Anda di halaman 1dari 177

Menurut Hofmann :

Suatu hubungan hukum antara sejumlah


terbatas subyek-subyek hukum sehubungan
dengan itu dengan seseorang atau beberapa
orang daripadanya mengikatkan dirinya
untuk bersikap menurut cara-cara tertentu
terhadap pihak lain, yang berhak atas sikap
yang demikian itu

Menurut Pitlo :
Perikatan adalah suatu hubungan hukum yang
bersifat harta kekayaan antara 2 orang atau
lebih, atas dasar mana pihak yang satu
berhak (kreditur) dan pihak lain
berkewajiban (debitur) atas sesuatu prestasi

Perikatan adalah suatu hubungan hukum


antara 2 pihak, yang mana pihak yang satu
berhak menuntut sesuatu dari pihak yang
lainnya yang berkewajiban memenuhi
tuntutan itu

1.

Hubungan Hukum
Hubungan hukum ialah hubungan yang
terhadapnya hukum meletakkan hak
pada 1 pihak dan melekatkan kewajiban
pada pihak lainnya.

1.

2.

A menitipkan sepedanya dengan CumaCuma kepada B, maka terjadilah perikatan


antara A dan B yang menimbulkan hak
pada A untuk menerima kembali sepeda
tersebut dan kewajiban pada B untuk
menyerahkan sepeda tersebut.
X menjual mobil kepada Y, apakah yang
timbul dari perikatan antara X dan Y?

2.

Para Pihak
Para pihak dalam suatu perikatan
disebut dengan subjek perikatan
Harus terjadi antara 2 orang atau lebih
Pertama,pihak yang berhak atas
prestasi,atau pihak yang berpiutang
disebut dengan KREDITUR
Kedua,pihak yang berkewajiban
memenuhi atas prestasi, atau pihak
yang berutang disebut dengan DEBITUR

Debitur

memiliki 2 unsur yaitu schuld dan


haftung
Schuld adalah utang debitur kepada kreditur
Haftung adalah harta kekayaan debitur yang
dipertanggungjawabkan bagi pelunasan utang
debitur tersebut

3.

Objek
Yang menjadi objek perikatan adalah prestasi,
yaitu hal pemenuhan perikatan
Pasal 1234 KUHPerdata, menyatakan : tiap-tiap
perikatan adalah untuk memberikan sesuatu,
untuk berbuat sesuatu, dan tidak berbuat
sesuatu

Memberikan

sesuatu, yaitu menyerahkan


kekuasaan nyata atas benda dari debitur
kepada kreditur, termasuk pemberian
sejumlah uang, penyerahan hak milik atas
benda bergerak dan tidak bergerak

Prestasi

dengan berbuat sesuatuadalah


perikatan untuk melakukan sesuatu misalnya
membangun rumah
Prestasi dengan tidak melakukan sesuatu
misalnya x membuat perjanjian dengan y
ketika menjual butiknya, untuk tidak
menjalankan usaha butik dalam daerah yang
sama

1.

2.

3.

Harus sudah tertentu atau dapat ditentukan.


Jika prestasi itu tidak tertentu atau tidak
dapat ditentukan mengakibatkan perikatan
batal (nietig)
Harus mungkin, artinya prestasi itu dapat
dipenuhi oleh debitur secara wajar dengan
segala usahanya. Jika tidak demikian
perikatan menjadi batal
Harus diperbolehkan (halal), artinya tidak
dilarang oleh UU, tidak bertentangan dengan
kesusilaan dan ketertiban umum. Jika prestasi
tidak halal, maka perikatan batal

4.

5.

Harus ada manfaat bgai kreditur, artinya


kreditur menggunakan, menikmati, dan
mengambil hasilnya. Jika tidak demikian,
perikatan dapat dibatalkan.
Terdiri dari satu perbuatan atau serentetan
perbuatan. Jika prestasi itu berupa satu
kali perbuatan dilakukan lebih dari satu
kali dapat mengakibatkan pembatalan
perikatan.

4.

Kekayaan
Pasal 1131 BW menyatakan bahwa :
segala kebendaan si berutang, baik
yang bergerak maupun yang tak
bergerak, baik yang sudah ada maupu
yg akan ada dikemudian hari, menjadi
tanggungan untuk segala perikatan
perserorangan

a)
b)
c)

Para debitur terletak kewajiban untuk


memenuhi prestasi. Dan jika ia tidak
melaksanakan kewajibannya tersebut
bukan karena keadaan memaksa maka
debitur dianggap melakukan inkar janji
(wanprestasi)
Ada 3 bentuk wanprestasi, yaitu :
Tidak memenuhi prestasi sama sekali
Terlambat memenuhi prestasi
Memenuhi prestasi secara tidak baik

a)

b)

c)

Akibat hukum bagi debitur yang wanprestasi


adalah :
Debitur diwajibkan membayar ganti kerugian
yang telah diderita oleh kreditur (pasal 1243
BW)
Apabila perikatan itu timbal balik, kreditur
dapat menuntut pemutusan/pembatalan
melalui hakim (pasal 1266 BW)
Dalam perikatan untuk memberikan sesuatu,
resiko beralih kepada debitur sejak terjadi
wanprestasi (pasal 1237 BW)

d.

e.

Debitur diwajibkan memenuhi perikatan


jika masih dapat dilakukan, atau
pembatalan disertai pembayaran ganti
kerugian (pasal 1267 BW)
Debitur wajib membayar biaya perkara jika
diperkarakan di muka pengadilan negeri,
dan debitur dinyatakan bersalah

a)
b)

Tidak terpenuhinya kewajiban oleh debitur


disebabkan oleh dua alasan, yaitu :
Karena kesalahan debitur, baik dengan
sengaja maupun lalai
Karena keadaan memaksa (Overmacht /
Force Majure )


a)
b)

Adanya kesalahan harus dipenuhi unsur-unsur


sebagai berikut :
Perbuatan yang dihindarkan harus dapat
dihindarkan
Perbuatan tersebut dapat dipersalahkan
kepada si pembuat, yaitu bahwa ia dapat
menduga tentang akibatnya
Apakah suatu akibat itu dapat diduga atau
tidak, haruslah diukur secara obyektif dan
subyektif
Obyektif, yaitu apabila menurut manusia
normal akibat tsbt dapat diduga
Subyektif, jika akibat tersebut menurut
keahlian seseorang dapat diduga

Kesengajaan adalah perbuatan yang


diketahui dan dikehendaki
Kelalaian adalah perbuatan yang mana si
pembuatnya mengetahui akan kemungkinan
terjadinya akibat yang merugikan orang lain

1.
2.
3.

Keadaan memaksa ialah keadaan tidak


dipenuhinya prestasi oleh debitur karena
terjadi peristiwa yang tidak dapat diketahui
atau tidak dapat diduga akan terjadi ketika
membuat perikatan.
Unsur-unsur keadaan memaksa :
Tidak dipenuhi prestasi karena terjadi
peristiwa yang membinasakan/memusnahkan
objek perikatan
Tidak dipenuhi prestasi karena terjadi
peristiwa yang menghalangi debitur u/
berprestasi
Peristiwa itu tidak dapat diketahui atau
diduga akan terjadi pada waktu membuat
perikatan

1.
2.
3.

Adalah teguran dari si kreditur kepada debitur


agar dapat memenuhi prestasi sesuai dengan
isi perjanjian yang telah disepakati
Ketentuan somasi dalam pasal 1238 dan pasal
1243 BW
Ada 3 cara terjadinya somasi :
Debitur melaksanakan prestasi yang keliru
Debitur terlambat memenuhi prestasi
Prestasi yg dilaksanakan tidak berguna


a.
b.
c.

a.
b.
c.
d.
e.

Isi yang harus dimuat dalam surat somasi


adalah :
Dasar Tuntutan
Apa yang dituntut
Tanggal paling lambat memnuhi prestasi
Somasi tidak diperlukan apabila :
Kreditur menolak pemenuhan
Debitur mengakui kelalaian
Pemenuhan prestasi tidak mungkin
dilakukan
Pemenuhan prestasi tidak berarti lagi
Debitur telah melaksanakan prestasi
sebagaimana mestinya

Menurut pasal 1244, 1245 dan 1246 BW,ganti


rugi menggunakan istilah biaya, rugi dan
bunga
Rugi adalah kerugian nyata yang dapat
diduga atau dapat diperkirakan pada saat
perikatan itu diadakan, yang timbul akibat
wanprestasi

Kerugian yang dapat diduga atau sepatutnya


diduga pada saat waktu perikatan dibuat
Kerugian yang merupakan akibat langsung
wanprestasi (mempunyai hubungan kausal)

B.
1)
2)
3)
C.
1)
2)

Perikatan Menurut subjeknya


Perikatan tanggung renteng
Perikatan pokok (principle)
Perikatan Tambahan (accesoire)
Perikatan menurut mulai dan berakhirnya
perikatan
Perikatan bersyarat
Perikatan dengan ketentuan waktu

Perikatan
1233

Undang-Undang
1352

Perjanjian
1313
Perbuatan manusia
1353

Perbuatan Menurut
Hukum
1354 & 1359
Perbuatan Melawan
Hukum
1365

Ditentukan UU

Perjanjian adalah suatu perbuatan, dimana


satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang atau lebih

Yang Dimaksud dengan Perbuatan tidak


jelas
Tidak tampak asas konsensualisme

Suatu persetujuan dengan dua orang atau


lebih yang saling mengikatkan dirinya
pada lapangan harta kekayaan
( Abdulkadir Muhammad)
Suatu perbuatan hukum, dimana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya atau
saling mengikatkan dirinya terhadap satu
orang atau lebih ( setiawan )

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Para Pihak ( Subjek)


Ada persetujuan yang bersifat tetap
Ada tujuan yang hendak dicapai
Ada prestasi yang dapat dilaksanakan
Ada bentuk tertentu ( Tulis/Lesan)
Ada Syarat-syarat tertentu sebagai isi
perjanjian


1.
2.
3.
4.

