 30%

< 1 time a day


< 1 time a week

STEP 1
Intermittent

Asymptomatic and normal PEF


between attacks

< 2 times a month

> 80% predicted


Variability < 20%

Levels of Asthma Control GINA 2008


Characteristic
Daytime
symptoms

Controlled
None (2 or less /
week)

Limitations of
activities

None

Nocturnal
symptoms /
awakening

None

Need for
rescue /
reliever
treatment

Exacerbation

More than
twice / week

Any

Normal
None

Uncontrolle
d

Any

None (2 or less /
week)

Lung function
(PEF or FEV1)

Partly controlled
(Any present in any
week)

More than
twice / week

3 or more
features of
partly
controlled
asthma
present in any
week

< 80% predicted or


personal best (if
known) on any day
One or more / year
week

one in any

3
MENGHINDARI FAKTOR
PENCETUS

MENGENALI FAKTOR PENCETUS

Alergen
Non alergen

Menghindari iritasi (asap rokok, bau


menyengat/tajam)
Menghindari cuaca yang terlalu dingin
Menghindari cuaca yang terlalu panas
Menghindari aktivitas berlebihan
Jangan merokok

4
PENGOBATAN YANG OPTIMAL

OBAT PELEGA NAFAS


Dipakai saat serangan
Bersifat bronkodilator

Inhalasi agonis beta-2 : salbutamol,


fenoterol ( Berotec ), terbutalin

Inhalasi antikolinergik :
ipratropium bromide ( Bero 2 )

Agonis beta-2 oral

Derivat xantin

PRINCIPLES IN ASTHMA MANAGEMENT

RELIEVER

Source: Peter J. Barnes, MD

OBAT PENGONTROL ASMA

Dipakai rutin setiap hari

Anti inflamasi

Bronkodilator kerja lama

PRINCIPLES IN ASTHMA MANAGEMENT

CONTROLLER

Source: Peter J. Barnes, MD

KORTIKOSTEROID INHALASI

Antiinflamasi paling poten

Budesonide (Pulmicort)

Fluticasone

Beclomethason

Jenis-jenis Steroid Inhalasi


Nama generik

Nama dagang
Semprot

Beclomethasone

Becotide

Dosis/
semprot
42 ug

Dosis biasa
ug
ug
2x4

336 840

Budosenide

Pulmicort

200 ug

2x2

800 1600

Flunisolide

Aerobid

250 ug

2x2

1000 2000

Fluticasone

Flixotide

125 ug

2x2

500 1000

Triamcinolone

Azmacort

100 ug

2 x 4800 1600

Dosis maks

Efek samping :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Dysphonia atau gangguan suara


Candidiasis oral atau esofageal
Supresi sumbu HPA
Nafsu makan meningkat
Gangguan penyembuhan luka
Glaucoma
Katarak
Retardasi pertumbuhan anak
Obesitas sentripetal
Osteoporosis
Hiperlipidemia
Diabetes mellitus
Myopati
Ketergantungan

Jenis-jenis obat Agonis Beta-2 Inhalasi


Nama generik

Nama dagang
( contoh )

Cara
pakai

Dosis Dosis biasa


Semprot
(semprot)

Short acting :
1. Terbutaline

BricasmaMDI
0,25 ug 4 x 2
200
Turbuhaler
0,25 ug 4 x 2
200
Nebuhaler
0,25 ug 4 x 2
200
2. Fenoterol Berotec
MDI
100 & 200 ug
4 x 2 1600
3. Salbutamol

Ventolin MDI
100 ug
Rotahaler 200 ug
Diskhaler 400 ug

4. Orciprenaline

Alupent

MDI

750 ug

4x2

6000

5. Procaterol

Meptin air

MDI

10 ug

4x2

80

Long acting :
6. Salmeterol
7. Formoterol

Serevent MDI
Diskhaler
Foradil

25 ug
50 ug

Turbuhaler

4x2
4x2
4x1

800
1600
1600

2x2
2x1
10 ug

100
100
2x1

20

(ug)

