Anda di halaman 1dari 25

JOURNAL READING

Strategi Manajemen Terbaru Untuk Mastoiditis Dan Abses Mastoid

Oleh:
Harnisah
Pembimbing:
dr. Maria K., Sp. THT-KL
M. Abdel Raouf, B. Ashorur, A.Abdel Gawad
Egyptian Journal of Ear, Nose, Throat and Allied Sciences
Volume 13, Issue 1 Maret 2012, Pages 43-48

Pendahuluan
Keradangan yang berasal dari telinga tengah
yang mengenai mastoid, dapat dibedakan
menjadi beberapa tingkat keparahan.
Mastoiditis akut menyebar melalui
periosteum periostitis destruksi tulang.
Penyebaran infeksi:

Osteogen abses subperiosteal


Hematogen komplikasi intrakranial

... Pendahuluan
Mastoiditis akut
Terbentuk nanah pada
sel-sel mastoid.

Mastoiditis kronis

Terjadi penetrasi pada


tulang yang tidak memiliki
sel- sel mastoid secara
perlahan dengan proses
granulasi disertai dengan
dekalsifikasi hiperemik pada
tulang.
Beberapa pasien dengan fistula postaurikular yang dapat
timbul secara spontan ataupun iatrogenik yang dapat
menetap dan me.njadi fistula kronis

.... Pendahuluan
Angka kejadian mastoiditis akut pada pasien
dengan otitis media akut (OMA)
Dudkiewicz, dkk

Petersen, dkk

50% kasus pada abad


ke- 20
6% pada tahun 1955
0,4% pada tahun 1959
0,24% pada tahun 1993

20% kasus pada tahun


1938
2,5 % pada tahun 1945
Kini Mastoiditis akut
jarang ditemukan,
hampir 0%.

...Pendahuluan
Organisme penyebab
Mastoiditis Akut

Mastoiditis Kronis

Streptococcus pneumoniae Pseudomonas aeruginosa


Streptococcus pyogenes

Enterobacteriaceae

Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus

Haemophilus influenzae

Bacteroides

Penelitian ini pada pasien dengan mastoiditis


ataupun abses mastoid. Departemen THT di
Rumah Sakit Universitas Kairo antara Juni
2007 - Juni 2009.
Penelitian ini termasuk 12 pasien:
8 dan 4 .
Usia 2 tahun - 23 tahun usia rata-rata 11,5 tahun.

Semua pasien mengalami protokol penilaian


berikut:
1. Pemeriksaan otologi lengkap.
2. Kultur dan sensitivitas bakteri terhadap
antibiotik.
3. Pemeriksaan CT scan, pada kasus-kasus
yang dicurigai terjadi komplikasi dilakukan
pemeriksaan MRI.
4. Konsultasi bedah saraf bila diperlukan
untuk mengekslusi pasien dengan berbagai
komplikasi intrakranial.

Pemberian Terapi
.

Terapi
Medikamentosa
Pasien MRS

Antibiotik empiris
(parenteral)

Terapi Pembedahan

Prosedur invasif minimal:


*Insisi dan drainase abses
mastoid *miringotomi.
Operasi definitif:
Mastoidektomi
MK, MR, MMR
( berdasakan: patologi,
presentasi dan usia pasien)

Pasien ditindaklanjuti setelah 1 bulan, 3 bulan dan 6 bulan.

Pasien dikelompokkan dalam klasifikasi kasus berikut:


Abses Mastoid ( 9 kasus)
OMA
(3 kasus)
2 kasus anak usia < 5
tahun:
Tindakan:
-Terapi medikamentosa,
-Tindakan insisi dan
drainase abses.
1 kasus Usia > 5 tahun:
Tindakan:
-Terapi medikamentosa,
- Mastoidektomi kortikal

Kolesteatoma
(5 kasus)
3 kasus tanpa
komplikasi:
Tindakan:
Terapi medikamentosa
2 kasus dg komplikasi:
(trombosis sinus
sigmoid dan abses
ekstradural).
Tindakan :
-Terapi
medikamentosa
- Mastoidektomi

OMSK Tipe Aman


(1 kasus)
Tindakan:
-Terapi
medikamentosa
-Terapi bedah:
Tindakan insisi
dan drainase
abses.
Timpanoplasti
Mastoidektomi
kortikal

Mastoiditis (3 kasus)
OMA (2 kasus)

OMSK Tipe Aman (1 kasus)

1 kasus tanpa komplikasi


Tindakan:
-Terapi Medikamentosa

Tindakan:
-Terapi Medikamentosa
-Terapi Pembedahan:
- Timpanoplasti
- Mastoidektomi kortikal.