Ps. 1320 BW :
Sepakat Mereka yang mengikatkan dirinya
Kecakapan Untuk membuat Suatu
persetujuan
Suatu Hal tertentu
Suatu sebab yang halal

Kedua belah pihak harus mempunyai


kemauan yg bebas untuk mengikatkan diri
dan kemauan itu harus dinyatakan
Kemauan yg bebas dianggap tidak terjadi
ketika perjanjian itu terjadi karena
paksaan(Dwang), kekhilafan(dwaling) atau
penipuan (bedrof)

Periksa ps 1321 dan ps 1322


Dibedakan menjadi 2 yaitu kekhilafan
mengenai orangnya (error in persona) dan
kekhilafan mengenai hakikat barangnya
(error in subtansia)

Periksa ps 1323, ps 1324


Yang dimaksud dengan paksaan adalah
kekerasan jasmani tau ancaman dgn
sesuatu yg diperbolehkan hukum yang
menimbulkan ketakutan kpd sesorang
sehingga ia membuat perjanjian
Bandingkan dgn ps 1326 dan 1327

Lihat ps 1328
Penipuan mensyaratkan adanya tipu muslihat
Penipuan tidak dipersangkakan, tetapi harus
dibuktikan

Kedua belah pihak harus cakap menurut


hukum u/ bertindak sendiri
UU telah menetapkan tidak cakap untuk
melakukan perbuatan hukum

Yang diperjanjikan dlm suatu perjanjian


haruslah suatu hal atau suatu barang yg
cukup jelas atau tertentu
Kejelasan mengenai objek perjanjian ialah
untuk memungkinkan pelaksanaan hak dan
kewajiban

Causa diartikan bahwa isi perjanjian itu


yang menggambarkan tujuan yang akan
dicapai para pihak
Jadi isi dari perjanjian tsb tidak boleh
melanggar UU, ketertiban umum dan
kesusilaan

1.

Syarat 1 dan Syarat 2 disebut sebagai


syarat subyektif, jika syarat ini tidak
terpenuhi maka perjanjian itu dapat
dimintakan pembatalannya kepada hakim.
Pembatalan dapat dimintakan dalam
tenggang waktu 5 tahun (ps.1454)

2.

Syarat 3 dan 4 disebut syarat Obyektif, jika


syarat ini tidak terpenuhi perjanjian batal.
Perjanjian dianggap tidak pernah ada

1.

a)
b)
c)

Azas Kebebasan Berkontrak


Azas ini mrpkan perwujudan ps.1338
Azas ini memberikan kebebasan untuk :
Berbuat/tidak berbuat
Mengadakan perjanjian dgn siapapun
Menentukan isi dan bentuk perjanj.

2.

Azas Konsesualisme
Azas ini mrpkn perwujudan ps.1320 (1)
Suatu perikatan terjadi sejak saat
tercapainya kata sepakat antara para
pihak

3.

Azas Kekuatan mengikat


Ps 1338 : semua persetujuan yg dibuat
secara sah berlaku sebagai UU bg mereka
yang membuatnya

4.

5.

Azas Pelengkap
Pasal-pasal yang terdapat dlm UU (BW)
dpt dikesampaingkan, apabila para
pihak menghendaki dan membuat
ketentuan yg berbeda dari UU
Azas Kepatutan
Azas ini dituangkan dalam pasal 1339
BW

Berlaku sebagai UU
Tidak dapat ditarik kembali secara sepihak
Pelaksanaan dengan itikad baik

Pembayaran
Alat bayar yg digunakan pada umumnya adalah mata
uang. Pembayaran harus dilakukan ditempat yg telah
ditentukan
Penyerahan benda
dalam setiap perjanjian yang mengandung tujuan
memindahkan penguasaan dan atau hak milik perlu
dilakukan penyerahan bendanya. Penyerahan ada 2
macam yaitu penyerahan hak milik dan penyerahan
penguasaan benda
Pelayanan Jasa
Adalah memberikan pelayanan dengan melakukan
perbuatan tertentu. Misalnya servis, pengangkutan,
perkerjaan buruh, dsb

Untuk PMH yg dilakukan oleh orgaan badan


hukum, pertanggungjawabnya didasarkan
pada ps 1365
Untuk PMH yg dilakukan oleh seseorang wakil
badan hukum yg mempunyai hubungan kerja
dengan badan hukum, dapat dipertanggung
jawabkan berdasarkan ps. 1367

Jaminan dan Agunan dalam


Perjanjian Kredit
.
yuliasara

Beberapa Pengertian
Legalitas Jaminan
Pembedaan Benda Jaminan
Fidusia
Eksekusi Jaminan Fidusia
Hak Tanggungan
Eksekusi Hak Tanggungan
Penutup
Tanya jawab & Kasus

DEBITUR : Pihak yang berhutang

KREDITUR : Pihak yang berpiutang

PPAT : Pejabat Pembuat Akta Tanah, adalah pejabat


umum yg diberi wewenang utk membuat akta
pemindahan dan pembebanan HAT menurut peraturan
perundang-undangan yg berlaku

KANTOR PERTANAHAN : Adalah unit kerja Badan


Pertanahan Nasional di wil kabupaten, kotamadya atau
wil administratif lain yg setingkat yg melakukan
pendaftaran HAT dan pemeliharaan daftar umum
pendaftaran tanah.

BENDA TETAP : Benda yang menurut sifatnya tidak


bergerak (Pasal 506-508 KUHPer)

BENDA BERGERAK : Benda yg menurut sifatnya dapat


berpindah atau dipindahkan dari suatu tempat
ketempat lain (Pasal 509-511 KUHPer)

PERSYARATAN KREDIT

LEGALITAS JAMINAN

STATUS
JAMINAN

LETAK/KONDIS
I JAMINAN

Jaminan harus dicek, untuk diperoleh keyakinan


bahwa Jaminan tidak dalam sengketa.
Risiko :
Apabila tdk dilakukan, Bank tidak dapat
mengetahui
secara pasti status jaminan tsb
Harus dilakukan Plotting untuk memastikan
lokasi Jaminan
Risiko :
Apabila tdk dilakukan, Bank tidak dapat
mengetahui
secara pasti kondisi jaminan tsb
52

LEGALITAS USAHA

PERIZINAN

LETAK/LOKASI
USAHA

Dokumen Perizinan sedapat mungkin dilakukan


verifikasi kebenarannya kepada instansi
penerbit.
Risiko :
Apabila tdk dilakukan, ada kemungkinan
dokumen dipalsukan.
Harus dilakukan OTS untuk memastikan
kebenaran, kelayakan usaha yang akan dibiayai.
Risiko :
Apabila tdk dilakukan, ada kemungkinan usaha
debitur tidak layak, fiktif.

53

PERJANJIAN
KREDIT
SYARAT SAHNYA
PERJANJIAN

Sepakat
Syarat Sahnya
Perjanjian
[1320 KUH
Pdt]

Cakap
Hal
tertentu
Causa
Halal

Dapat Dibatalkan
(Voidable)
Batal Demi Hukum (Null &
void)

54

PERJANJIAN KREDIT MEMUAT:


MATERI PK
BAGIAN KOMPARISI
BAGIAN ISI PK:
- Maksimum Kredit
- Syarat Pencairan Kredit
(Predisbursement)
- Tujuan Kredit
- Jangka Waktu
- Suku Bunga Kredit dan denda
Tunggakan
- Jaminan Kredit
- Pengelolaan Rekening
- Pembatasan Penerima Kredit
- Covenant-covenant
55

MACAM JAMINAN

PENGIKATAN JAMINAN

Peroranga
n

Borgtocht: PG &
CG

Jaminan
Kebendaan

HT, Hipotik,
Jaminan Fidusia,
Gadai, Jaminan
Resi Gudang,
Cessie dengan
hak retrocessi,
PPJPK & PPHPGR
56

JENIS BENDA &

PENGIKATAN JAMINAN

PENGIKATANNYA

1.
2.
3.
4.

