Anda di halaman 1dari 25

TUBERKULOSIS PARU

By : AFRIDON, S.Kp. M.Kep

1. Pengertian
Tuberkulosis paru adalah :
Penyakit infeksi yang mengenai paru
paru, bersifat kronis dan menular serta
ditandai dengan batuk lama bersputum
mukopurulen & sesak nafas

2. Etiologi
Mycobacterium tuberculosae, sejenis kuman
berbentuk batang dg ukuran panjang 1-4
mikron & tebal 0,3 0,6 mikron.
Yang tergolong kuman mycobacterium
complex adalah :
Mycobacterium tuberculosae
Varian african I & II
Varian asian
Mycobacterium bovis
3

3. Patogenesis
Tuberkulosis Paru Primer
penyakit terjadi pada infeksi pertama kali
Penularan tuberkulosis paru terjadi karena
kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar
menjadi Droplet Nuclei dalam udara & dpt
menetap 1-2 jam, tergantung ;
Ada tidaknya sinar ultra violet
Ventilasi yg buruk
Keadaan lembab & gelap berhari - bulan
5

Mekanisme Patofisiologi
Kuman terhirup oleh orang sehat, masuk sampai paru
paru dan masuk alveolus jika partikel < 5 mikron
Kuman menetap dijaringan paru selanjutnya tumbuh &
berkembang serta dpt terbawa masuk keorgan lain
Kuman membentuk sarang tuberkulosis yg disebut
sarang primer ( fokus ghon ) yg dpt terjadi di setiap
jaringan paru
7

Lanjutan
Peradangan sel getah bening ( limfangitis lokal ) &
diikuti dg pembesaran kelenjar getah bening
( limfangitis regional )
Komplek primer ( Ranke )
Proses ini memakan waktu 3 8 minggu
Selanjutnya dapat menjadi :
1. Sembuh tanpa meninggalkan cacat
2. Sembuh dgn meninggalkan sedikit bekas garis
fibrotik, kalsifikasi di hilus
8

Lanjutan
3. Komplikasi dan menyebar secara :
a. Perkontinuitatum : menyebar ke
sekitarnya
b. Bronkogen pada paru paru yg
bersangkutan maupun paru disebelahnya,
kuman juga bisa tertelan bersama sputum &
ludah sehingga menyebar ke usus
c. Limfogen ke organ tubuh lainnya
d. Hematogen ke organ tubuh lainnya
9

Lanjutan
Tuberkulosis Paru Sekunder
kuman yg Dormant pada tuberkulosis
primer akan muncul bertahun-tahun kemudian
sebagai infeksi endogen menjadi
Tuberkulosis dewasa/sekunder
90% tuberkulosis sekunder terjadi karena
immunitas yg menurun spt malnutrisi, peny.
Maligna, alkohol, DM, gagal ginjal.
TB sekunder dimulai dari sarang primer yg
berlokasi diregio atas paru, invasinya ke
daerah parenkim paru
10

Lanjutan
Sarang primer dpt mengalami reinfeksi menjadi TB
sekunder tergantung jumlah kuman, virulensi kuman dan
immunitas.

4. Klasifikasi Tuberkulosis
a. Pembagian secara patologis
Tuberkulosis primer ( childhood tuberkulosis )
Tuberkulosis sekunder ( adult tuberkulosis )

b. Pembagian secara aktivitas radiologis


Tuberkulosis paru aktif
Tuberkulosis paru non aktif
Tuberkulosis paru quiescent ( bentuk aktif yg mulai
menyembuh )
11

Lanjutan
c. Pembagian secara radiologis ( luas lesi )
Tuberkulosis minimal
terdapat sebagian kecil infiltrat non kavitas pada satu
paru / kedua paru tapi jumlahnya tidak melebihi satu
lobus paru.
Moderately Advanced Tuberkulosis
ada kavitas dg diameter tidak lebih dari 4 cm, jumlah
infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu bagian
paru, bila bayangan kasar tidak lebih sepertiga bagian
paru.
Far Advanced Tuberkulosis
terdapat infiltrat dan kavitas yg melebihi keadaan
pada moderately advanced tuberkulosis.
12

Lanjutan
d. Menurut American Thoracic Society
Kategori 0
Tidak pernah terpajan, tdk terinfeksi, riwayat kontak
negatif, test tuberkulin negatif.
Kategori I
Terpajan tuberkulosis tapi tidak terbukti ada infeksi,
riwayat kontak positif, test tuberkulin negatif.
Kategori II
Terinfeksi tuberkulosis tapi tidak sakit,test tuberkulin
positif, radiologis & sputumnya negatif.
Kategori III
Terinfeksi tuberkulosis dan sakit.
13