Efek samping :

1. Kardiovaskuler :takikardi, peningkatan


tekanan darah, palpitasi
2.
Susunan saraf pusat :sakit kepala, gelisah,
tremor, silau, hiperaktif, mimpi, buruk,
tingkah laku agresif
3.
Gastrointestinal :mual, muntah, nyeri
lambung, diare
4. Orofaring :mulut kering, iritasi tekak,
gangguan pengecapan, perubahan warna
gigi

5. Respirasi :
- epistaxis
- batuk
- sesak napas
- hidung tersumbat
- suara parau
6. Muskuoskeletal
- nyeri otot
- nyeri sendi
7. Kulit
- urticaria
- dermatitis

TERAPI INHALASI

Dosis kecil

Efek samping minimal

Mobilisasi lendir

Kerja langsung ,onset kerja cepat

Kesalahan : koordinasi kurang


dan tidak dihirup

PENGOBATAN ASMA
ASMA INTERMITEN
INTERMITEN
PENGOBATAN
OBAT PENGONTROL
Tidak perlu
OBAT PELEGA
Bronkodilator aksi singkat
Inhalasi agonis beta-2 bila perlu

PENGOBATAN ASMA PERSISTEN


RINGAN
OBAT PENGONTROL
Inhalasi kortikosteroid < 500 g
OBAT PELEGA NAPAS
Bronkodilator aksi singkat
Inhalasi agonis beta-2 bila perlu

PENGOBATAN ASMA PERSISTEN


SEDANG
OBAT PENGONTROL
PULMICORT 200 1000 g +
inhalasi agonis beta-2 kerja lama
OBAT PENGONTROL LAIN
INFLAMMIDE 500 1000 g +
teofilin lepas lambat atau agonis beta-2 kerja
lama oral atau antileukotrien
OBAT PELEGA
Bronkodilator aksi singkat ( BEROTEC )
Inhalasi agonis beta-2 bila perlu

PENGOBATAN ASMA PERSISTEN


BERAT
OBAT PENGONTROL
PULMICORT > 1000 g +
inhalasi agonis beta-2 kerja lama + satu atau lebih
obat berikut bila perlu :
Teofilin lepas lambat
Antileukotrien
Agonis beta-2 kerja lama oral
Kortikosteroid oral
OBAT PELEGA
Bronkodilator aksi singkat ( BEROTEC )
Inhalasi agonis beta-2 bila perlu

5
PENATALAKSANAAN
EKSASERBASI AKUT

EKSASERBASI AKUT

Cara nebulisasi lebih disukai


Salbutamol: FENTOLIN
Inhalasi agonis beta-2 kerja singkat : fenoterol
(BEROTEC)
Inhalasi anti kolinergik : ipratropium
( Bero 2)
Inhalasi salbutamol + ipratropium
(COMBIVENT UDV)

COMBIVENT UDV

Kombinasi 2 bronkodilator dalam 1 UDV :


2.5 mg Salbutamol
0.5 mg Ipratropium bromida
1 vial berisi 2.5 ml larutan inhalasi
Indikasi untuk serangan asma pada dewasa dan
anak
Dosis 3-4 vial perhari

Pengelolaan serangan asma di rumah


Penilaian beratnya serangan:
Batuk, sesak nafas, mengi, otot pernafasan tambahan, retraksi suprasternal,
dan gangguan tidur. APE < 80% perkiraan.
Pengobatan awal:
Inhalasi agonis 2 kerja singkat tidak lebih dari 3 kali dalam 1 jam.
(Pasien dengan risiko tinggi berupa asthma related death harus menemui
dokter segera setelah mendapat pengobatan awal)
Respon tidak sempurna bila..

Respon baik bila

Respon buruk bila

Gejala berkurang tapi timbul


lagi dalam waktu kurang
dari
3
jam
setelah
pengobatan awal.
APE 60-80% perkiraan
Tindakan:
Tambahkan tablet atau
sirup kortikosteroid
Teruskan 2 agonis
Hubungi dokter segera
untuk minta petunjuk.