HAK MILIK
HAK GUNA BANGUNAN
HAK GUNA USAHA
HAK PAKAI ATAS TANAH
NEGARA
5. HM ATAS SATUAN RUMAH
SUSUN (STRATA TITLE)

TERDAFTAR
TANAH
TIDAK
BERGERAK
BUKAN
TANAH

BEND
A

TDK BERTUBUH

TIDAK
TERDAFTAR

KAPAL LAUT
20 M3

HAK TANGGUNGAN
SKMHT
(KREDIT PROGRAM)

1.
2.

1. GIRIK
2. PETOK
3. LETTER CI

HIPOTIK KAPAL

>

SURAT BERHARGA
SAHAM
OBLIGASI
DRAFT / WESEL
SIMPANAN

PPJPK (BNI)
SKMHT

GADAI

1. KAPAL TERBANG
2. HELIKOPTER
3. KAPAL LAUT
< 20 M3

HIPOTIK
HIPOTIK
JAMINAN
JAMINAN
FIDUSIA
FIDUSIA

TERDAFTAR
BERGERAK
KENDARAAN
MOTOR RODA DUA,
EMPAT/ LEBIH

BERTUBUH

TIDAK TERDAFTAR

JAMINAN
FIDUSIA
JAMINAN
FIDUSIA

1. PERSEDIAAN
2. MESIN-MESIN
3. BATU PERMATA
4. LOGAM MULIA
(belahlah)

1. JAMINAN FIDUSIA
2. GADAI

57

Berdasarkan surat Departemen Hukum Dan HAM RI, Ditjen Administrasi


Hukum Umum kepada Kanwil Departemen Hukum Dan HAM DKI Jakarta
No.C.HT.06.10-01 tgl. 24 Pebruari 2006 disebutkan bahwa :
- Obyek Jaminan Fidusia bersifat Hak Kebendaan.
- Termin proyek, sewa, kontrak atau pinjam pakai, serta hak
perorangan lainnya bukan merupakan pengertian Benda yang
menjadi Obyek Jaminan Fidusia.
- Polis

Asuransi tidak dapat dijadikan Obyek Jaminan Fidusia

karena Asuransi/Polis Asuransi merupakan hak perorangan, yaitu


hak yang melekat pada orang yang memilikinya tetapi tidak dapat
dialihkan.

58

Perkembangan terakhir, berdasarkan surat Departemen Hukum Dan


HAM RI, Ditjen Administrasi Hukum Umum kepada seluruh Kanwil
Departemen Hukum Dan HAM No. C2 HT.04.06-13 tgl. 9 Juni 2006
disebutkan bahwa :
- Klaim asuransi dapat dijadikan Obyek Jaminan Fidusia karena telah
terjadi evenemen (peristiwa tak tentu yang menjadi kenyataan) yang
menimpa benda yang diaruransikan, sehingga penanggung terikat
untuk
mengganti kerugian kepada tertanggung.
- Bukti hak piutang atas klaim asuransi bukan polis asuransi, melainkan
bukti lain yang lazim berlaku dalam praktek perasuransian.

59

Dalam Hukum Perdata, terutama mengenai


lembaga jaminan, penting sekali arti
pembagian benda bergerak dan tak bergerak,
dimana atas dasar pembedaan tersebut
menentukan jenis lembaga jaminan/ikatan
kredit yang mana yang dapat dipasang untuk
kredit yang akan diberikan.

Jika benda jaminan itu berupa benda bergerak


maka dapat dipasang lembaga jaminan FIDUSIA
dan GADAI

Jika benda jaminan itu berupa benda tidak


bergerak maka dapat dipasang lembaga
jaminan HIPOTEK dan HAK TANGGUNGAN

Dasar Hukum : UU No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan


Fidusia

FIDUSIA : Pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas


dasar kepercayaan dgn ketentuan bahwa benda yang
hak kepemilikannya dialihkan tetap dlm penguasaan
pemilik benda.

JAMINAN FIDUSIA adalah hak jaminan atas benda


bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud
dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang
tidak dapat dibebani hak tanggungan

Jaminan Fidusia dibuat dg akta notaris dlm bahasa


Indonesia dan merupakan akta Jaminan Fidusia.

Pendaftaran Jaminan Fidusia dilakukan pada Kantor


Pendaftaran Fidusia Departemen Hukum & HAM

1.
2.

Hapusnya Jaminan Fidusia :


Hapusnya hutang yang dijamin dg fidusia
Pelepasan hak atas Jamnan Fidusia oleh Penerima
Fidusia
Musnahnya benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia

3.

Pasal 29 UU Jaminan Fidusia menyatakan bahwa apabila


debitur atau Pemberi Fidusia cidera janji, eksekusi terhadap
benda yang menjadi Jaminan Fidusia dapat dilakukan dengan
cara :

a.
b.

Pelaksanaan titel eksekutorial oleh Penerima Fidusia


Penjualan benda yg menjadi objek jaminan fidusia atas
kekuasaan Penerima Fidusia sendiri melalui pelelangan umum
Penjualan dibawah tangan yg dilakukan berdasarkan
kesepakatan Pemberi dan Penerima Fidusia

c.
d.

Khusus untuk point c, pelaksanaan penjualan tersebut


dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak
diberitahukan secara tertulis oleh Pemberi Fidusia dan
Penerima Fidusia kepada pihak-pihak yang berkepentingan
dan diumumkan sedikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yang
beredar di daerah yang bersangkutan

e.

Jadi prinsipnya adalah penjualan benda yg menjadi objek


Jaminan Fidusia HARUS melalui PELELANGAN UMUM, namun
demikian dimungkinkan penjualan dibawah tangan asalkan hal
tersebut disepakati oleh Pemberi Fidusia dan Penerima
Fidusia

Dasar hukum : UU No. 4 Tahun 1996 tentang


Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta BendaBenda Yang Berkaitan Dengan Tanah.

Hak Tanggungan adalah suatu lembaga jaminan


dimana objek yang menjadi jaminan suatu
hutang adalah benda yang berupa tanah

Pemberian Hak Tanggungan dilakukan dg


pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan
oleh PPAT dan wajib didaftarkan pada Kantor
Pertanahan dengan membuatkan buku tanah
Hak Tanggungan dan mencatatnya dlm buku
tanah HAT yg menjadi obyek HT serta
menyalin catatan tsb pada sertipikat HAT yang
bersangkutan.

Pasal 6 UUHT : Apabila debitur cidera janji, pemegang


Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk
menjual objek HT atas kekuasaan sendiri melalui
pelelangan umum serta mengambil pelunasan
piutangnya dari hasil penjualan tersebut.

Pasal 20 UUHT : Apabila debitur cidera janji, maka


berdasarkan hak pemegang HT pertama untuk menjual
objek HT atau berdasarkan titel eksekutorial yg
terdapat dlm sertipikat HT, objek HT dijual melalui
pelelangan umum. Atas kesepakatan pemberi dan
pemegang HT penjualan objek HT dapat dilaksanakan di
bawah tangan, penjualan demikian hanya dpt dilakukan
setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak diberitahukan
secara tertulis oleh pemberi dan/atau pemegang HT
kepada pihak-pihak yg berkepentingan dan diumumkan
sedikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yg beredar di
daerah ybs dan/atau media massa setempat serta tidak
ada pihak yg menyatakan keberatan.

Pasal 1131 KUHPerdata :


Semua debitur bertanggung jawab atas
perikatan-perikatan/hutangnya dengan
seluruh harta benda miliknya.

Yuliasara SH.MH

66

KUHPerdata
KUHD (Ps. 246 s/d 308)
UU Nomor 2 Th 1992 tentang Usaha
Perasuransian
Keppres RI No. 40 Th ttg Usaha di Bidang Asuransi
Kerugian
Keputusan Menteri Keuangan RI No.
1249/KMK.013/1988 ttg Ketentuan & Tata Cara
Pelaksanaaan Usaha di Bidang Asuransi Kerugian
KMK RI No. 1250/KMK.013/1988 ttg Usaha
Asuransi Jiwa.

67

Pasal 246 KUHD: Asuransi atau


pertanggungan adalah suatu perjanjian,
dengan mana seorang penanggung
mengikatkan diri kepada seorang
tertanggung, dengan menerima suatu
premi, untuk memberikan penggantian
kepadanya karena suatu kerugian,
kerusakan, atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan, yang mungkin akan
dideritanya karena suatu peristiwa yang
tak tertentu.
68

Asuransi (pertanggungan) adalah


perjanjian dua pihak, dengan nama pihak
penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung, dengan menerima premi
asuransi, utk memberikan penggantian
kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yg
diharapkan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin akan
diderita tertanggung, yang timbul dari
suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan (Ps 1 UU No. 2/1992).
69

1.

2.
3.

Penanggung: pihak yang berjanji


membayar jika peristiwa pada unsur ke
tiga terlaksana.
Tertanggung: pihak yang berjanji
membayar uang kepada pihak penanggung.
Suatu peristiwa belum tentu akan terjadi
(evenement)

70

1.
2.
3.

