Anda di halaman 1dari 20

SK 1

LEKAS LELAH DAN


P U C AT
K E LO M P O K B - 1 0

KELOMPOK B-10
Ketua:

Nur Intan Hasanah Assagaf

Sekretaris: Siti Rodiah Darwin

1102015172

1102015228

Anggota: Muhammad Dayu Wardana

1102014166

Sendri Segadi

1102014242

Minchatul Maula

1102015135

Mochamad Deya Najmuddin 1102015137


Mutiara Permata Sari

1102015151

Tesce Yuliaski Nandra

1102015237

SKENARIO
Seorang perempuan berusia 19 tahun, datang ke praktek dokter umum dengan keluhan lekas lelah sejak 1 bulan yang
lalu. Keluhan dirasakan setelah melakukan aktivivtas ringan maupun berat. Keluhan disertai dengan wajah yang tampak
pucat.
Pada Anamnesis didapatkan keterangan bahwa sejak usia kanak-kanak pasien jarang makan ikan, daging, maupun
sayur. Untuk mengatasi keluhannya tersebut, pasien belum pernah berobat. Tidak ada riwayat penyakit yang diderita
pasien sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
1.
2.

Tekanan darah 110/60 mmHg, denyut nadi 88 x/menit, frekuensi napas 20 x/menit, temperature 36,8 0C,
TB= 160 cm, BB= 60 Kg, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik.
Pemeriksaan jantung, paru, dan abdomen dalam batas normal.

Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil :

KATA SULIT
1. Ikterik:
Perubahan warna kunig kulit, selaput lendir, dan bagian putih
yang disebabkan oleh peningkatan bilirubin.

mata

2. Konjungtiva anemis: Kondisi dimana konjungtiva bewana putih, dan terlihat pucat.
3. Sklera:
4. Hemoglobin:

Lapisan luar bola mata yang putih dan keras.


Pigmen darah pembawa oksigen pada eritrosit.

5. Hematokrit:
Jumlah sel darah merah didalam darah. Dengan melakukan
pemeriksaan hematokrit dapat diketahui hasil perbandingan eritrosit
volume darah dalam satuan persentase.
6. MCV:

Volume eritrosit rata-rata.

7. MCH:

Hemoglobin eritrosit rata-rata.

8. MCHC:

Konsentrasi hemoglobin rata-rata.

terhadap

PERTANYAAN
1.

Apa yang menyebabkan Hb, MCH, MCHC, dan MCV menurun?

2.

Mengapa keluhan tetap dirasakan meskipun hanya melakukan aktivitas ringan?

3.

Apa pengaruh jarang mengkonsumsi ikan, daging dengan keluhan pasiean?

4.

Apakah diagnosis sementara pada skenario tersebut?

5.

Apakah ada pengaruh faktor usia dan jenis kelamin pada skenario tersebut?

6.

Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
tersebut?

7.

Apa terapi yang harus diberikan kepada pasien tersebut?

8.

Apa yang menyebabkan konjungtiva menjadi anemis ?

9.

Adakah faktor lain selain diet dari pasien yang dapat menyebabkan keluhan tersebut?

10. Apa saja kandungan dari sel darah merah?


11. Bagaimana proses pembentukan hemoglobin?
12. Bagaimana cara pencegahan penyakit tersebut?

JAWABAN
1.

Karena kekurangan zat besi yang merupakan salah satu penyusun hemoglobin, sehingga pasien memiliki kadar hemoglobin
yang rendah.

2.

Dikarenakan Hb yang rendah maka penyebaran oksigen dalam tubuh juga rendah sehingga tubuh mudah lelah.

3.

Makanan tersebut kaya akan zat besi yang dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin, sehingga Hb yang rendah akan
mengakibatkan mudah lelah.

4.

Anemia Defisiensi Besi

5.

Usia dikatakan tidak berpengaruh sedangkan jenis kelamin berpengaruh dikarenakan pada wanita terjadi masa menstruasi.

6.

a. Pemeriksaan darah lengkap meliputi Hb, Ht, Eritrosit, MCV, MCH, MCHC
b. Pemeriksaan Serum Feritin
c. Pemeriksaan Bilirubin, Urin, Tinja.

7.

Terapi suplemen Zat besi, diet tinggi zat besi.

8.

Karena Hb yang rendah menyebabkan darah tidak semerah darah normal sehingga konjungtiva yang dialiri oleh darah (Hb
rendah) terlihat pucat.

9.

Tidak ada, tetepai pada anemia jenis lain terdapat beberapa faktor antara lain; Kelainan genetik, pendarahan hebat, penyakit
kronik, keganasan.

10.

Hemoglobin

11.

a. Protoporfirin + fe = Heme
b. Heme + globin = Hemoglobin

12.

Mengatur pola makan terutama makanan yang mengandung zat besi seperti ikan, daging, sayur.