Gejala berkurang setelah


pengobatan awal dan tidak
terjadi serangan ulang
selama 4 jam
APE > 80% perkiraan
Tindakan:
2 agonis diteruskan tiap
3-4 jam selama 1-2 hari.
Hubungi dokter untuk
instruksi lebih lanjut.

Gejala
menetap
atau
memburuk walaupun telah
mendapat peng-obatan awal
dengan 2 agonis
APE < 60% perkiraan
Tindakan:
Tambahkan tablet atau
sirup kortikosteroid
pemberian
2
Ulangi
agonis
Secepatnya dibawa ke unit
gawat darurat di rumah

Pengelolaan Serangan Asma di Rumah Sakit Menurut GINA


Penilaian Pertama :

Tentukan berat ringannya serangan asma

Serangan Asma Sedang :


- APE 570% dari nilai yang diperkirakan
nilai terbaik
- Pemeriksaan fisik Asma sedang, otot
bantu
- Inhalasi Agonis - 2 setiap 60
- Pertimbangkan kortikosteroid
- Ulangi pengobatan 1 3 jam

Serangan Asma Berat :


- APE < 50% nilai terbaik
- Pemeriksaan fisik sama berat saat
istirahat
- Riwayat pasien resiko tinggi
- Inhalasi Agonis -2 tiap jam atau
kontinue inhalasi anti kolinergik
- Oksigen
- Kortikosteroid sistemik
- Pertimbangan Agonis - 2 sc, IM atau IV

Penanganan Permulaan :
- Inhalasi short acting -2 agonist dengan nebulisasi, 1 dosis selama 20 dlm 1 jam.
- Oksigen untuk mencapai saturasi 0 90% (95% pada anak-anak)
- Kortikosteroid sistemik, jika tidak ada respons segera atau jika ada pasien baru
mendapat steroid per oral, atau jika serangan asmanya berat
- Sedasi merupakan kontra indikasi pada penanganan serangan akut / eksaserbasi

Ulangi Penilaian

Respon Baik
- Respon selama 60 sesudah
terapi terakhir
- Pemeriksaan fisik normal,
APE > 70%
- Tidak ada distress
- Saturasi O2 > 90% (anak
95%)

Dipulangkan :
- Lanjutkan pengobatan &
Agonis
- 2 inhalasi
- Pertimbangkan kortikosteroid
oral (pd kebanyakan pasien)
- Pendidikan pasien
- Minum obat secara benar
- Tinjau lagi rencana kerja
(action plan)
- Tindak lanjut pengobatan yg
ketat

Respon tdk baik dlm 1-2 jam


- Riwayat pasien risiko
tinggi
- Pem.fisik : gejala ringan /
sedang
- APE > 50%, tapi < 70 %
- Saturasi O2 tidak membaik

Dirawat di RS (ruang biasa)


- Inhalasi agonis - 2
inhalasi antikolinergik
- Kortikosteroid
- Oksigen
- Pertimbangan Aminofilin
IV
- Dosis: 5-6 mg/kgBB
0.5-1 mg/kgBB
- Pantau APE, saturasi O2,
nadi, teofilin

Respon Buruk dlm 1 jam


-

Riwayat : risiko tinggi

Pemeriksaan fisik :
Asma berat, mengantuk

APE < 30%

PCO2 > 45 mmHg

PO2 < 60 mmHg

Rawat di ICU :
- Inhalasi Agonis - 2

antikolinergik
- Kortikosteroid IV
- Pertimbangkan
Agonis
-2 Sc, IM dan IV
- Intubasi dan ventilasi
mekanik

Perbaikan

Tidak ada perbaikan

Dipulangkan

Masuk ICU

Jika APE 50% dan terus menerus


dalam pengobatan peroral / inhalasi

Jika tidak ada perbaikan dalam


6 12 jam

6
KONTROL PENGOBATAN BERKALA

IDENTIFIKASI PERBURUKAN
PENYAKIT

PEMERIKSAAN FAAL PARU

Evaluasi pengobatan

Menentukan prognosis

EVALUASI PENGOBATAN

Nilai tiap 3 bulan

Tambahkan / kurangi obat

7
MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK
DENGAN LATIHAN/OLAHRAGA

Pencegahan asma

DULU

SEKARANG

1. Primer

1. Primer

2. Sekunder

2. Sekunder
3. Tersier

Alergen
Dulu

Sensitasi (& IgE)