1 kasus dg komplikasi
paralisis N. Fasialis
Tindakan:
-Terapi Medikamentosa
-Terapi Pembedahan:
- Miringotomi
- Mastoidektomi kortikal.

Pedoman Standarisasi Strategi Manajemen Diagnostik Dan Tahap


Pengobatan.

1. Manajemen Diagnosis
Pemeriksaan Otologi Lengkap
Mengidentifikasi gx Mastoiditis

Kultur dan Sensitivitas


Bakteri terhadap Abx
Pemeriksaan Ct- scan
Pemeriksaan MRI

Diagnosis diperlukan kerjasama antara


departemen patologi klinik, tim radiodiagnosis
dan jika diperlukan, konsultasi bedah saraf
untuk menyingkirkan komplikasi intrakranial.

Pedoman Pengobatan
1. Terapi medikamentosa (konsevatif) :
a. Indikasi:
Tidak terdapat gejala toksik ataupun tanda
komplikasi ke intrakranial
Tidak terdapat fluktuasi postaurikular.
Tidak terdapat tanda-tanda kerusakan sel
tulang mastoid pada hasil pemeriksaan CT
scan.
OMA tipe aman dan tidak terdapat
kolesteatoma.

2. Terapi Pembedahan
a. Indikasi:
Komplikasi intrakranial.
Terdapat fluktuasi postaurikular dan abses
subperiosteal.
Mastoiditis akut.
Kegagalan program terapi medikamentosa
meskipun pengobatan Abx yang adekuat selama
48-72 jam.
Otorrhea menetap selama >2 minggu (gagal dengan
Abx adekuat)

Kolesteatoma.

a. Insisi dan drainase abses mastoid:


Terdapat fluktuasi muncul. Satu pak kasa yang
dibasahi dengan Betadine dapat ditempatkan di
rongga abses dan rawat luka dengan mengganti kasa
setiap hari.
b. Miringotomi: dengan atau tanpa penempatan
tabung timpanostomi. Tindakan ini harus
dipertimbangkan sebagai pengobatan dilakukan di
setiap kasus mastoiditis dengan membran timpani
utuh atau drainase yang tidak adekuat.

Operasi definitif
Mastoidekomi terbuka :Jika terdapat
kolesteatoma
Mastoidekomi Kortikal:Jika
kolesteatoma tidak ditemukan.
Sebuah fistula postaurikular dilakukan
eksisi total, tepi kulit harus
dibersihkankan, dikeruk dan dijahit 2
lapisan dengan hati-hati.

Waktu operasi terutama tergantung pada kondisi


pasien dan respon terapi medikamentosa. Jika
kondisi pasien memburuk, operasi harus dilakukan
segera untuk menyelamatkan hidup pasien.
Namun, jika respon pasien terhadap terapi
medikamentosa baik, yang dibuktikan dengan
perbaikan klinis dan dilanjutkan pemeriksaan CT
scan, operasi dapat ditunda selama satu minggu
untuk menghindari perichondritis

Pedoman Pengelolaan Abses Mastoid


Menurut Etiopatologinya
1. Mastoiditis akut tanpa abses.
Terapi medikamentosa pemberian antibiotik
(I.V) sesuai hasil kultur dan sensitivitasnya.
Miringotomi dilakukan agar terjadi drainase
sekret pada kasus membran timpani utuh
atau perforasi kecil letak tinggi.
Terapi penyebabnya misalnya OMSK

2. Mastoiditis Akut Dengan Komplikasi


(Paralisis N. Fasialis / Tromboflebitis Sinus
Lateral).
Terapi utama dengan pembedahan yang dasari
pemberian antibiotik I.V spektrum luas.
Terapi penyebabnya.
Komplikasi intrakranial seperti abses otak atau
meningitis harus segera dikelola bersama
departemen bedah saraf stabil, dilanjutkan
pengelolaan penyakit telinga.

3. Mastoiditis akut dengan abses


postaurikular.
Terapi medikamentosa dengan antibiotik
intravena
Insisi dan drainase, diikuti
Terapi bedah dilakukan mastoidektomi
kortikal.
Terapi penyebabnya.

4.Mastoiditis Akut Sebagai Komplikasi


Dari Otitis Media Supuratif Kronis Tipe
Aman
Pengobatan sama dengan otitis media akut
supuratif.
Terapi penyebabnya, setelah abses telah
disembuhan misalnya dilakukan timpanoplasti
dan mastoidektomi kortikal.

5. Mastoiditis akut pada OMSK tipe tidak


aman (kolesteatoma).
Pengobatan bedah dalam bentuk mastoidektomi
terbuka yang diawali oleh pemberian antibiotik
spektrum luas secara intravena.

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai