Akuntansi Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening
Kas Umum Negara yang mengurangi Saldo
Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Klasifikasi Belanja disebutkan dalam Pasal 1 UU
Nomor 17 Tahun 2003, belanja negara dirinci
menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja.
dan dipertegas lagi dalam PSAP 02 Paragraf 34
Klasifikasi Belanja
Menurut Klasifikasi
Ekonomi
Belanja Operasi
Adalah belanja yang dikeluarkan dari kas umum
negara dalam rangka menyelenggarakan kegiatan
operasional (kegiatan sehari-hari) pemerintah yang
memberi manfaat jangka pendek.
a) Belanja Pegawai
adalah: kompensasi terhadap pegawai baik dalam
bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan
kepada pegawai pemerintah sebagai imbalan atas
pekerjaan.
Terdiri dari belanja gaji dan tunjangan, belanja
honorarium/lembur/tunjangan khusus & belanja
b) Belanja barang
Belanja barang adalah pengeluaran untuk
pembelian barang dan/atau jasa yang habis pakai
untuk memproduksi barang dan/atau jasa.
Terdiri dari belanja barang (operasional dan nonoperasional), jasa, pemeliharaan, perjalanan, BLU,
serta belanja barang untuk diserahkan kepada
masyarakat/pemda
Belanja barang dapat dibedakan menjadi:
Belanja barang dan jasa
Belanja pemeliharaan
Belanja perjalanan dinas.
c) Belanja bunga
Adalah pengeluaran pemerintah untuk
pembayaran bunga (interest) atas kewajiban
penggunaan pokok utang (principal outstanding)
yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman jangka
pendek atau jangka panjang.
d) Belanja subsidi
Adalah pengeluaran pemerintah yang diberikan
kepada perusahaan/lembaga yang memproduksi,
menjual, mengekspor, atau mengimpor barang
dan jasa untuk memenuhi hajat hidup orang
banyak, dengan tujuan untuk membantu biaya
produksi.
e) Belanja Hibah
Adalah belanja pemerintah dalam bentuk uang/barang
atau jasa yang dapat diberikan kepada pemerintah lain.
Kriteria belanja hibah menurut Bultek 13 adalah :
Diberikan kepada pemerintah negara lain, organisasi
internasional, pemerintah pusat/daerah, perusahaan
negara/daerah, kelompok masyarakat, atau organisasi
kemasyarakatan;
Tidak bersifat wajib atau tidak mengikat bagi pemberi
hibah;
Dituangkan dalam suatu naskah perjanjian
Tidak ada timbal balik/balasan secara langsung
Digunakan sesuai dengan naskah perjanjian
Bersifat satu kali dan/atau dapat ditetapkan kembali
Dianggarkan pada BUN/BUD
Klasifikasi Belanja
Menurut Organisasi
Adalah klasifikasi belanja berdasarkan unit
organisasi pengguna anggaran.
Klasifikasi belanja menurut organisasi di
lingkungan pemerintah pusat antara lain adalah
belanja per kementerian negara/lembaga beserta
unit organisasi di bawahnya.
Klasifikasi Belanja
Menurut Fungsi
Adalah klasifikasi yang didasarkan pada fungsi-fungsi utama
pemerintah pusat dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
Klasifikasi belanja menurut fungsi terdiri dari:
Belanja Pelayanan Umum;
Belanja Pertahanan;
Belanja Ketertiban dan Keamanan;
Belanja Ekonomi;
Belanja Perlindungan Lingkungan Hidup;
Belanja Perumahan dan Permukiman;
Belanja Kesehatan;
Belanja Pariwisata dan Budaya;
Belanja Agama;
Belanja Pendidikan;
Belanja Perlindungan sosial.
Pengakuan Belanja
Belanja pada pemerintah pusat diakui pada saat
terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara.
Pengakuan atas terjadinya belanja langsung
dilakukan ketika surat perintah pencairan dana
langsung (SP2D-Ls) atas belanja tersebut terbit.
Khusus pengeluaran melalui bendahara
pengeluaran pengakuan belanjanya terjadi pada
saat pertanggungjawaban atas pengeluaran
tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai
fungsi perbendaharaan umum.
Pengukuran Belanja
Belanja diukur berdasarkan nilai nominal bruto yang
dikeluarkan dan tercantum dalam dokumen sumber
pengeluaran yang sah untuk pengeluaran dari Kas
Negara, yaitu :
Surat perintah membayar (SPM)/SP2D;
Surat pengesahan hibah langsung/surat perintah
pembukuan/pengesahan (SPHL/SP3).
Belanja langsung, termasuk di dalamnya transfer
keluar, dibukukan sebesar SPM-Ls/SP2d-Ls yang
terbit.
Belanja yang menggunakan uang persediaan
dibukukan sebesar SP2D-GU yang terbit atas
Akuntansi Beban
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi
jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan
ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi
aset atau timbulnya kewajiban (PSAP 12 Paragraf 8).