Pencegahan
Primer

Gejala
Pencegahan Sekunder
(mengontrol faktor yg
menimbulkan gejala)

Injury

Sekarang

Alergen

Sensitasi (& IgE)

Pencegahan Primer
(Impermeable matrres
cover, probiotic,
premarital counceling,
genetic engineering)
Pencegahan
Sekunder

Gejala

Injury

Pencegahan Tersier
(mengontrol faktor yg
menimbulkan gejala)
sesuai GINA

Alergen
Pencegahan Primer
(Impermeable matrres
cover, probiotic)

Sensitasi (& IgE)


Pencegahan
Sekunder

Gejala
Dermatitis Atopi

ETAC / EPAAC
Asma

Alergen
Pencegahan Primer
(Impermeable matrres
cover, probiotic)

Sensitasi (& IgE)


Pencegahan
Sekunder

Gejala
Rinitis Alergi

Imunoterapi
Asma

Terima kasih

ASMA
DAN
RINITIS
ASMA
& RINITIS

Terapi topikal rinitis dengan kortikosteroid dan


dekongestan mengurangi gejala asma pada
kasus tersebut.

Perbaikan rinitis dengan terapi topikal akan


menurunkan kepekaan sal nafas bawah.

Antihistamin pada terapi rinitis mengurangi


gejala rinitis dan asma.

ASMA
DAN
HIPERTENSI
ASMA
& HIPERTENSI

Efedrin, adrenalin, penyekat non kardioselektif


(propranolol) : KI untuk penderita asma dg hipertensi.
Dianjurkan memakai bronkodilator dlm btk aerosol.
Salbutamol, terbutalin prokaterol dan agonis B 2
peroral dosis rendah relatif aman.
Steroid, hati-hati, sebaiknya bentuk aerosol.
Reserpin, guanetidin dan metildopa msbb interaksi
yang merugikan dg obat antiasma gol simpatomimetik
Reserpin dan guanetidin menyebabkan spasme
bronkus.

Hidralazin, minoksidil bila dikombinasi dg


bronkodilator m palpitasi.

Diuretika mengentalkan sputum (beri mukolitik


& banyak minum).

Ca antagonis aman.

Ace inhibitor menimbulkan ESO batuk, dapat


mencetuskan serangan asma.

ASMA
DAN
KEHAMILAN
ASMA
& KEHAMILAN

Prevalensi 0,4-1,3%. Jika asma tidak dikendalikan


menurunkan kadar O2 darah ibu O2 janin m msbb
kematian janin, prematuritas dan BBLR.

Obat yang aman: teopilin, aminophilin, efedrin,


kromolin, kombinasi penobarbital, beclometason
inhalasi, prednison, prednisolon dan hirokortison.

Epinefrin msbb p sementara perfusi uterus shg


menekan janin. Pada penelitian Perinatal Collaboratif
Project didptkan peningkatan malformasi fetus bila
diberikan 4 bln pertama

Terbutalin, salbutamol efek relaksasi otot rahim,


mencegah prematuritas
Betametason & dexametason tidak dianjurkan karena
tidak diinaktifasi oleh enzim plasenta.
Metil prednisolon & prednison aman karena tidak
menembus plasenta.
Antihistamin (diphenhidramin, tripelenamin & CTM)
aman.
Secara umum obat oral dihindari pada trimester 1.
Pada akut (asma attack) pengobatan = pengobatan
tanpa hamil pilih preparat inhalasi/ nebulizer

ASMA
KELAINANJANTUNG
JANTUNG
ASMADAN
& KELAINAN

Penggunaan short acting inhalasi 2 agonis jarang


menimbulkan takikardi dan hipoksia dibanding oral.