Adanya kepentingan (Psl 250 jo 268 KUHD)


Adanya peristiwa tak tentu
Adanya kerugian

71

1.

2.

Thd perjudian/pertaruhan UU tdk


memberikan akibat hukum. Dari perjudian
yg timbul adlh naturlijke verbintenis,
sdgkan dari asuransi timbul suatu
perikatan sempurna.
Kepentingan dalam asuransi adalah karena
adanya peristiwa tak tentu itu utk tdk
terjadi, di luar/sebelum ditutup
perjanjian. Sdgkan perjudian kepentingan
atas peristiwa tdk tentu itu baru ada pd
kedua belah pihak dengan diadakannya
perjudian/perj pertaruhan.
72

Diatur dalam Psl 1320 KUHPdt


Ditambah ketentuan Psl 251 KUHD ttg
pemberitahuan (notification), ykni
tertanggung wajib memberitahukan kpd
penanggung mengenai keadaan obyek
asuransi. Apabila lalai maka pertanggungan
menjdi batal.

73

Asuransi bersifat konsensual-perjanjian


harus dibuat tertulis dlam suatu akta yg
disebut Polis (Psl 255 ayat (1) jo 258 (1)
KUHD)
Pembuktian adanya kata sepakat polis
belum ada pembuktian dilakukan dg sgl
catatan, nota, surat perhitungan,
telegram
Pembuktian janji-janji dan syarat-syarat
khusus harus tertulis dalam polis, jika
janji-janji/syarat2 khusus tidak tercantum
dlm polis maka janji2 tsb diaggap tdk ada
(batal).
74


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Isi Polis (kecuali asuransi jiwa)/Psl 256 KUHD:


Hari pembuatan perjanjian asuransi
Nama tertanggung, utk diri sendiri atau utk org ketiga.
Uraian yg jelas mengenai benda obyek asuransi
Jumlah yg dipertanggungkan.
Bahaya2 yg ditanggung oleh penanggung.
Saat bahaya mulai berjalan & berakhir yg menjadi
tanggungan penanggung.
Premi asuransi
Umumnya semua keadaan yg perlu diketahui oleh
penanggung & segala syarat yg diperjanjikan antara
pihak-pihak.
Dlm polis juga hrs dicantumkan isi polis dr berbagai
asuransi yg diadakan lebih dahulu (sebelumnya), dg
ancaman batal jika tidak dicantumkan (Psl 271, 272,
280, 603, 606, 615 KUHD).
75

Polis
Polis
Polis
Polis
Polis

maskapai
bursa (Amsterdam & Rotterdam)
Lloyds
perjalanan (voyage policy)
waktu (time policy)

76

Klausula Premier Risque


Klausula All Risk (kecuali 276 & 249 KUHD).
Klausula sudah mengetahui
Klausula renuntiatie (renunciation)
Klausula from Particular Average (FPA)
Klausula with Particular Average (WPA)

77

1.
2.
3.

Harus dinyatakan dg tegas dlm polis, jika


tidak tertanggung dianggap telah diadakan
utk dirinya sendiri.
Cara mengadakan asuransi pihak ke 3:
Pemberian kuasa umum (general
autorization)
Pemberian kuasa khusus (Special
autorization)
Tanpa Kuasa (without autorization)

78

Syarat syahnya pertanggungan/asuransi


Setiap pemberitahuan yg keliru atau tdk
benar, atau setiap tdk memberitahukan
hal-hal yg diketahui oleh tertanggung
walaupun dg itikad baik, shg seandainya
penanggung setelah dia mengetahui
keadaan sebenarnya benda itu dia tdk
akan mengadakan asuransi, atau dg
syarat2 yg demikian itu, mengakibtkan
batalnya asuransi.
79

Cacat sendiri pada benda pertanggungan


Kesalahan tetanggung sendiri
Eksonerasi karena pemberatan risiko

80

Benda dan jasa, jiwa dan raga kesehatan


manusia, tanggung jawab hukum, serta
semua kepentingan yang dapat hilang, rusak,
rugi dan atau berkurang nilainya.

81

1.
2.
3.

Asuransi Kerugian
Asuransi Jumlah (sejumlah uang)
Asuransi Campuran

82

1.
2.
3.
4.
5.

Asuransi thd bahaya kebakaran.


Asuransi thd bahaya yg mengancam hasil
pertanian yg belum dipaneni.
Asuransi jiwa.
Asuransi thd bahaya di laut.
Asuransi pengangkutan darat & perairan
darat.

83

1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Prinsip Kepentingan yg dapat


diasuransikan (insurable interest) : hak
subyektif yg mungkin akan lenyap atau
berkurang krn peristiwa tdk tentu.
Prinsip Itikad Baik (Utmost Goodfaith)
Prinsip Keseimbangan (Idemniteit
Principle)
Prinsip Subrograsi (Subrogration
Principle)
Prinsip Sebab akibat (Causaliteit
Principle)
Prinsip Kontribusi
Prinsip Follow the Fortunes, berlaku bg
re-asuransi.
84

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Para pihak
Hal yg dipertanggungkan
Prestasi penanggung
Kepentingan
Asas indemnitas
Evenemen (peristiwa tdk menentu)

85

1.

2.

3.

Usaha Asuransi Kerugian, jasa dlm


penanggulangan risisko atas kerugian,
kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hk
kpd pihak ketiga, yg timbul dr peristiwa tdk
pasti.
Usaha Asuransi Jiwa, jasa dalam
penanggulangan risiko yg dikaitkan dg
hidup/matinya seseorang yg
dipertanggungkan.
Usaha Reasuransi yg memberikan jasa dalam
pertanggungan ulang thd risiko yg dihadapi
oleh Perusahaan Asuransi Kerugian dan
Perusahaan Asuransi Jiwa.
86

1.
2.
3.
4.
5.

Usaha Pialang Asuransi.


Usaha Pialang Reasuransi.
Usaha Penilaian Kerugian Asuransi.
Usaha Konsultan Aktuaria.
Usaha Agen Asuransi.

87

Perusahaan Perseroan (Persero).


2.
Koperasi.
3.
Perseroan Terbatas.
4.
Usaha Bersama (Mutual)
Catatan: Usaha konsultan atuaria & agen
asuransi dpt dilakukan oleh perusahaan
perorangan.
1.

hk

88

1.

2.

Perusahaan Asuransi hanya dapat didirikan


oleh:
WNI dan atau badan hukum Indonesia yg
sepenuhnya dimiliki WNI dan atau BH
Indonesia.
Perusahaan perasuransian yg pemiliknya
sbgmn angka 1 di atas, dg perusahaan
perasuransian yg tunduk pd hk asing.

89

1.

2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Setiap usaha perasuransian wajib mdpt izin


usaha Menteri Keuangan, kecuali bagi
perusahaan yg menyelenggarakan Program
Asuransi Sosial.
Pemberian ijin harus dipenuhi persyaratan:
Anggaran dasar.
Susunan organisasi
Permodalan.
Kepemilikan.
Keahlian di bidang perasuransian.
Kelayakan rencana kerja.
Hal-hal lain yg diperlukan utk mendukung
pertumbuhan usaha peransuransian secara
sehat.
90

1.

2.

Kesehatan Keuangan (batas tingkat


solvabilitas, retensi sendiri, reasuransi,
investasi, cadangan teknis dan
ketentuan lain yg berhubungan dg
kesehatan keuangan.
Penyelenggaraan usaha asuransi
(syarat2 Polis, tingkat premi,
penyelesaian klaim, persyaratan kehlian
di bidang persuransian, ktt-an lain yg
berhubungan dg penyeleggaraan usaha.
91

1.
2.
3.
4.

5.
6.

Menjalankan usaha perasuransian tanpa


ijin
Penggelapan premi asuransi
Penggelapan kekayaan perusahaan asuransi
Penerima, penadah, pembeli, penjual
kembali, pengagun kekayaan perusahaan
asuransi hasil penggelapan
Pemalsuan dokumen perusahaan asuransi
Tindak pidana yg dilakukan oleh atau atas
nama nama badan hukum/bukan BH.
92

1.

2.

Menteri Keuangan dapat memintakan


kepada pengadilan agar perusahaan ybs
dinyatakan pailit.
Hak pemegang Polis atas pembagian harta
perusahaan asuransi yg dilikuidasi
merupakan hak utama.

93

Terhadap perusahaan perasuransian yg tdk


memenuhi ketentuan UU No. 2 Th 1992 dan
peraturan pelaksanaannya sehingga
merugikan pihak lain dimungkinkan utk
dituntut secara perdata supaya mengganti
kerugian.

94

Anti monopoli dan


persaingan tidak
sehat

UTK MENCIPTAKAN PERSAINGAN SEHAT


UNTUK MENCAPAI EKONOMI PASAR
YANG EFISIEN.
AGAR SEMBER DAYA ALAM
TERALOKASIKAN SECARA EFISIEN.
KONSUMEN MEMILIKI BANYAK PILIHAN
ATAS BARANG DAN ATAU JASA YANG
TERSEDIA DI PASAR.
MEMUNGKINKAN MUNCULNYA INOVASI
HARGA BARANG DAN ATAU JASA IDEAL
BAIK DITINJAU DARI KUALITAS
MAUPUN BIAYA PRODUKSI.

