Anda di halaman 1dari 33

Akuntansi Belanja,

Beban, dan Transfer


Disusun Oleh:
1. Galih Damayana
(13)
2. Oktavia Tri A
(26)
3. Sarah Fauzia Rodiah (33)

Akuntansi Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening
Kas Umum Negara yang mengurangi Saldo
Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Klasifikasi Belanja disebutkan dalam Pasal 1 UU
Nomor 17 Tahun 2003, belanja negara dirinci
menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja.
dan dipertegas lagi dalam PSAP 02 Paragraf 34

Klasifikasi Belanja
Menurut Klasifikasi
Ekonomi
Belanja Operasi
Adalah belanja yang dikeluarkan dari kas umum
negara dalam rangka menyelenggarakan kegiatan
operasional (kegiatan sehari-hari) pemerintah yang
memberi manfaat jangka pendek.
a) Belanja Pegawai
adalah: kompensasi terhadap pegawai baik dalam
bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan
kepada pegawai pemerintah sebagai imbalan atas
pekerjaan.
Terdiri dari belanja gaji dan tunjangan, belanja
honorarium/lembur/tunjangan khusus & belanja

b) Belanja barang
Belanja barang adalah pengeluaran untuk
pembelian barang dan/atau jasa yang habis pakai
untuk memproduksi barang dan/atau jasa.
Terdiri dari belanja barang (operasional dan nonoperasional), jasa, pemeliharaan, perjalanan, BLU,
serta belanja barang untuk diserahkan kepada
masyarakat/pemda
Belanja barang dapat dibedakan menjadi:
Belanja barang dan jasa
Belanja pemeliharaan
Belanja perjalanan dinas.

c) Belanja bunga
Adalah pengeluaran pemerintah untuk
pembayaran bunga (interest) atas kewajiban
penggunaan pokok utang (principal outstanding)
yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman jangka
pendek atau jangka panjang.
d) Belanja subsidi
Adalah pengeluaran pemerintah yang diberikan
kepada perusahaan/lembaga yang memproduksi,
menjual, mengekspor, atau mengimpor barang
dan jasa untuk memenuhi hajat hidup orang
banyak, dengan tujuan untuk membantu biaya
produksi.

e) Belanja Hibah
Adalah belanja pemerintah dalam bentuk uang/barang
atau jasa yang dapat diberikan kepada pemerintah lain.
Kriteria belanja hibah menurut Bultek 13 adalah :
Diberikan kepada pemerintah negara lain, organisasi
internasional, pemerintah pusat/daerah, perusahaan
negara/daerah, kelompok masyarakat, atau organisasi
kemasyarakatan;
Tidak bersifat wajib atau tidak mengikat bagi pemberi
hibah;
Dituangkan dalam suatu naskah perjanjian
Tidak ada timbal balik/balasan secara langsung
Digunakan sesuai dengan naskah perjanjian
Bersifat satu kali dan/atau dapat ditetapkan kembali
Dianggarkan pada BUN/BUD

f) Belanja Bantuan sosial (Bultek 10:12)


Adalah transfer uang atau barang yang diberikan
oleh Pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat
guna melindungi dari kemungkinan terjadinya
risiko sosial.
Transfer tersebut memiliki ketentuan sebagai
berikut :
Dapat langsung diberikan kepada anggota
masyarakat
Bersifat sementara atau berkelanjutan.
Ditujukan untuk mendanai kegiatan sosial
Bertujuan untuk meningkatkan hidup
Diberikan dalam bentuk: bantuan langsung;
penyediaan aksesibilitas; dan/atau penguatan
kelembagaan.

2. Belanja modal (PSAP Nomor 02


Paragraf 37)

Adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset


tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih
dari satu periode akuntansi.
a) Pengeluaran untuk Perolehan Awal Aset
Tetap/Aset Tak Berwujud
Meliputi harga beli aset tetap/aset lainnya ditambah
semua biaya lain yang dikeluarkan sampai aset
tetap/aset lainnya tersebut siap untuk digunakan.
Biaya-biaya tersebut harus dianggarkan dalam DIPA
sebagai Belanja Modal. Perlu diperhatikan beberapa
hal berikut:
) Pengeluaran mengakibatkan adanya perolehan aset
tetap;

b) Pengeluaran Setelah Perolehan Aset Tetap


Belanja untuk pengeluaran-pengeluaran sesudah
perolehan aset tetap dapat juga dimasukkan
sebagai Belanja Modal, jika memenuhi kriteria
berikut:
Pengeluaran tersebut mengakibatkan
bertambahnya masa manfaat, kapasitas, kualitas
dan volume aset yang telah dimiliki.
Pengeluaran tersebut memenuhi batasan minimal
nilai kapitalisasi aset tetap.

