Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Panuveitis
Oleh
Silvi Qiroatul Aini
1518012180
Preseptor :
dr. Yul Khaizar, Sp.M
dr. Yuda Saputra, Sp.M
PENDAHULUAN
Uveitis menunjukkan suatu peradangan pada
iris, corpus ciliare, atau koroid.
Epidemiologi panuveitis : sering dijumpai di Asia, Afrika
dan Amerika Selatan
2 penyebab terbanyak dari panuveitis di India adalah TB
(Tuberculosis) dan sindrom VKH (Vogt-KoyanagiHarada)
DEFINISI
Uveitis menunjukkan suatu peradangan pada iris
(iritis, iridosiklitis), corpus ciliare (uveitis
intermediet, siklitis, uveitis perifer, atau pars
planitis), atau koroid (koroiditis).
Uveitis difus (panuveitis) menunjukkan suatu
peradangan pada iris (iritis, iridosiklitis), corpus
ciliare (uveitis intermediet, siklitis, uveitis perifer,
atau pars planitis), atau koroid (koroiditis)
KLASIFIKASI
ANATOMIS
ETIOLOGIS
UVEITIS
ANTERIOR
UVEITIS
INTERMEDIET
UVEITIS
POSTERIOR
PANUVEITIS
UVEITIS
INFEKSIUS
UVEITIS NON
INFEKSIUS
KLINIS
UVEITIS AKUT
UVEITIS
KRONIK
PATOLOGIS
UVEITIS NON
GRANULOMATO
SA
UVEITIS
GRANULOMATO
SA
EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian uveitis di dunia yaitu 14-52 dari 100.000
penduduk.
Panuveitis lebih sering terjadi di Asia, Afrika, dan
Amerika Selatan apabila dibandingkan dengan Amerika
Utara, Eropa, dan Australia
ETIOLOGI
Penyebab dari uveitis difus diantaranya yaitu : infeksi
tuberkulosis, sarkoidosis, dan sifilis.
Penyebab yang lebih jarang antara lain oftamia
simpatika, sindrom Vogt-Koyanagi-Harada, Sindrom
Behcet, Retinokoroiditis birdshot, dan limfoma
intraokular
PATOFISIOLOGI
Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan
oleh defek langsung suatu infeksi atau alergi.
Infeksi : - trauma tembus okuli
- reaksi terhadap zat toksik yang diproduksi
mikroba
Alergi : reaksi hipersensitifitas terhadap antigen dari luar
(antigen eksogen) atau antigen dari dalam badan
(antigen endogen).
Tuberkuosis
Tuberkulosis (TB) terkait uveitis semakin banyak
dilaporkan dari Asia Tenggara, Pasifik Barat, dan daerah
Timur Mediterania.
TB dapat mengenai setiap bagian dari mata dan
memunculkan gambaran spektrum klinis pada pasien.
paling umum dijumpai akibat uveitis TBC adalah uveitis
posterior, diikuti oleh uveitis anterior
Selain uji tuberkulin, pemeriksaan terbaru adalah
immune-based rapid blood test (Quantiferon - TB Goldtest( QFT - G ) dan TSPOT ( Tes TB )
Pasien dengan tuberkulosis okular tetap diterapi dengan
OAT disamping pemberian kortikosteroid untuk dampak
inflamasi karena uveitis.
Sarkoidosis
Organ yang sering diserang penyakit ini adalah adalah
paru-paru, kulit, dan mata.
Panuveitis terjadi pada 6-33 % dari pasien dengan
sarkoidosis.
Baku emas dalam diagnosis pasti penyakit sarkoidosis
adalah pemeriksaan histopatologi dijumpai granuloma
noncaseosa.
Pemeriksaan klinis rutin untuk mendiagnosis sarcoid
uveitis termasuk Mantoux tes, Roengen thoraks, enzim
angiotensin converting serum, dan laju endap darah.
Terapi kortikosteroid ( prednisolon 1 mg / kg / hari )
Pemeriksaan
A. Pemeriksaan penunjang
inflamasi segmen anterior yang melibatkan iris biasanya
diperiksa dengan menggunakan slit lamp,
uveitis yang melibatkan badan siliar paling bagus
diperiksa menggunakan USG Biomicroscopy (UBM).
Color Fundus Fotografy Dasar menyajikan referensi
klinis yang sangat baik untuk memonitor perubahan
fundus selama periode follow up.