1.

PENDEKATAN STRUKTUR PASAR


Penguasaan pasar oleh pelaku usaha menjadi
bahan analisis utama apakah pelaku usaha
melakukan pelanggaran hukum persaingan
dengan menilai struktur pasar setiap produk
oleh suatu pelaku usaha.

2.

PENDEKATAN PERILAKU
Pelaku usaha tidak dilarang menjadi besar
sepanjang posisinya tidak mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.

1. PER SE ILLEGAL
Secara mutlak dilarang.
2. RULE OF REASON
Perjanjian atau kegiatan dilarang
hanya apabila mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.

ASAS
UU NO. 5 TAHUN 1999

PELAKU USAHA DI INDONESIA DALAM


MENJALANKAN KEGIATAN USAHANYA
BERASASKAN DEMOKRASI EKONOMI
DENGAN MEMPERHATIKAN KESEIMBANGAN
ANTARA KEPENTINGAN PELAKU USAHA DAN
KEPENTINGAN UMUM.

DEMOKRASI EKONOMI
KESEMPATAN YANG SAMA BAGI SETIAP
WARGA NEGARA UNTUK BERPARTISIPASI
PROSES PRODUKSI DAN PEMASARAN BARANG
DAN ATAU JASA
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MEKANISME
EKONOMI PASAR YANG WAJAR

1. Kelompok Perjanjian (Ps. 4 - Ps.


16)
2. Kelompok Kegiatan (Ps. 17 Ps. 24)
3. Kelompok Posisi Dominan (Ps. 25
Ps. 29)
4. K P P U (Ps. 30 Ps. 37)
5. Tata Cara Penanganan
Perkara/Sanksi (Ps. 38 Ps. 49)

1. OLIGOPOLI

9. T R U S T

2. PENETAPAN HARGA

10.OLIGOPSONI

3. DISKRIMINASI
HARGA

11.INTEGRASI
VERTIKAL

4. PENETAPAN HARGA
DIBAWAH HARGA
PASAR

12.PERJANJIAN
TERTUTUP

5. PENJUALAN KEMBALI
DENGAN HARGA
TERENDAH
6. PEMBAGIAN WILAYAH
7. B O I K O T
8. K A R T E L

(EXCLUSIVE
DEALING)
13. PERJANJIAN
DENGAN PIHAK
LUAR NEGERI.

1. MONOPOLI
2. MONOPSONI
3. PENGUASAAN PASAR
4. JUAL RUGI
5. PENETAPAN BIAYA PRODUKSI SECARA CURANG
6. PERSEKONGKOLAN :
T e n d e r
Rahasia Perusahaan
Menghambat produksi/pemasaran

1. JABATAN RANGKAP
2. PEMILIKAN SAHAM
3. PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN SAHAM.

TUGAS :
MENGAWASI PELAKSANAAN UU NO. 5 THN 1999
STATUS :
LEMBAGA INDEPENDEN (TERLEPAS DARI PENGARUH
DAN KEKUASAAN PEMERINTAH DAN PIHAK LAIN)
KPPU BERTANGGUNG JAWAB KEPADA PRESIDEN
KPPU DIANGKAT DAN DIBERHENTIKAN OLEH
PRESIDEN ATAS PERSETUJUAN DPR
MASA JABATAN KPPU 5 (LIMA) TAHUN DAN DAPAT
DIANGKAT KEMBALI UNTUK 1 KALI MASA JABATAN

A.
B.
C.

MENERIMA LAPORAN
MELAKUKAN PENELITIAN
MELAKUKAN PENYELIDIKAN DAN ATAU PEMERIKSAAN

D. MENYIMPULKAN HASIL PENYELIDIKAN DAN ATAU


PEMERIKSAAN
E. MEMANGGIL PELAKU USAHA
F. MEMANGGIL DAN MENGHADIRKAN SAKSI, SAKSI AHLI,
DAN SETIAP ORANG YG DIANGGAP MENGETAHUI
G. MEMINTA BANTUAN PENYIDIK
H. MEMINTA KETERANGAN DARI INSTANSI PEMERINTAH
I. MENDAPATKAN, MENELITI, DAN ATAU MENILAI SURAT,
DOKUMEN, DAN ATAU ALAT BUKTI LAIN
J. MEMUTUSKAN DAN MENETAPKAN
K. MEMBERITAHUKAN PUTUSAN KOMISI KEPADA PELAKU
USAHA

K P P U
I. Jangka waktu penyelesaian
perkara (pasti)
? Komisi : 180 hari (150 hr
+ 30 hr)
Banding
Penyidik
? PN
30 hr)
Kasasi
? MA
30 hr)
Jumlah

: 14 hari
: 44 hari (14 hr +
: 14 hari

: 44 hari (14 hr +
: 522 hari

PERADILAN UMUM
I. PN (Pengadilan Negeri) *)
PT ( Pengadilan Tinggi) *)
MA (Mahkamah Agung) *)
*) Jangka waktu penyelesaian
perkara tidak pasti.
II. Sanksi
Sanksi Pidana Pokok
Rp.25Ms/dRp.100M : 6 bln
kurangan
Rp.5 M s/d Rp.25 M : 5 bln
kurungan
Rp. 1 s/d Rp. 5 M
kurungan

: 3 bln

PROSEDURPEMERIKSAAN(Ps.38Ps46)
INISIATIF

KPPU

LAPORAN
(Ps.38)

PEMERIKSAAN
PENDAHULUAN
30 HARI (Ps. 39 ayat 1 & 2)
PEMERIKSAAN LANJUTAN

60 + 30 hr&(Ps.
2) 43 ayat 1

KEPUTUSAN
30 Hari (Ps.
3 ) 43 ayat
PU MELAKSANAKAN
30 Hr (Ps.44 ayat 1)

KEBERATAN 14
Hr
14 Hr periksaP
N
PUTUSAN PN
30 hr (Ps.
2 45 ayat

PU MELAKSANAKAN

14 Hr PU
KEBERATAN

KASASI KE MA

PUTUSAN M A
30 hr (Ps. 45 ayat
4)

PENGECUALIAN (Psl.
Perbuatan dan atau50)
perjanjian yang
bertujuan melaksanakan peraturan
perundang-undangan;atau
Perjanjian yang berkaitan dengan HAKI;
atau
Perjanjian penetapan standar teknis
produk barang dan atau jasa yang tidak
mengekang dan atau menghalangi
persaingan; atau
Perjanjian dalam rangka keagenan yang
isinya tidak memuat ketentuan untuk
memasok kembali barang dan atau jasa

PENGECUALIAN (Psl. 50
cont..)
Perjanjian internasional yang telah
diratifikasi oleh Pemerintah RI; atau
Perjanjian dan atau perbuatan yang
bertujuan untuk ekspor yang tidak
mengganggu kebutuhan dan atau pasokan
pasar dalam negeri; atau
Pelaku usaha yang tergolong dalam
usaha kecil; atau
Kegiatan usaha koperasi yang secara

PENGECUALIAN (Psl.
51)
Monopoli dan atau pemusatan
kegiatan yang berkaitan dengan
produksi dan atau pemasaran barang
dan atau jasa yang menguasai hajat
hidup orang banyak serta cabangcabang produksi yang penting bagi
negara diatur dengan UU dan
diselenggarakan oleh BUMN dan atau
badan atau lembaga yang dibentuk
atau ditunjuk oleh Pemerintah.

YULIASARA SH.MH

Hornby:
Konsumen (consumer) adalah seseorang yang membeli barang
atau menggunakan jasa
Seseorang atau suatu perusahaan yang membeli barang tertentu
atau menggunakan jasa tertentu
Sesuatu atau Seseorang yang menggunakan suatu persediaan
atau sejumlah barang
Setiap orang yang menggunakan barang atau jasa

Blacks Law Dictionary:


One who consumers, individuals who purchase, use, maintain and
dispose of product and services artinya:
seseorang yang mengkonsumsi, individu yang membeli,
menggunakan, memelihara dan menggunakan/ menghabis dari
produk dan jasa

Konsumen yang menggunakan barang/ jasa


untuk keperluan komersial (intermediate
consumer, intermediate buyer, derived buyer,
consumer of industrial market)
Konsumen yang menggunakan barang/ jasa
untuk keperluan diri sendiri/ keluarga/ non
komersial ( Ultimate consumer, Ultimate buyer,
end user, final consumer, consumer of the
consumer market)

BPHN: Pemakai akhir dari barang,


digunakan untuk keperluan diri sendiri
atau orang lain dan tidak diperjual
belikan.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia:
Pemakai barang atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, bagi keperluan diri
sendiri atau keluarganya atau orang lain
dan tidak untuk diperdagangkan kembali
Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Setiap orang atau keluarga yang
mendapatkan barang untuk dipakai dan
tidak untuk diperdagangkan