3) Belanja Lain-Lain. (PSAP Nomor 02


paragraf 38)
Adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang
sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang
seperti penanggulangan bencana alam, bencana
sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang
sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan
kewenangan pemerintah pusat/daerah.

Klasifikasi Belanja
Menurut Organisasi
Adalah klasifikasi belanja berdasarkan unit
organisasi pengguna anggaran.
Klasifikasi belanja menurut organisasi di
lingkungan pemerintah pusat antara lain adalah
belanja per kementerian negara/lembaga beserta
unit organisasi di bawahnya.

Klasifikasi Belanja
Menurut Fungsi
Adalah klasifikasi yang didasarkan pada fungsi-fungsi utama
pemerintah pusat dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat.
Klasifikasi belanja menurut fungsi terdiri dari:
Belanja Pelayanan Umum;
Belanja Pertahanan;
Belanja Ketertiban dan Keamanan;
Belanja Ekonomi;
Belanja Perlindungan Lingkungan Hidup;
Belanja Perumahan dan Permukiman;
Belanja Kesehatan;
Belanja Pariwisata dan Budaya;
Belanja Agama;
Belanja Pendidikan;
Belanja Perlindungan sosial.

Pengakuan Belanja
Belanja pada pemerintah pusat diakui pada saat
terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara.
Pengakuan atas terjadinya belanja langsung
dilakukan ketika surat perintah pencairan dana
langsung (SP2D-Ls) atas belanja tersebut terbit.
Khusus pengeluaran melalui bendahara
pengeluaran pengakuan belanjanya terjadi pada
saat pertanggungjawaban atas pengeluaran
tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai
fungsi perbendaharaan umum.

Pengukuran Belanja
Belanja diukur berdasarkan nilai nominal bruto yang
dikeluarkan dan tercantum dalam dokumen sumber
pengeluaran yang sah untuk pengeluaran dari Kas
Negara, yaitu :
Surat perintah membayar (SPM)/SP2D;
Surat pengesahan hibah langsung/surat perintah
pembukuan/pengesahan (SPHL/SP3).
Belanja langsung, termasuk di dalamnya transfer
keluar, dibukukan sebesar SPM-Ls/SP2d-Ls yang
terbit.
Belanja yang menggunakan uang persediaan
dibukukan sebesar SP2D-GU yang terbit atas

Akuntansi Beban
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi
jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan
ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi
aset atau timbulnya kewajiban (PSAP 12 Paragraf 8).
Beban hanya diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi
ekonomi (PSAP 12, Paragraf 37) :
Beban Pegawai, Beban Persediaan, Beban Jasa, Beban
Pemeliharaan, Beban Perjalanan Dinas, Beban Bunga,
Beban Subsidi, Beban Hibah, Beban Bantuan Sosial,
Beban Lain-lain, Beban Penyisihan Piutang, Beban
Penyusutan Aset Tetap, Beban Amortisasi Aset Tak
berwujud, Beban Transfer

Pengakuan Beban
a. Saat timbulnya kewajiban
Kewajiban timbul pada saat terjadinya peralihan hak
dari pihak lain ke pemerintah tanpa diikuti keluarnya
kas dari kas umum negara.
b. Ketika terjadi konsumsi aset
Konsumsi aset dapat berupa pengeluaran kas kepada
pihak lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban.
c. Ketika terjadi penurunan manfaat ekonomi
atau potensi jasa
Penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa terjadi
pada saat penurunan nilai aset sehubungan dengan
penggunaan aset bersangkutan/berlalunya waktu.

Pengukuran beban
Beban dicatat sebesar kewajiban yang timbul, aset yang
telah dikonsumsi, atau penurunan manfaat atau potensi jasa
yang terjadi.
Adapun beban-beban tersebut antara lain:
a. Beban Pegawai
h. Beban Hibah
b. Beban Persediaan
i. Beban Bantuan Sosial
c. Beban Jasa
j. Beban Lain-lain
d. Beban Pemeliharaan
k. Beban Penyisihan Piutang
e. Beban Perjalanan dinas
Tak Tertagih
f. Beban Bunga Utang
l. Beban Penyusutan Aset
g. Beban Subsidi
Tetap
m. Beban Amortisasi Aset Tak
Berwujud
Beban-beban tersebut dicatat sebesar nilai nominal yang
terdapat dalam dokumen sumber