Teopilin relatif aman, tp pada CHF clearance


cenderung menurun.

blocker pada iskemi heart disease KI absolut, Ca


antagonis aman.

ASMA & GASTRO OESOPHAGEAL


ASMA DAN GERD
REFLUX

Penggunaan Bronkodilator (2 agonis dan teopilin)


dapat meningkatkan refluk asam.

Terapi antirefluk diberikan bila ada gejala, dg


menggunakan PPI (omeprazol,lansoprazol dll).

PPI lebih efektif dibandingkan dg H2 antagonis


(Ranitidin, Simetidin).

ASMA
DAN
DM
ASMA
& DM

Secara umum penggunaan obat asma pada pasien


DM aman.

Hindari penggunaan steroid oral atau injeksi karena


dapat meningkatkan gula darah.

Bila sangat dibutuhkan pemberian steroid sistemik,


gula darah harus diregulasi memakai obat Oral Anti
Diabetes (OAD) dan atau insulin.

KASUS 1
ASMA + DM + RINITIS ALERGIKA
Tn. S/ 52th, mulai berobat Mei 2005
S: KU:sesak nafas disertai mengi yg btambah sering sjk
3bln yl
RPP: sjk 3bln yl os sering kambuh sesak disertai
mengi, frek serangan 3-4x/bln, terutama malam hr,
batuk (+), dahak putih kental, fc pencetus emosi, cuaca
dingin dan kegiatan jasmani.
RPD: Rinitis sjk 1991, pencetus cuaca dingin.
Asma sejak th 1995, kontrol tdk teratur.
DM diketahui sejak Mei 2005
RPK: Asma, rinitis dan DM dlm keluarga disangkal

O: TD sistole rata-rata 130-100 FVC 97 FEV1 82,


BSN 244 BSPP 285, RO thorax normal, EKG normal
15-12-2008: TD 120/80; ACT 19; APE 370
BSN 120 BSPP 151
A. Asma Persisten Ringan (unkontrol) +DM type 2 NW
(terkontrol)+Rinitis alergika
P. Berotec, inflamid (topikal nasal spray)
Glucodex 1-0-0
Glucobay 3x50mg
Retaphyl SR 1x1
Salbutamol 3x2mg
Lansoprazol 1x30mg
Interhistin 1x1

Grafik ACT Kasus 1

DISKUSI KASUS 1

Terapi DM dg Glucodex (glikazid) dan glucobay


(acarbose) pada umumnya aman untuk kondisi asma.

Terapi asma Berotec inh (fenoterol) dan Inflamid


(budesonid) aman untuk kondisi DM.

Pada penderita asma dengan DM, kortikosteroid


diberikan inhalasi dengan beberapa alasan yaitu dosis
lebih kecil, kerja obat lebih cepat, tepat sasaran, efek
samping lokal dan sistemik lebih sedikit dibandingkan
pemberian oral atau parenteral.

Terapi rinitis alergika dg Interhistin (mebhidrolina


napadisilat) dapat mengurangi gejala rinitis, dengan
perbaikan rinitis kepekaan sal nafas bgn bwh juga
menurun sehingga mengurangi simptom asma.

KASUS 2
ASMA + HIPERTENSI + JANTUNG
Tn. S/ 53th, mulai berobat Sept 07
S: KU: sesak nafas disertai mengi yang semakin sering sjk
4 bln yl.
RPP: Sjk 4bln yl os sering sesak disertai mengi, frek 46x/bln, sesak lbh hebat mlm hr, batuk ada, dahak putih
kental, fc pencetus debu, cuaca dingin dan batuk. Wkt
paling lama tanpa serangan 5hr.
9 hr sblm kontrol, sesak kambuh, disertai mengi, dada
berdebar-debar, os dibawa ke RS dinebulizer kmdn
dirawat.

RPD: asma sejak th 1994, kontrol tidak teratur.