Undang-Undang Perlindungan Konsumen India:


Konsumen adalah setiap orang pembeli barang yang
disepakati, menyangkut harga dan cara pembayarannya,
tetapi tidak termasuk mereka yang mendapatkan barang
untuk dijual kembali atau lain-lain keperluan komersial
Perundang-undangan Australia:
setiap orang yang mendapatkan barang tertentu dengan
harga yang telah ditetapkan (setinggi-tingginya A $. 15,000,
atau kalau harganya lebih , maka kegunaan barang
tersebut umumnya untuk keperluan pribadi, domestik, atau
rumah tangga (normally used for personal, family or
household purposes)
Undang-Undang Jaminan Produk (Amerika Serikat):
Setiap pembeli produk konsumen yang tidak untuk dijual
kembali, dan pada umumnyadigunakan untuk keperluan
pribadi, keluarga atau rumah tangga (personal, family or
household )

BW Baru Belanda (NBW):


orang alamiah (yang dalam mengadakan
perjanjian tidak bertindak selaku orang
yang menjalankan profesi atau
perusahaan
Hukum Inggris:
Setiap pembeli (private purchaser) yang
pada saat membeli barang tertentu , tidak
menjalankan bisnis dagang atau
keuangan, baik sebagian maupun
seutuhnya dari barang tertentu yang
dibelinya itu.

Di dalam realitas bisnis tidak jarang dibedakan antara:


Consumer (Konsumen) dan Customer (pelanggan).

Konsumen adalah semua orang atau masyarakat termasuk


pelanggan.
Pelanggan adalah konsumen yang telah mengkonsumsi suatu
produk yang diproduksi oleh produsen tertentu.

Konsumen akhir dengan konsumen antara:

Konsumen akhir adalah konsumen yang mengkonsumsi secara


langsung produk yang diperolehnya, sedangkan:
Konsumen antara adalah konsumen yang memperoleh produk
untuk memproduksi produk lainnya.

Misal:
membeli kain untuk langsung digunakan adalah konsumen akhir.
membeli kain untuk dibuat busana dan dijual kembali adalah konsumen
antara.

Terdapat 2 Model:

Konsumen

Produsen

Produsen

Grosir/
Whole Saler

Pengecer/
Retailer

Konsumen

Produsen

Grosir/
Whole Saler

Pengecer/
Retailer

Wanprestasi

Perbuatan Melawan Hukum

Konsumen

Perjanjian
(Privity of Contract)

Menggugat atas dasar hubungan


kontraktual (wanprestasi/ ingkar
janji) dinamakan pula:
Contractual Liability

Undang-Undang
saja

Perikatan

Sesuai hukum:
Zaakwarneming

Undang-Undang

Perbuatan
manusia

Melawan
hukum
(Pasal
1365 KUHPe)

Kemanfaatan penerapan tahapan konsumen:


o
agar dengan mudah mencari akar
permasalahan dan mencari jalan
penyelesaiannya.
o
penyusunan perundang-undangan yang
melindungi konsumen.

Tahap Pra transaksi konsumen.


Tahap transaksi konsumen.
Tahap purna transaksi konsumen.

1.

Tahap Pra transaksi konsumen

Konsumen mencari informasi atas barang dan jasa.


Informasi yang benar dan bertanggungjawab.
Putusan pilihan konsumen yang benar atas barang
dan jasa yang dibutuhkan sangat bergantung atas
kebenaran dan bertanggungjawabnya informasi yang
disediakan oleh pihak-pihak yang berkaitan dengan
barang dan jasa konsumen.
Informasi dapat berupa:

Label/etiket pada produk.


Kegiatan marketing berupa pamflet, brosur, selebaran,
Kegiatan peluncuran ptoduk;
Iklan dan hal lainnya yang serupa.

Label/etiket pada produk


harus memuat semua informasi pokok tentang produk
tersebut sebagaimana ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku, ditempelkan atau
dimasukan dalam kemasan
Iklan
peran iklan sangat berpengaruh terhadap konsumen, baik
menyesatkan atau memberi perlindungan. Iklan yang baik
dapat memberikan pertimbangan putusan bagi konsumen,
sedangkan yang menyesatkan dapat menimbulkan
kerugian bagi konsumen.
Perlu dibinanya kode etik priklanan. Regulasi periklanan
adalah Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia
(TKTCPI) yang dijalankan oleh Komisi Tata Krama dan Tata
Cara Periklanan

2.

Tahap transaksi konsumen

Transaksi konsumen sudah terjadi.


Permasalahan banyak terjadi untuk transaksi di luar
tunai (cash), misalnya: kredit, beli sewa dsb.
Masalah banyak diakibatkan dengan menggunakan
perjanjian baku, di mana orang tidak meneliti terlebih
dahulu atas syarat-syarat baku yang disodorkan oleh
penjual.
Perjanjian ini dikenal dengan kontrak standar
(standard contract) atau syarat-syarat umum
(algemene voorwaarden)
Konsumen harus menerima perjanjian baku yang
disodorkan untuk transaksi tersebut (take it or leave
it).

Penerapan syarat-syarat baku yang bersifat negatif ( hak


menuntut gantirugi, pengalihan tanggungjawab) dinilai
mergikan posisi konsumen.
Penggunaan metode pemasaran produk (desain, jaringan
distribusi, iklan untuk mengingat produk tertentu, sistem
direct selling dsb)
Diperlukan adanya persaingan usaha yang jujur (fair
competition), khususnya terhadap penjualan yang
menggunakan cara dengan embel-embel hadiah dsb.
Kasus-kasus banyak terjadi yang berkaitan dengan
barang yang dijual dengan cara kredit, perumahan di
kawasan real estate dsb.

Tahap purna transaksi konsumen


telah terjadi transaksi dan pelaksanaannya telah
diselenggarakan.
Terdapat kepuasan atau kekecewaan dari konsumen.

Masalah hukum dan ekonomi terjadi:


bila barang/jasa yang telah digunakan konsumen tidak

memenuhi harapannya sebagaimana yang diiklankan.


bila barang/jasa tidak sesuai dengan mutu produk, baik sesuai
standard yang berlaku maupun klaim pengusaha ybs.
Layanan purna jual tidak cocok tentang jaminan mutu produk
(guarantee) maupun penyediaan suku cadangnya.

Sengketa terhadap

masalah ini diatasi dengan cara:

melalui penyelesaian damai.


Melalui lembaga atau instansi yang berwenang.

Tanggung jawab produsen di bidang goods (barang) dan bukan


jasa, karena pertanggungjawaban jasa telah khusus yaitu
Proffesional liability yang bersandar pada contractual liability.
Dalam product liability dikenal dua caveat yaitu Caveat Emptor
(konsumen berhati-hati) dan Caveat Venditor (produsen
berhati-hati)
pertanggung jawaban produk ini merupakan tanggungjawab
produsen kalau produknya menimbulkan kerugian dan
merupakan tanggungjawab perdata.
Untuk melindungi konsumen terdapat dua ketentuan yaitu
hukum publik dan hukum perdata, di mana dalam hukum
perdata terdiri dari hukum perjanjian dan hukum tentang
perbuatan melawan hukum.
Hukum perjanjian didalamnya terdapat tanggungjawab atas
dasar kontrak (contractual liability) sedangkan hukum tentang
perbuatan melawan hukum atas dasar Tortius liability
(Tanggungjawab atas dasar perbuatan melawan hukum

CONSUMER PROTECTION
Civil Law

Public Law

Law of Obligations (Perikatan)

Law of Tort (Hk Tentang


Perbuatan Melawan Hukum

Law of Contract (Perjanjian)


Contractual Liability (tanggung jawab
atas dasar kontrak)

Tortius Liability ( Tanggungjawab


atas dasar perbuatan melawan hukum

Fault Liability (Klasik:


tanggung jawab atas dasar kesalahan
Pasal 1365 KUHPerdata
PRODUCT LIABILITY

No Fault Liability/ Strict Liability


Building Owner
liability

Vicarious Liability

Fault Liability (Klasik:


tanggung jawab atas dasar kesalahan
Pasal 1365 KUHPerdata

PRODUCT LIABILITY

Bukan atas dasar kontraktual atau


perjanjian, tetapi perbuatan
melawan hukum

No Fault Liability/ Strict Liability

Building Owner
liability

Vicarious Liability

Pasal 1365 KUHPerdata berbunyi:


Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa
kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang
karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut.
bukan mendasarkan kontraktual atau perjanjian tetapi
perbuatan melawan hukum, karena dalam bisnis jarang
sekali hubungan produsen langsung ke konsumen (lihat
model pemasaran 2).
Bila melihat bahwa produsen yang bertanggungjawab ,
maka kita menggugatnya tidak dengan wanprestasi, karena
tidak ada hubungan kontraktual (Privity of contract, yaitu
hubungan yang langsung dengan konsumen). Jadi bila
tidak ada hubungan tersebut maka menggugatnya harus
berdasarkan perbuatan melawan hukum.