Akuntansi transfer
Transaksi transfer (penerimaan dan pengeluaran transfer)
timbul karena sistem pemerintahan otonomi yang dianut
Indonesia. Sistem ini menghendaki pemerintah di atasnya
mentransfer sebagian dananya ke pemerintah di
bawahnya. Selain itu, adanya pemerintah yang
menghasilkan pendapatan pajak atau bukan pajak
mengakibatkan diselenggarakanya sistem bagi hasil.
Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh
suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan
lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.
Pemerintah pusat tidak menerima pendapatan transfer,
tapi mengeluarkan transfer. Oleh karena ittu pada laporan
keuangan pemerintah pusat tidak ada pendapatan
transfer, yang ada hanya pengeluaran untuk transfer.

Klasifikasi transfer
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.
Terdiri dari:
1. Dana Bagi Hasil
2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus

Transfer lainnya merupakan transfer dari pemerintah pusat


kepada pemerintah daerah sesuai dengan program yang
ada. Misalnya dana otonomi khusus, dana penyesuaian.

Pengakuan & pengukuran transfer


keluar
Transfer keluar-LRA diajui ketika SP2D untuk tujuan
transfer tersebut terbit. Beban transfer diakui ketika
SPM/SP2D nya terbit atau kewajiban untuk melakukan
transfer uang dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah timbul.

Transfer keluar-LRA dicatat sebesar uang yang keluar


dari RKUN, yaitu sebesar SPM/SP2D yang terbit. Beban
transfer diukur sebesar nilai nominal yang tercantum
dalam dokumen sumber penetapan nilai transfer.

Jurnal standar
beban/belanja/transfer
SAI (Satker) membukukan belanja dalam
buku besar kas ketika pengeluaran kas
terjadi dan membukukan beban dalam
buku besar akrual ketika kewajiban
timbul, konsumsi aset terjadi, atau ketika
terjadinya penurunan manfaat ekonomi
atau potensi jasa. Di sisi lain, SAKUN
membukukan belanja/beban dalam buku
besar kas dan akrual saat terjadi
pengeluaran uang.

Jurnal beban sehubungan dengan


timbulnya kewajiban
Beban yang diakui pada saat kewajiban timbul
terjadi akibat adanya pengggunaan barang/jasa
ke pihak ketiga yang belum dibayar.
Contoh:
Pada tanggal 31 Desember 2015 terdapat tagihan
listri sebesar Rp 30jt yang belum dibayar.
Jurnal yang dibuat SAI dalam buku besar akrualnya
adalah: Tgl
Uraian
Debet
Kredit
Beban Jasa(sesuai
MAK-nya)
Beban yang masih
harus
dibayar

30 juta
30 juta

Jurnal pelunasan beban yang


masih harus dibayar
Ketika terjadi pelunasan atas beban yang
masih harus dibayar, SAI dan SAKUN akan
membukukannya dalam buku besar kas
maupun akrual
Contoh:
Tagihan listrik sebesar Rp 30juta dibayar pada
tanggal 8 Januari 2016.
Jurnal yang dibuat SAI dalam buku besar kasnya
adalah: Tgl
Uraian
Debet
Kredit
Belanja(sesuai MAKnya)
Ditagihkan ke entitas
lain

30 juta
30 juta

Jurnal yang dibuat SAI


akrualnya
adalah: Uraian
Tgl

dalam

Beban yang masih harus


dibayar

Debet

buku

besar

Kredit

30 juta

Ditagihkan ke entitas

30 juta

lain

Di sisi lain, SAKUN akan membuat jurnal dalam


buku besar kas dan akrualnya sebagai berikut:
Tgl

Uraian
Ditagihkan ke entitas
lain
Kas di kas negara

Debet

Kredit

30 juta
30 juta

Jurnal beban dan belanja non


modal yang dibayar secara tunai
Jurnal beban/belanja yang dilakukan secara
tunai (diluar belanja modal) dibuat oleh SAI
maupun SAKUN dalam buku besar kas dan
buku besar akrual mereka.
Contoh:
Tanggal 28 Juni 2015, Satker Pertanian
membayar biaya perjalanan dinas 3 orang
karyawannya dengan menggunakan SP2D-Ls
sebesar Rp7juta.
Tgl dibuat Uraian
Debet
Jurnal yang
SAI dalam buku
besarKredit
kasnya
Belanja Barang (sesuai
7 juta
adalah:
MAK-nya)

Ditagihkan ke entitas
lain

7 juta

Jurnal yang dibuat


akrualnya adalah:
Tgl

SAI

dalam

Uraian

Debet

Beban perjalanan
dinas(sesuai MAK-nya)