Hipertensi diketahui sejak 1997
R/ Kebiasaan: merokok sjk 1970, 1 bks/hr, mulai
berkurang sjk kena asma dan berhenti 1995
RPK: asma, alergi & hipertensi dalam keluarga disangkal
O: TD sistole 180-130 FVC 57 FEV1 67, ACT 15-19, TB
160cm, BB 48kg, Ro Thorax cardiomegali, EKG (wkt
dirawat LVH + VES maligna)
A: Asma Persisten sedang + Hipertensi stg 2 + VES
maligna + HHD kompensata

P. Berotec, Inflamid
Tiaryt (amiadaron) 2x 100mg
Aspilet 1x80mg
Adalat oros 1x30mg
Valsartan 1x80mg
HCT 1x25mg
Lansoprazol 1x30mg
Teopillin 3x150
Salbutamol 3x2mg
Metil Prednisolon 2x4mg ( juni 08 MP 1x4mg,
stop diberikan Agt 08)

Tgl 6-4-2009
S: nyeri ulu hati, batuk (+) dahak putih kental, sesak
3-4x/bln, kadang jantung rasa bdebar tidak karuan.
O: TD: 150/90mmHg, N 88x/mnt irreguler, ACT 19
APE 230.
P: Berotec, inflamid 3x1 puff
Retaphyl SR 1x1
Salbutamol 3x2mg
Adalat oros 1x30mg
Valsartan 1x80mg
Tiaryt 1x1/2
Lansoprazol 1x30mg
OBH 3x1C

Grafik ACT Kasus 2

DISKUSI KASUS 2

Yang berperanan dlm terjadinya relaksasi otot bronkus


adl siklik 3,5 AMP. Atas pengaruh adenilsiklase (yg
diaktifkan oleh rangsang agonis reseptor ) ATP
diubah menjadi 3,5 AMP dan 3,5 AMP diubah menjadi
5 AMP atas pengaruh enzim fosfodiesterase.

Bronkodilatasi dpt terjadi dg pemberian adrenoreseptor


agonis, antikolinergik dan metilsantin (Teopilin,
aminophilin) yg menghambat enzim fosfodiesterase.

Amiadaron sebagai antiaritmia bekerja dg cara


menghambat sal natrium, selain itu jg penghambat sal
kalsium yang lemah dan inhibitor adrenoreseptor .

Pemberian metilprednisolon oral pd pasien ini ( 1 th)


kurang tepat karena dpt m tekanan darah.

Pemberian diuretik (HCT) menyebabkan sputum


menjadi kental, shg bila diberikan perlu dikombinasi dg
mukolitik atau ekpektoran.

KASUS 3
ASMA + KEHAMILAN
Ny. S/ 28th, MRS 3-4-09 pk 23.30
S: KU: sesak nafas disertai mengi sjk 6 jam yl.
KT: mau melahirkan.
RPP: Sjk 6 jam yl os mengeluh sesak disertai mengi, batuk
ada, dahak putih kental, demam (-). Os juga mengeluh
perut sering mules,os sedang hamil anak ke 2, usia
kehamilan 9 bulan.
RPD: Asma sejak kelas 2 SD, jarang kambuh, os tidak
kontrol. Fc pencetus batuk, debu dan cuaca dingin, bila
kambuh os minum Komix atau Napacin. Terakhir
kambuh 3 bln yl

O: KU sedang, sens CM, TD 130/90mmHg, N 110x/mnt


reguler I/T cukup, RR 38x/mnt, T 36,3
KS: Kepala: Konjungtiva pucat (-), ikterik (-)
Leher: JVP (5-2) cmH2O
Thorax: Cor: murmur (-), gallop (-)
Pulmo: eksp memanjang, Rhonki (-),
Whezing ekspirasi(+).
Abd: BU(+)N, H/L tt, fundus uteri 3 jari bwh
xiphisternum.
Extr: edema (+)
OBGIN: pembukaan 2-3