Beban hanya diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi
ekonomi (PSAP 12, Paragraf 37) :
Beban Pegawai, Beban Persediaan, Beban Jasa, Beban
Pemeliharaan, Beban Perjalanan Dinas, Beban Bunga,
Beban Subsidi, Beban Hibah, Beban Bantuan Sosial,
Beban Lain-lain, Beban Penyisihan Piutang, Beban
Penyusutan Aset Tetap, Beban Amortisasi Aset Tak
berwujud, Beban Transfer
Pengakuan Beban
a. Saat timbulnya kewajiban
Kewajiban timbul pada saat terjadinya peralihan hak
dari pihak lain ke pemerintah tanpa diikuti keluarnya
kas dari kas umum negara.
b. Ketika terjadi konsumsi aset
Konsumsi aset dapat berupa pengeluaran kas kepada
pihak lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban.
c. Ketika terjadi penurunan manfaat ekonomi
atau potensi jasa
Penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa terjadi
pada saat penurunan nilai aset sehubungan dengan
penggunaan aset bersangkutan/berlalunya waktu.
Pengukuran beban
Beban dicatat sebesar kewajiban yang timbul, aset yang
telah dikonsumsi, atau penurunan manfaat atau potensi jasa
yang terjadi.
Adapun beban-beban tersebut antara lain:
a. Beban Pegawai
h. Beban Hibah
b. Beban Persediaan
i. Beban Bantuan Sosial
c. Beban Jasa
j. Beban Lain-lain
d. Beban Pemeliharaan
k. Beban Penyisihan Piutang
e. Beban Perjalanan dinas
Tak Tertagih
f. Beban Bunga Utang
l. Beban Penyusutan Aset
g. Beban Subsidi
Tetap
m. Beban Amortisasi Aset Tak
Berwujud
Beban-beban tersebut dicatat sebesar nilai nominal yang
terdapat dalam dokumen sumber
Akuntansi transfer
Transaksi transfer (penerimaan dan pengeluaran transfer)
timbul karena sistem pemerintahan otonomi yang dianut
Indonesia. Sistem ini menghendaki pemerintah di atasnya
mentransfer sebagian dananya ke pemerintah di
bawahnya. Selain itu, adanya pemerintah yang
menghasilkan pendapatan pajak atau bukan pajak
mengakibatkan diselenggarakanya sistem bagi hasil.
Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh
suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan
lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.
Pemerintah pusat tidak menerima pendapatan transfer,
tapi mengeluarkan transfer. Oleh karena ittu pada laporan
keuangan pemerintah pusat tidak ada pendapatan
transfer, yang ada hanya pengeluaran untuk transfer.
Klasifikasi transfer
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.
Terdiri dari:
1. Dana Bagi Hasil
2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus
Jurnal standar
beban/belanja/transfer
SAI (Satker) membukukan belanja dalam
buku besar kas ketika pengeluaran kas
terjadi dan membukukan beban dalam
buku besar akrual ketika kewajiban
timbul, konsumsi aset terjadi, atau ketika
terjadinya penurunan manfaat ekonomi
atau potensi jasa. Di sisi lain, SAKUN
membukukan belanja/beban dalam buku
besar kas dan akrual saat terjadi
pengeluaran uang.
30 juta
30 juta
30 juta
30 juta
dalam
Debet
buku
besar
Kredit
30 juta
Ditagihkan ke entitas
30 juta
lain
Uraian
Ditagihkan ke entitas
lain
Kas di kas negara
Debet
Kredit
30 juta
30 juta
Ditagihkan ke entitas
lain
7 juta
SAI
dalam
Uraian
Debet
Beban perjalanan
dinas(sesuai MAK-nya)
7 juta
Ditagihkan ke entitas
buku
besar
Kredit
7 juta
lain
Uraian
Ditagihkan ke entitas
lain
Kas di KUN
Debet
Kredit
7 juta
7 juta
Contoh:
Pada tanggal 25 Mei 2015, satker ABC membeli 1
unit komputer seharga Rp 10 juta. SP2D-Ls untuk
pembayaran atas pembelian komputer tersebut
terbit pada tanggal 27 Mei 2015.
Jurnal yang
dalam buku
besarKredit
kasnya
Tgl dibuat SAI
Uraian
Debet
adalah:
Belanja modal
10 juta
Ditagihkan ke entitas
10 juta
lain
Tgl
Uraian
Debet
Kredit
lain
10 juta
Uraian
Ditagihkan ke entitas
lain
Kas di KUN
Debet
Kredit
10 juta
10 juta
35 juta
xxxxx
Persediaan
xxxxx
Beban persediaan
xxxxx
xxxxx
Penyisihan piutang
tak
tertagih
5 juta
5 juta
50 juta
50 juta