7 juta

Ditagihkan ke entitas

buku

besar

Kredit

7 juta

lain

Di sisi lain, SAKUN akan membuat jurnal dalam


buku besar kas dan akrualnya sebagai berikut:
Tgl

Uraian
Ditagihkan ke entitas
lain
Kas di KUN

Debet

Kredit

7 juta
7 juta

Jurnal belanja modal


Semua penerimaan maupun pengeluaran uang
yang dilakukan pemerintah harus dilaporkan
dalam LRA. Oleh karena itu, pengeluaran untuk
membeli aset tetap atau aset lainnya harus
dicatat dalam buku besar kas di SAI maupun
SAKUN. Pembelian aset tetap tidak akan
dilaporkan sebagai beban modal dalam LO,
karena itu transaksi pembelian aset tetap tidak
dibukukan sebagai beban dalam buku besar
akrual. Buku besar akrual hanya mencatat
perolehan/penambahan aset tetapnya saja.
Pembebanan aset tetap secara akrual dilakukan
melalui penyusutan, yaitu sebagai beban
penyusutan aset tetap yang hanya dibukukan di
SAI dalam buku besar akrualnya saja.

Contoh:
Pada tanggal 25 Mei 2015, satker ABC membeli 1
unit komputer seharga Rp 10 juta. SP2D-Ls untuk
pembayaran atas pembelian komputer tersebut
terbit pada tanggal 27 Mei 2015.
Jurnal yang
dalam buku
besarKredit
kasnya
Tgl dibuat SAI
Uraian
Debet
adalah:
Belanja modal
10 juta
Ditagihkan ke entitas

10 juta

lain
Tgl

Uraian

Debet

Kredit

Jurnal yang dibuat SAI dalam buku besar akrualnya


Aset tetap
10 juta
adalah:
Ditagihkan ke entitas

lain

10 juta

Di sisi lain, SAKUN akan membuat jurnal dalam


buku besar kas dan akrualnya sebagai berikut:
Tgl

Uraian
Ditagihkan ke entitas
lain
Kas di KUN

Debet

Kredit

10 juta
10 juta

Jurnal beban persediaan


Pencatatan
beban
persediaan
hanya
dilakukan di SAI dalam buku besar akrualnya
saja.
Contoh:
Berdasarkan catatan persediaan diketahui
bahwa
sepanjang
tahun
2015
terdapat
pemakaian persediaan sebesar Rp 35juta.
Tgl
Uraian
Debet
Kredit
Jurnal yang dibuat SAI dalam buku besar kasnya
Beban persediaan
35 juta
adalah:
Persediaan

35 juta

Jika berdasarkan inventarisasi fisik terdapat


selisih kurang persediaan (jumlah fisiknya lebih
kecil daripada jumlah catatannya), maka
dibuat Tgl
jurnal sebagai
berikut: Debet Kredit
Uraian
Beban persediaan

xxxxx

Persediaan

xxxxx

Jika berdasarkan inventarisasi fisik terdapat


selisih lebih persediaan (jumlah fisiknya lebih
besar daripada jumlah catatannya), maka
Uraian
dibuat Tgl
jurnal sebagai
berikut: Debet Kredit
Persediaan

Beban persediaan

xxxxx

xxxxx

Jurnal beban penyisihan


piutang
Pencatatan beban penyisihan piutang hanya
dilakukan di SAI dalam buku besar akrual
saja.
Contoh:
Berdasarkan analisis kualitas piutang ditaksir
bahwa jumlah beban penyisihan piutang pada
tahun anggaran 2015 adalah Rp 5juta.
Jurnal yang dibuat SAI dalam buku besar
Tgl
Uraian
Debet
Kredit
akrualnya adalah:
Beban penyisihan
piutang tak tertagih

Penyisihan piutang
tak
tertagih

5 juta

5 juta

Jurnal beban penyusutan aset


tetap
Beban
penyusutan
aset
tetap
dihitung
berdasarkan metode garis lurus. Pencatatan
beban penyusutan aset tetap hanya dilakukan
di SAI dalam buku besar akrual saja.
Contoh:
Berdasarkan
perhitungan,
jumlah
beban
penyusutan aset tetap mesin dan peralatan pada
tahun anggaran 2015 adalah Rp 50juta.
Jurnal yang dibuat SAI dalam buku besar
Tgl
Debet
Kredit
akrualnya
adalah: Uraian
Beban penyusutan mesin
dan peralatan
Akumulasi
penyusutan

50 juta

50 juta

Anda mungkin juga menyukai