A. Asma Attack sedang + G2P1A0 hamil aterm inpartu


janin tunggal hidup preskep

P. Nebulizer dg ventolin 2x
Metilprednisolon inj 125mg (sesak reda,
whezing masih ada)
Dilanjutkan dg:
IVFD D5 500cc + 2 amp aminophilin gtt XX/mnt mikro
Metilprednisolon inj 1x125mg

Tgl 4-4-2009 pk 12.30


S: Sesak kembali bertambah hebat
O: TD 130/80, N 102x/mnt reguler, RR 32x/mnt, T 36,0
Pem. OBGIN: pembukaan 9

P. Nebulizer 2x dg Ventolin (sesak hilang, whezing


(-), drip aminophilin tetap dilanjutkan
Metilprednisolon inj sudah diberikan pk 09
Pk. 15.30 pembukaan lengkap, os melahirkan
pervaginam dg forcep, bayi laki-laki sehat, BB
2800gr. PF: whezing eksp (+)
Th/ asma: aminopilin drip, Metilprednisolon 3x4mg

Tgl 6-4-2009
S: sesak (-) O: Ves + N, Ronki (-), Whezing (-)
Th/ Aminopilin drip stop, teophilin 3x150mg tab,
metilprednisolon 3x4mg tab.

DISKUSI KASUS 3

Salbutamol mempunyai efek relaksasi pada otot


rahim.

Pasien ini mengalami 2x episode attack sehingga


mendapat nebulizer salbutamol 4x diduga
menyebabkan kala 2 memanjang, dari pembukaan 2
sampai pembukaan lengkap perlu wkt 16 jam.

Salbutamol tdk berefek buruk pada janin kecuali


takikardi.

Terima kasih

The Role of Eosinophils in Allergic Inflammation.

1. Allergen

3. Cold air

2. Irritans

4. Exercise

1. Bronchial mast cell

3. Alveolar macrophage

2. T-lymphocyte

4. Epithelial cell
Release

Mediators

Acute
Broncho
constriction

Eosinophil and
neutrophil migration

Epithelial damage
Airway edema
Mucus hyper secretion
Hyper responsiveness of
bronchial smooth muscle

Faktor-faktor risiko

Lingkungan pre- dan perinatal


Determinan antenatal
Alergen indoor dan outdoor
Perubahan diet
Obesitas
Infeksi virus sal. napas atas
Bronkiolitis akut usia dini
Polusi udara

Penatalaksanaan Asma Sesuai dengan


Metode GINA (Global Initiative For
Asthma)
1. Diwaktu serangan
2. Diluar serangan

Penatalaksanaan
asma diwaktu
serangan

Penatalaksanaan
asma diluar
serangan (di
praktek seharihari)

Strategi pencegahan

TDR (impermeable
mattresses cover)
Imunoterapi (potensial
mencegah terjadinya asma
pd rinitis alergi)
Antihistamin (ETAC, EPAAC)
Probiotik

Shift from Th2 to Th1-like


Response After Immunotherapy
70
60
50
40
30
20
10
0

BeforeSIT

After3Months
Th2

Source:Ebneretal.ClinExpAllergy1997

Th1

After12Months

Probiotik Pencegahan
primer
Probiotics in primary prevention of
atopic disease: a randomized placebocontrolled trial
Diberikan kepada ibu bbrp mgg pd akhir
kehamilan dan selama memberikan
asi menurunkan kejadian DA
Kalliomaki M, Salminen S, Arvilommi H, Kero P, Koskinen P, Isolauri E.
Lancet 2001;357:1076-9

Simpulan

Prevalensi penyakit alergi terus meningkat


Banyak faktor telah diketahui berperan
Berbagai strategi dalam penanganan penyakit
alergi telah dikembangkan
Belum ada cara tunggal yang dapat diaplikasikan
dalam penanganan penyakit alergi
Sensitasi penyakit alergi sudah dimulai pada usia
sangat dini, sehingga upaya pencegahan harus
dilakukan sedini mungkin pula
Asma perlu dicegah baik primer, sekunder maupun
tersier

SEVERITY OF ASTHMA EXACERBATIONS

Management Approach Based On Control

Anda mungkin juga menyukai