KEPEMIMPINAN
BAPAK BASUKI
TJAHAJA PURNAMA
Nama anggota
Seperti contoh kasus pada Pengusuran Kampung Pulo, berikut ini kronologi tentang penggusuran kampung Pulo :
Relokasi warga Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, yang mendiami bantaran Sungai Ciliwung bukan hal yang
terjadi secara tiba-tiba. Wacana relokasi atau penggusuran ini sudah dimulai saat zaman Joko Widodo menjabat
sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Selain untuk normalisasi sungai, relokasi warga Kampung Pulo juga dimaksudkan untuk menyelamatkan warga dari
banjir yang selalu menerjang hampir setiap kali hujan deras mengguyur Jakarta. Bahkan permukiman warga di sana bisa
terendam 1,5 meter hingga dua meter setiap musim penghujan tiba. Akibatnya warga pun harus mengungsi. Namun
warga menolak untuk dipindahkan. Karena mereka tidak bisa jauh- jauh dari lokasi yang mereka tempati sekarang.
Kalaupun harus pindah, mereka mau dipindahkan di lokasi sekitar tempat tinggal mereka semula. Apalagi jika ada
rumah susun (rusun) di daerah tersebut, mereka mau dipindahkan. Akibatnya penggusuran diwarnai bentrok antara
aparat keamanan dan warga yang bertahan.
Sehingga penggusuran baru dituntaskan sehari kemudian. Padahal Pemprov DKI telah menyiapkan rusun di Jatinegara
Baru. Rusun yang telah disediakan Pemprov DKI untuk warga Kampung Pulo yang direlokasi sebenarnya sudah
memiliki kualitas yang sangat baik. Sudah seperti apartemen. Bahkan dia memerkirakan harga jualnya bisa sampai Rp
400 juta. Rusun Jatinegara Baru terdiri dari dua tower dengan 16 lantai berjumlah 527 unit hunian. Satu unit hunian
dilengkapi dua kamar tidur, satu kamar mandi, dan sebuah ruangan yang bisa digunakan sebagai dapur dan ruang tamu.
Fasilitasnya pun terbilang lengkap. Ada posko kesehatan, ruang administrasi, Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) atau
Food court, dan dilengkapi dengan 54 CCTV. Rusun ini juga dilengkapi dengan empat lift orang dan satu lift barang.
Syarat untuk tinggal terbilang mudah. Bagi warga yang memiliki sertifikat tanah resmi, Pemprov DKI akan mengganti
dengan kompensasi 1,5 kali luas lahan.
Jika di sertifikat tanah tertera luas kepemilikan tanah 100 meter persegi, Pemprov DKI akan menggantinya dengan unit.
Artinya jika satu unit hunian memiliki luas 30 meter persegi, warga pemilik sertifikat pun akan mendapatkan
lima unit rusun sekaligus. Bagi warga yang tidak memiliki sertifikat tanah tapi punya Kartu Tanda Penduduk (KTP)
DKI, Pemprov akan mengizinkan warga tersebut tinggal di rusun.
Sebenarnya sudah 80 persen dari warga di Kampung Pulo setuju untuk direlokasi. Hanya oknum-oknum tertentu saja
yang tidak setuju karena merasa dirugikan. Oknum tersebut adalah oknum yang menyewakan lahan kepada warga lain.
Mereka merasa dirugikan karena memunyai petak lebih dari satu tapi hanya mendapatkan jatah satu rusun.
Jika kita melihat kepemimpinan Ahok maka beberapa gaya kepampinan ahok.
Kesimpulan
Berdasarkan makalah kami diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
Gaya kepemimpinaan berikutnya yang dimiliki Ahok adalah tegas , dalam memimpin ahok dikenal
sangat tegas bahkan tidak jarang jika ada bawahannya yang melanggar langsung dicopot dan
ditindak . Sikap tegas ini harus dimiliki seorang pemimpin tanpa ketegasan maka dapat dipastikan
kepemimpinan tersebut tidak akan dapat bertahan lama . Demikianlah gaya kepemimpinan ahok
yaitu gaya kepemimpinan moralitas yang lebih mengedepankan karakter dalam memimpin.
Gaya kepemimpinan moralis adalah gaya kepemimpinan yang paling menghargai bawahannya.
Kepribadian dasar pemimpin model ini adalah biru. Biasanya seorang pemimpin bergaya moralis
sifatnya hangat dan sopan kepada semua orang. Pemimpin bergaya moralis pada dasarnya memiliki
empati yang tinggi terhadap permasalahan para bawahannya. Segala bentuk kebajikan ada
dalam diri pemimpin ini. Orang orang datang karena kehangatannya akan terlepas dari segala
kekurangannya. Pemimpin bergaya moralis
adalah sangat emosinal. Dia sangat tidak
stabil,kadang bias tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa sangat menyenangkan dan
bersahabat.
Ahok juga memiliki sifat kepemimpinan yang tegas dan memiliki visi yang jelas, yakni membenahi
DKI Jakarta dan memikirkan kepentingan rakyat banyak. Dengan sikap inilah seorang Ahok dapat
memimpin dan meyakinkan masyarakat untuk mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan
meskipun dengan caranya yang tegas, bahkan cenderung keras, dan cara yang dilakukan Ahok ini
terbukti berhasil dalam mengatur warga Jakarta. Hal tersebut tentu merupakan hal yang positif
karena seorang pemimpin dituntut untuk membawa perubahan bagi masyarakat yang dipimpinnya.
Dengan tindakan yang dilakukan Ahok dalam penegakan kebijakan
Maka dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan ahok sebagai Gubenur DKI Jakarta tidak
terlalu mempengaruhi citra pemprov DKI Jakarta. Hal ini bisa dilihat dari jawaban responden dari
kuesioner yang sudah di jelaskan diatas.