HIPOTESIS
Kekurangan asupan sat besi menyebabkan gangguan eritropoeisis yang mengakibatkam
penurunan produksi hemoglobin. Kadar hemoglobin dalam sel darah merah yang rendah
mengakibatkan anemia, degan gejala klinis yaitu ; konjungtiva anemis, mudah lelah, serta
tubuh pucat. Untuk menegakkan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan uji
ferritin. Pada kasus ini didapatkan pasien diet rendah besi sehingga terjadi penurunan kadar
ferritin dan di diagnosa menderita anemia defisiensi besi. Penatalaksanaan yang dapat
dilakukan antara lain pemberian suplemen besi.

SASARAN BELAJAR
LO 1. Memahami dan Menjelaskan
Eritropoiesis
LI.1.1 Definisi
LI.1.2 Mekanisme

LO.3. Memahami dan Menjelaskan Anemia


LI.3.1 Definisi
LI.3.2 Klasifikasi

LI.1.3 Morfologi, sifat fisik dan kimia


LI.1.4 Kelainan Morfologi
LI. 1.5 Faktor yang mempengaruhi

LO.4. Memahami dan Menjelaskan Anemia Defisiensi Besi


LI.4.1 Definisi
LI.4.2 Epidemiologi
LI.4.3 Etiologi

LO 2. Memahami dan Menjelaskan


Hemoglobin
LI.2.1 Definisi
LI.2.2 Biosintesis
LI.2.3 Struktur
LI.2.4 Fungsi (Reaksi dengan Oksigen)

LI.4.4 Patofisiologi
LI.4.5 Manifestasi Klinis
LI.3.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding
LI.3.7 Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
LI.3.8 Tatalaksana (Farmako dan Nonfarmako)
LI.3.9 Pencegahan
LI.3.10 Prognosis

LO 1. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ERITROPOIESIS


DEFINISI
Eritropoesis adalah proses pembentukan eritrosit (sel darah merah). Pada janin dan bayi proses
ini berlangsung di limfa dan sumsum tulang, tetapi pada orang dewasa terbatas hanya pada
sumsum tulang.
MEKANISME

MORFOLOGI, SIFAT FISIK DAN KIMIA


1.

Sel berbentuk cakram bikonkaf

2.

Sel yg telah melepaskan inti ( dewasa : tdk ada inti, mitokondria, RE, Golgi, ribosom)

3.

Bersifat elastis

Eritrosit mengandung 2 enzim:


4.

Glikolotik: Penting untuk menghasilkan energi. Eritrosit hanya mengandalkan glikolisis untuk membentuk ATP.

5.

Karbonik anhidrase: Berperan dalam transport CO2

KELAINAN MORFOLOGI
6.

Poikilositosis

8.

Stomatosis

7.

Anisositosis

9.

Akantosit

8.

Polikromasi

10. Burr cell

9.

Sel target

11.

10.

Sferosit

12. Tear drop cell

11.

Ovalosit

13. Pencil cell

12.

Sickle cell

Sel helmet

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


Dalam keadaan normal eritropoiesis memerlukan 3 faktor yaitu
13.

stem sel hematopoetik,

14.

sitokin spesifik, growth factor dan hormonal regulator,

15.

hematopoietik

HCO3-

LO 2. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN HEMOGLOBIN


DEFINISI
Hemoglobin adalah pigmen pembawa oksigen pada eritrosit, dibentuk oleh eritrosit yang sedang
berkembang didalam sumsum tulang; sebuah hemoprotein tersusun atas empat rantai polipeptida globin
yang berbedadan mengandung sekitar 141 hinga 146 asam amino.
BIOSINTESIS

STRUKTUR

FUNGSI (REAKSI DENGAN OKSIGEN)


1. Mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan. Setiap satu gugus hem dapat mengikat satu molekul O 2, jadi satu hemoglobin
dapat mengikat/mengangkut empat molekul O 2.

2. Mengangkut CO2 dari sel jaringan kembali ke paru-paru

Selain mengangkut O2 dan CO2, hemoglobin juga dapat berikatan dengan:


1. Bagian ion-hidrogen asam (H+): Hemoglobin menyangga asam ini sehingga asam ini tidak banyak mengubah pH darah.
2. Karbon monoksida (CO): Jika terhirup, gas ini akan berikatan dengan hemoglobin, sehingga dapat menyebabkan keracunan.
3. Nitrat oksida (NO): bersifat vasodilator berikatan dengan hemoglobin di paru.

LO.3. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANEMIA

DEFINISI
Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah massaeritrosit sehingga tidak dapat memenuhi
fungsinya untuk membawaoksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer.
KLASIFIKASI

LO.4. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANEMIA DEFISIENSI BESI


DEFINISI
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk
eritropoiesis, karena cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin
berkurang.
Epidemiologi
Prevalensi anemia defisiensi besi tinggi pada bayi dan juga dijumpai pada anak usia sekolah dan anak
praremaja. Angka kejadian ADB pada anak usia sekolah (5-8 tahun) di kota sekitar 5,5 %, anak
praremaja 2,6%, remaja 26%, laki-laki dewasa 16-50%, wanita tak hamil 25-48%, dan wanita hamil 4692%.
Etiologi
1. Kebutuhan besi meningkat: seperti pada prematuritas, pada saat anak-anak dalam masa pertumbuhan dan
kehamilan.
2. Faktor nutrisi: akibat kurangnya jumlah besi dalam makanan, atau kualitas besi (bio-availabilitas), besi
yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vit.C).
3. Kehilangan besi akibat perdarahan menahun: akibat tukak peptik, pemakaian salisilat/NSAID, kanker
lambung, kanker kolon, infeksi cacing tambang, menorrhagia atau metrorhargia menstruasi yang
berlebihan dan hematuria.
4. Gangguan absorbsi besi: gastrektomi, kolitis kronik atau tropical sprue.