Digital Color Fundus Fotografy memungkinkan untuk
penyimpanan dan pengambilan gambar fundus dengan
mudah
B. Pemeriksaan Laboratorium
Hitung darah lengkap
Laju endap darah (LED)
Mantoux test
Serologi Sifillis (Treponema pallidum hemaglutinasi test)
Serum Angiotensin - Converting Enzyme - ( ACE ) level
untuk sarcoidosis
Human Leukosit antigen (HLA) tipe (B 51, DR4) untuk
penyakit Behcets atau sindroma VKH.
ANA untuk juvenile rheumatoid arthritis dan antibodi
antineutrofil sitoplasmik untuk vaskulitis yang berkaitan
dengan Wegner granulomatosis
Antibodi terhadap Toxoplasma gondii
Tatalaksana Panuveitis
Diagnosis dan pengobatan agen penyebab spesifik (ex :
pemberian antimikroba seperti antibiotik, antiviral, anti
parasit)
Pengobatan nonspesifik
Pengobatan keadaan terkait
Terapi suportif
Pengobatan andalan untuk uveitis non-infeksi adalah
obat anti inflamasi. Panuveitis berat atau kronik
membutuhkan agen imunosupresan.
Kortikosteroid
Kortikosteroid merupakan obat pilihan pada hampir semua
kasus uveitis.
Pada panuveitis, pemberian kortikosteroid topikal maupun
sistemik kedua-duanya diperlukan.
Dosis oral prednisolone dimulai dengan loading dose
sebesar 1 mg/kgBB/hari
Jika inflamasi berkurang, tappering off sebanyak 5-10 mg
per minggu dimulai sejak 2 sampai 4 minggu dari terapi
inisial
Efek samping dan kontra indikasi dari kortikosteroid :
glaukoma sekunder, katarak subkapsular posterior,
peningkatan kerentanan terhadap infeksi, hipertensi, tukak
lambung, diabetes, obesitas, gangguan pertumbuhan,
osteoporosis dan psikosis.
Terapi suportif
Siklopegik diberikan untuk
meringankan rasa sakit karena
spasme siliar.
Pembentukan sinekia posterior dapat
dicegah dengan pemberian agen
midriatik.
Atropin digunakan pada serangan
akut sementara pada saat sedang
berlangsung diberikan golongan
(homatropin) untuk menjaga dilatasi
pupil.
Agen Imunosupresan
Tiga kelas utama agen imunosupresan yaitu :
antimetabolit glukokortikoid : azathioprine,
methotrexate dan mycophenolate mofetil (MMF)
inhibitor sel T : cyclosporin dan tacrolimus.
agen alkilasi : cyclophospamide dan clorambusil.
Indikasi terapi imunosupresan pada panueveitis yaitu
inflamasi berat yang terlihat mengancam,
inflamasi kronik yang tidak berespon terhadap
pengobatan konvensional kortikosteroid primer,
uveitis yang kambuh, atau intoleransi atau
kontraindikasi terhadap kortikosteroid sistemik.
Anti TNF-
Ada 3 preparat anti TNF- yang digunakan yaitu
infliximab, adalimumab dan etanercept.
Infliximab dan adalimumab merupakan IgG yang mampu
menangkal TNF-.
Infliximab terbukti efektif mengurangi inflamasi sekitar
80% pada uveitis refrakter.
Pada Behcet disease respon infliximab cukup cepat
sekitar 24 jam setelah pemberian.
Interferon- 2a
Interferon- 2a adalah cytokine yang dilepaskan pada
infeksi virus struktur ini mirip dengan antigen pada BD.
Diberkan secara subkutan dengan dosis 3-9 juta
unit/hari, sehari atau 3x seminggu.
Agen biologik pilihan yang efektif dan relatif bertoleransi
dalam pengobatan uveitis refrakter pada dewasa dan
anak-anak dalam jangka waktu singkat
Efek samping : supresi sumsum tulang dan
hepatotoksik, dan memicu kanker/keganasan.
Panuveitis vitrectomi
Digunakan sebgai diagnostik dan teurapetik.
Terapi pilihan pada uveitis persisten walaupun berespon
terhadap kortikosteroid maupun imunosupresan
Indikasi yaitu pada seperti vitreous opak, sikatriks pada
badan siliar, edema makula cistoid, membran epiretinal,
kapsul lensa posterior mengkeruh atau ablasi retina
tractional
Komplikasi dari vitrectomi mungkin termasuk
perdarahan, katarak, glaukoma, infeksi, ablasi retina
atau kebutaan yang sedang hingga berat.
TERIM
A
KASIH