Kronologisnya hukum perikatan------ hukum perjanjian-----hukum perbuatan melawan hukum.


Bila berdasarkan hukum perjanjian adalah wanprestasi
(contractual liability) sedangkan berikutnya adalah
perbuatan melawan hukum (law of Tort) adalah tortius
liability.
Tortius liability terbagi atas:

Fault Liability menggugat berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata,


berarti siapa yang mendalilkan, dia harus yang membuktikan.
Bila diterapkan dalam kasus biskuit beracun, maka konsumen
harus membuktikan bahwa produsen yang bersalah. Ini tidak
menguntungkan bagi konsumen. Perlindungan terhadap
konsumen menjadi mustahil kalau berdasarkan fault liability,
karena yang mendalilkan harus membuktikan.

Isi Pasal 1365 KUHPerdata bila dikaji:

Perbuatan melawan hukum.


Kesalahan.
Kerugian
Hubungan Kausal (sebab akibat)

membuktikan kesalahan adalah upaya yang paling sulit.


Bagaimana agar beban konsumen diperingan?.
Oleh karena itu unsur kesalahan yang tadinya dibebankan
kepada konsumen dialihkan atau dibebankan kepada produsen
yang harus membuktikan bahwa dia tidak bersalah. Ketiga
unsur lainnya tetap berada pada konsumen.

Ini yang disebut rezim baru yaitu No fault liability di mana


dalam product liability penggugat/konsumen tidak perlu
membuktikan kesalahan produsen, melainkan produsen
yang harus membuktikan bahwa dia tidak bersalah.

Kesimpulan:
Fault: Penggugat membuktikan.
No fault liability: Penggugat tidak perlu membuktikan.

Strict liability disebut pula No Fault Liability.


Di Indonesia terdapat Vicaroius liability, yaitu perbuatan
melawan hukum yang berada dalam tanggungjawab
majikan terhadap pekerjaan buruhnya (Pasal 1367
KUHPerdata).
Building Owner Liability: pemilik gedung.
Petes master Liability: pemilik binatang peliharaan yang
bertanggungjawab.

Perkembangan/munculnya Prinsip No Fault Liability.


Proses terjadinya menimbulkan polemik dalam hukum,
khususnya terhadap prinsip Presumption innocence, di
mana harus dibuktikan terlebih dahulu di pengadilan baru
dapat dikatakan bersalah.
Awal mulanya terdapat prinsip RES IPSA LOQUITUR (the
things speak for itself), artinya fakta telah bicara sendiri, tidak
perlu dibuktikan lagi. Hal ini sangat berpengaruh dalam
perkembangan no fault liability. Misal: sungai telah tercemar
(berbusa) dari industri tersebut.
Muncul kasus-kasus yang PRIMA FACIE CASE (nyata-nyata
tidak perlu diperdebatkan lagi, kejadian telah berbicara sendiri).
Misal makan biskuit langsung mati, fakta telah membuktikannya.

Prinsip No Fault Liability dipelopori para advokasi/ praktisi


konsumen.

Hukum Konsumen menurut Mochtar Kusumaatmaja adalah:

Keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur

hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan
dengan barang dan/ atau jasa konsumen di dalam pergaulan hidup.

Hukum Perlindungan Konsumen adalah:


Keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur dan

melindungi konsumen dalam hubungan dan masalahnya dengan para


penyedia barang dan/ atau jasa konsumen.

Kesimpulan:
Hukum konsumen pada pokoknya lebih berperan dalam
hubungan dan masalah konsumen yang kondisi para pihaknya
berimbang dalam kedudukan sosial ekonomi, daya saing
maupun tingkat pendidikannya.
Hukum Perlindungan Konsumen dibutuhkan apabila kondisi
pihak-pihak yang mengadakan hubungan hukum atau
bermasalah itu dalam masyarkat tidak seimbang.

Kepentingan Fisik konsumen:

Kepentingan sosial ekonomi konsumen:

kepentingan badani konsumen yang berhubungan dengan


keamanan dan keselamatan tubuh dan/ atau jiwa mereka dalam
penggunaan barang atau jasa konsumen. Dalam setiap
perolehan barang atau jasa konsumen, barang atau jasa
tersebut harus memenuhi kebutuhan hidup dari konsumen
tersebut dan memberikan manfaat baginya (tubuh dan jiwanya).
Setiap konsumen dapat memperoleh hasil optimal dengan
penggunaan sumber-sumber ekonomi mereka dalam
mendapatkan barang atau jasa kebutuhan hidup mereka. Untuk
keperluan itu, tentu saja konsumen harus mendapatkan
informasi yang benar dan bertanggungjawab tentang produk
konsumen tersebut, yaitu informasi yang informatif tentang
segala sesuatu kebutuhan hidup yang diperlukan.

kepentingan perlindungan hukum:

kepentingan perlindungan hukum:


Sampai saat ini masih merupakan
hambatan bagi konsumen atas perarutan yang diterbitkan bukan
tujuan utamanya mengatur dan atau melindungi konsumen.
Kriteria konsumen dan apa kategori kepentingan konsumen.
Perilaku dari pelaku bisnis yang canggih, sehingga terhadap
perbuatan tersebut undang-undang tidak dapat menjangkaunya.
Hukum acara yang ada tidak dapat secara mudah dimanfaatkan
oleh konsumen yang dirugikan dalam hubungannya dengan
penyedia barang dan/atau jasa.

Beberapa Praktek Niaga Yang Merugikan Konsumen:


Iklan pancingan (bait and switch ad)
iklan pancingan adalah iklan yang sebenarnya tidak berniat
untuk menjual produk yang ditawarkan tetapi lebih ditujukan
pada menarik konsumen ke tempat usaha tersebut. Setelah
mereka datang ditawarkan produk lainnya, karena produk
tersebut sudah habis.
Contoh: analogi iklan: Air Asia dsb.

iklan-klan yang menyesatkan ( mock up ad).


Iklan jenis ini mengesankan keampuhan suatu barang dengan
cara mendomontrasikannya secara berlebihan dan mengarah
menyesatkan. Umumnya menggunakan media televisi.
Contoh: iklan pencukur (shave cream).

Kunjungan penjual dan kiriman langsung

Beberapa Praktek Niaga Yang Merugikan Konsumen:


Kunjungan penjual dan kiriman langsung
dilakukan dengan kunjungan penjual (salesman calls) yang
selain menawarkan juga menjual produk tersebut.
Praktek niaga kiriman langsung menimbulkan 2 (dua) masalah
yaitu:

Apakah ia merupakan bagian dari perjanjian antara pengusaha dan


konsumen atau tidak;
siapa yang dibebani kewajiban mengembalikan produk konsumen
yang dikirim langsung, apabila tidak terjadi kesepakatan untuk
mengadakan hubungan hukum mengenai produk itu.

Konstruksi hukum:
Perjanjian
Perbuatan melawan hukum (Pasal 1365 KUHPerdata)
Perbandingan:
Australia: Trade Practises Act 1974/1977
Unsolicited Goods and Services Act 1971
Kesimpulan dari 2 (dua) undang-undang di atas, bahwa
pengiriman barang atau jasa yang tidak dipesan atau diminta
oleh konsumen baik secara tertulis atau lisan merupakan
perbuatan melawan hukum.
Akibatnya tidak dapat meminta pembayaran atas barang
tersebut.

Aspek Hukum Privat:


Asas Hukum

Asas Kebebasan Berkontrak (Pasal 1338 ayat 1)


Asas Konsensualitas (Pasal 1320 ayat 1).
Asas Itikad Baik (Pasal 1338 ayat 3)

Hukum Perjanjian

Perjanjian dengan syarat2 baku


(standard contract).
Lihat Praktik di Inggris
The Unfair Contrcat Terms Act 1977

Syarat baku dilarang berkaitan dengan:

Kaidah Hukum

pengecualian tanggungjawab karena


wan prestasi.
Menghindari Tanggungjawab atas kelaikan
barang.
Pembatasan tanggungjawab ( jumlah gantirugi,
jangka waktu klaim, pemanfaatan hak)

Kaidah Hukum

LIHAT PERIKATAN

Perjanjian

Perbuatan Melawan Hukum

Nyonya Donoghue diajak temannya kr restoran milik Minchella, dan


di sana ia ditraktir temannya itu dengan sebotol minuman ginger
beer dan es krim. Botol ginger beer itu guram sehingga orang
tidak dapat melihat apa yang ada didalamnya. Minchella
menuangkan sebagian ginger beer ke dalam gelas berisi es krim
untuk Nyonya Donoghue dan langsung diminumnya, sedangkan
sisanya dituangkan teman Nyonya Donoghue ke gelas kosong lain
yang tersedia, dan kini di dalam gelas kosong tersebut terlihat
keong (snail) dalam bentuk terpotong-potong. Milihat barang
menjijikan tersebut Nyonya Donoghue shock dan menderita gastro
enteritis. Atas gangguan kesehatan tubuh dan kejiwaannya, ia
menggugat gantirugi terhadap Stevenson, produsen ginger beer
itu.