PATOFISOLOGI

MANIFESTASI KLINIS
Gejala anemia defisiensi besi dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar, yaitu:
1. Gejala umum anemia: kadar hemoglobin turun dibawah 7-8 g/dl. Gejala ini berupa pucat terutama pada
konjunctiva dan jaringan bawah kuku, badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga
mendenging.
2. Gejala khas akibat defisiensi besi
a. Koilonychia: kuku sendok (spoon nail) kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical dan menjadi
cekung sehingga mirip sendok.
b. Atrofi papil lidah: permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang.
c. Stomatitis angularis: adanya keradangan pada sudut mulut sehingga tampak sebagai bercak berwarna
pucat keputihan.
d. Disfagia: nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.
e. Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia.
f. Pica yaitu keinginan untuk memakan bahan yang tidak lazim, seperti: tanah liat, es, lem, dan lain-lain.
Sindrom Plummer Vinson atau disebut juga sindrom Paterson Kelly: kumpulan gejala yang terdiri dari
anemia hipokromik mikrositer, atrofi papil lidah, dan disfagia.
3. Gejala penyakit dasar: Dapat dijumpai gejala-gejala penyakit yang menjadi penyebab anemia defisiensi besi
tersebut. Misalnya, pada anemia akibat penyakit cacing tambang dijumpai dyspepsia, parotis membengkak,
dan kulit telapak tangan berwarna kuning, seperti jerami. Pada anemia karena pendarahan kronik akibat
kanker kolon dijumpai gejala gangguan kebiasaan buang air besar atau gejala lain tergantung dari lokasi
kanker tersebut.

DIAGNOSIS dan DIAGNOSIS BANDING


ANAMNESIS

DIAGNOSIS

Riwayat gizi,Anamnesis lingkungan, Pemakaian obat,


Riwayat penyakit, Pada remaja khususnya wanita bisa
ditanyakan perdarahan bulananya atau siklus menstruasi

PEMERIKSAAN
FISIK

Menemukan manifestasi klinis

PEMERIKSAAN
LABORATORIU
M

1. Penurunan kadar hemoglobin mulai dari ringan sampai


berat. MCV , MCH, MCHC menurun. Red cell distribution
width (RDW) meningkat.
2. Pada apusan darah menunjukan anemia hipokromik
mikrositer, anisositosis, poikilositosis, anulosit, sel pensil,
dan kadang-kadang sel target.
3. Kadar besi serum < 50 mg/dl, TIBC > 350 mg/dl, dan
atau saturasi transferin < 15%.
4. Kadar feritin serum < 20 g/dl.
5. Pengecatan sumsum tulang dengan biru prusia (Perls
stain) menunjukkan cadangan besi (butir-butir
hemosiderin) negatif.

DIAGNOSIS BANDING
BESI PERORAL

Ferrous sulphat

BESI PARENTERAL

Pengobatan lain

TATALAKSANA

Diet
Vitamin C
Transfusi Darah

PENCEGAHAN

Meningkatkan Konsumsi Fe
Pendidikan Kesehatan
Lingkungan
Suplementasi untuk ibu hamil
dan balita

penanganan yang
adekuat.

PROGNOSIS

Diagnosis salah
Dosis obat tidak adekuat
Preparat Fe tidak kuat
atau kadaluarsa.
Kausa anemia besi yang
belum teratasi.

DAFTAR PUSTAKA
Bakta, I made. 2006. Hematologi klinik ringkas. Jakarta: EGC
D o r l a nd , W.A . N e w m a n . ( 2 0 11) . K A M U S S A K U K E D O K T E R A N
DORLAN, ed. 31. Jakarta : EGC.
Ganong, w. 2008. Buku ajar fisiologi kedokteran, ed. 22.
Jakarta : EGC
H o f f b r a n d , AV d a n m o s s , P A H . 2 0 1 3 . K a p i t a s e l e k t a
hematologi. Ed. 6. Jakarta: EGC
Murray, R. Et al. 2009. Biokimia harper., Ed. 27. Jakarta :
EGC
Setiati, siti dkk. 2014. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed. IV
jilid II. Jakarta: interna publishing
Sherwood, lauralee. 2014. Fisiologi manusia: dari sel ke
sistem. Ed. 8. Jakarta: EGC
Http://www.Ncbi.Nlm.Nih.Gov/pmc/articles/PMC2439521/

Anda mungkin juga menyukai