Lanjutan
e. Menurut WHO berdasarkan Therapi
Kategori I, ditujukan terhadap ;
kasus baru dg sputum positif / kasus baru dg
bentuk TB berat.
Kategori II, ditujukan terhadap ;
kasus kambuh/kasus gagal dg sputum BTA(+)
Kategori III, ditujukan terhadap ;
kasus BTA ( - ) dg kelainan paru yg tdk luas /
kasus TB ekstra paru.
Kategori IV
Tuberkulosis paru kronik.
14

5. Manifestasi Klinik
Batuk- batuk dg atau tanpa sputum > 2 minggu, batuk
bisa berdarah ( iritasi bronkus ), sputum mukopurulen
Demam : sub febril, kadang-kadang mencapai 40-41
derjat celcius
Sesak nafas
Nyeri dada : karena pengembangan paru yg rusak
Sistemik : malaise, anoreksia, BB menurun, keringat
malam.
akut : demam tinggi, menggigil
milier : demam akut, sesak nafas, sianosis
15

6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah tepi

Ditemukan anemia ringan


Leukositosis ringan
LED meningkat pada fase akut
Kadar natrium darah menurun
Jumlah limfosit meningkat

2. Pemeriksaan Sputum
Ditemukan kuman BTA
Pemeriksaan pertama sebaiknya dilakukan 3 kali

3. Pemeriksaan AGD
PO2, PCO2, HCO3, Sat Hb, pH dll hasil tergantung
lokasi, berat kerusakan paru
16

Lanjutan

4. Pemeriksaan Radiologi
Bayangan lesi di lapangan atas paru
Adanya kalsifikasi
Bayangan Milier ( bercak halus yg tersebar
merata diseluruh lapang paru
Gambaran infiltrasi

5. Pemeriksaan Fungsi Paru

Kapasitas vital menurun


Ruang mati meningkat
Peningkatan rasio udara residu
Saturasi oksigen menurun
17

18

19

Lanjutan

6. Test Tuberkulin
Mantoux test : menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin
PPD ( Purified Protein Derivative ) Intra Kutan
Reaksi positif : area indurasi 10 mm atau lebih,
terjadi 48 72 jam setelah injeksi Intra Kutan

20

7. Pengobatan
A. Sebaiknya menggunakan 1-2 obat yg bersifat
bakterisida spt Rifampisin, INH & Pirazinamid
disamping obat lain spt Etambutol,
Streptomisin, Kanamisin
B. Paduan ( resimen ) obat anti TB
Standart ( tanpa Rifampisin )

INH + SM + PAS = Fase inisial : tiap hari (1-3 bln) dan


Fase lanjutan INH + SM : 2 kali/minggu

INH + SM + EMB = Fase inisial : tiap hari (1-3 bln) dan


Fase lanjutan INH+EMB tiap hari / INH+PAS : 2 kali/mgg
21

Dengan Rifampisin

Lanjutan

INH + RFP + EMB = Fase inisial : tiap hari (1-3 bln)


dan Fase lanjutan INH + RFP : 2 kali/minggu atau
INH + EMB tiap hari
INH + SM + RFP = Fase inisial : tiap hari (1-3 bln)
dan Fase lanjutan INH+RFP / INH+SM : 2kali/mgg
Keterangan :
INH : Isoniazid
RFP : Rifampisin
PAS : Para Amino Salisilat

SM : Streptomisin
EMB : Ethambutol

22

8. Proses Keperawatan
A. Pengkajian

1. Aktivitas / Istirahat

Dispnea saat kerja


Kelelahan otot dan sesak

2. Integritas Ego

Denial
Ansietas
Ketakutan
Mudah terangsang / Irritable

3. Kenyamanan

Nyeri dada meningkat karna sesak berulang


23

4. Makanan / cairan

Lanjutan

Anoreksia
Penurunan berat badan
Turgor kulit jelek, kering / kulit bersisik
Kehilangan otot / lemak sub cutan

5. Pernafasan

Batuk produktif
Peningkatan frekuensi nafas
Pengembangan pernafasan tdk simetris
Perkusi pekak dan fremitus menurun
Suara nafas krekles diatas apex paru selama
inspirasi cepat
24

Lanjutan
B.

Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.

4.

Kerusakan pertukaran gas b/d penurunan permukaan efektif


paru, kerusakan membran alveolar kapiler
Tidak efektifnya jalan nafas b/d penumpukan sekret pada
jalan nafas, edema trakeal
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake
yang kurang dimanifestasikan dengan sering batuk, dispnea
dan anoreksia
Resiko tinggi penyebaran infeksi b/d penurunan pertahanan
primer
Intervensi ( Tugas mandiri )
25

Anda mungkin juga menyukai