APA HUBUNGAN HUKUMNYA?.

Perbuatan Melawan Hukum

House of Lord memutuskan:


Nyonya Donoghue mempunyai alas hak untuk menggugat
Stevenson dan mengabulkan gugatan Nyonya Donoghue.
Pertimbangan House of Lord
. That a manufacturer owner a general duty to take care
to ultimate consumer

Aspek Hukum Publik terdiri atas:

Hukum Administrasi:

Peraturan yang berhubungan dengan pembinaan dan


pengawasan mutu dan keamanan barang.
Peraturan yang berhubungan dengan praktik penjualan.
Peraturan yang berhubungan dengan lingkungan hidup.

Hukum Pidana:

KUHPidanadan peraturan perundang-undangan diluar


KUHPidana.terdiri atas KUHAPidana
Dapat dijadikan dasar untuk menggugat secara perdata
(kasus biskuit beracun).
Pasal-pasal penting: Pasal 204, 205 KUHPidana: menyangkut
barang-barang pada umumnya.
Pasal 382 bis : persaingan curang.

Aspek Hukum Publik terdiri atas:

Pasal 383: penjual menipu pembeli tentang berbagai barang,


keadaan, sifat dst.
Pasal 386: menyangkut khusus barang makanan, minuman
dan obat-obatan.
Pasal 386 ayat 2: barang makanan, minuman dan obatobatan palsu yaitu yang harga dan guna obat tersebut
menjadi berkurang karena telah dicampur dengan bahanbahan lain.
Dst.

Hukum Internasional:

Yurisdiksi : Hakim mana yang berwenang mengadili gugatan.


Pilihan hukum: hukum mana yang digunakan dalam
memeriksa dan memutus sengketa yang terjadi.

Hukum Konsumen/
Hukum Perlindungan KOnsumen

Hukum Perdata
(dalam arti luas)

Hukum Publik
Hukum Administrasi

Hukum Perdata

Hukum Pidana

Hukum Perdata Internasional


Hukum Dagang

Hukum Acara
Perdata/Pidana

KEPAILITAN & PKPU

TUJUAN UMUM :
Agar mahasiswa
mengetahui perbedaan
antara Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang
(PKPU)

TUJUAN KHUSUS :

Agar mahasiswa
mengetahui proses
dijatuhkannya pailit
kepada debitur, siapa saja
yang dapat meminta
pailit,
sebab dan akibat debitur
Pailit, serta dapat
membandingkan antara
pailit dengan PKPU

Kepailitan adalah segala


sesuatu yang berhubungan
dengan pailit.
Pailit adalah keadaan
berhenti membayar utangutangnya.

DASAR HUKUM KEPAILITAN :


Umum 1132 KUHPdt
Khusus UU Kepailitan No. 4/1998

TUJUAN PERNYATAAN PAILIT :


Mendapatkan suatu penyitaan umum atas
kekayaan debitur, yaitu segala harta benda debitur
disita atau dibekukan untuk kepentingan semua
yang mengutangkannya sehingga semua kreditur
mendapat pembayaran secara adil.

SYARAT UNTUK
DINYATAKAN PAILIT :

Debitur memiliki dua


atau lebih kreditur

Debitur tidak
membayar sedikitnya
satu orang yang telah
jatuh tempo

1.

2.
3.
4.
5.

Debitur sendiri karena merasa sudah


tidak mampu membayar utangutangnya.
Seorang atau beberapa kreditur
Jaksa dalam hal kepentingan umum
BI dalam hal debitur merupakan bank
Bapepam dalam hal debitur merupakan
perusahaan efek

Tiap orang, apakah ia menjalankan perusahaan


atau tidak
Perusahaan yang berbadan hukum seperti PT,
PN, PD, koperasi, dll
Perkumpulan yang tidak berbadan hukum
Harta warisan

Kepailitan harus ditetapkan melalui keputusan hakim.


Pada saat putusan ditetapkan maka :
1.
Seluruh harta kekayaan sipailit jatuh dalam keadaan
pensitaan umum yang bersifat konservatoir.
2.
Sipailit kehilangan hak untuk mengurus dan
menguasai harta kekayaannya sendiri.
3.
Harta kekayaan sipailit diurus dan dikuasai oleh BHP
sebagai jaminan pelunasan utang
4.
Dalam putusan hakim ditunjuk seorang hakim
komisaris yang bertugas memimpin dan mengawasi
jalannya pelaksanaan kepailitan

Pengadilan yang berwenang


memutus pernyataan pailit
dan PKPU adalah Pengadilan
Niaga (PNg) yang berada
dilingkungan peradilan umum.
Upaya hukumnya hanya
kasasi ke MA.

Debitur yang menduga


(mengetahui) bahwa ia
tidak akan dapat
melanjutkan membayar
utang-utangnya yang
sudah bisa ditagih,
dapat mengajukan
PKPU (Ps. 212)

Sebab PKPU :
Keadaan yang sulit
seperti jatuh rugi,
pembekuan simpanan
dibank, dll sehingga
debitur kekurangan
uang untuk membayar
utang-utangnya
namun belumlah
sedemikian rupa
sehingga hanya
dibutuhkan waktu
untuk memperbaiki
keadaan ekonominya.

NO

KEPAILITAN

PKPU

Hilang kecakapan/hak Cakap/berhak atas


atas harta bendanya harta bendanya

BHP/Kurator

Lembaga Pemelihara

Hakim Komisaris

Tetap oleh hakim


pemutus

PENYELESAIAN SENGKETA
DALAM HUKUM BISNIS

YULIASARA SH.MH

Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa yang melibatkan


pihak ketiga yang independen (mediator) dan membantu
menyelesaikan masalah
Arbitrase adalah salah satu jenis alternatif penyelesaian
sengketa dimana para pihak menyerahkan kewenangan kepada
kepada pihak yang netral, yang disebut arbiter, untuk
memberikan putusan
Pengadilan

Di dalam mediasi, para pihak masih yakin dapat


menyelesaikan sengketa secara damai, yang
mereka butuhkan adalah kehadiran pihak ketiga
yang netral yang akan membimbing mereka ke
arah perdamaian.
Di dalam arbitrase, para pihak sudah tidak dapat
lagi berdamai, yang mereka butuhkan adalah
kehadiran pihak ketiga yang netral yang akan
memeriksa sengketa dan menjatuhkan keputusan
yang final dan mengikat kepada para pihak.

1.

Para pihak menyerahkan kewenangan kepada pihak


ketiga untuk memutuskan, sedangkan di dalam mediasi,
pihak ketiga hanya bertindak sebagai fasilitator;

2.

Hasil dari mediator sangat ditentukan oleh kehendak para


pihak, sedangkan hasil dari arbitrase sangat ditentukan
oleh benar-salah menurut hukum;

3.

Proses mediasi ditentukan sendiri oleh para pihak


sehingga proses beracaranya tidak formal, sedangkan
proses arbitrase sering merujuk kepada peraturan dari
lembaga arbitrase yang dipilih dan undang-undang
mengenai arbitrase sehingga proses beracaranya lebih
formal.

Ketidakpercayaan pada Pengadilan Negeri


Prosesnya cepat
Dilakukan secara rahasia
Bebas memilih arbiter
Diselesaikan oleh ahlinya
Putusan akhir dan mengikat
Bebas memilih hukum yang berlaku

Persidangan

Tertutup

Terbuka

Tuntutan atas
perkara

Jika sudah ada


perjanjian awal

Diajukan oleh
siapapun

Proses beracara

Tidak terlalu kaku /


formal

Sangat formal

Orang yang
menangani perkara

Arbiter Spesialis

Hakim Generalis

Sistem hukum yang


dipakai

Tidak mengenal
yurisprudensi

Menggunakan
yurisprudensi

Putusan

Final dan mengikat

Bisa banding /
peninjauan kembali

Adalah badan yang dipilih oleh para pihak yang


bersengketa atau ditunjuk oleh pengadilan negeri, untuk
memberikan puitusan mengenai sengketa tertentu

Beberapa contoh lembaga arbitrase:


1.
Badan Arbitrase Nasional Indonesia
2.
Badan Arbitrase Muamalat Indoesia
3.
The International Centre for Settlement of Invesment Disputes
(ICSID)
4.
The court of Arbitrasetion of The International Chamber of
Commerce (ICC)

Menangani semua jenis sengketa dalam


bidang keperdataan

UU nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase


dan dan alternatif penyelesaian sengketa
UU nomor 5 tahun 1968 tentang persetujuan
atas konvensi penyelesaian perselisihan
antar negara dan warga negara asing
mengenai penanaman modal
Peraturan Mahkamah agung nomor 1 tahun
1990 mengenai arbitrase asing

Arbitrase Nasional
Instansi yang berhak melaksanakan putusan adalah
pengadilan negeri
- pendaftaran putusan arbitrase
- permohonan eksekusi

Arbitrase Internasional
Putusan arbitrase hanya bisa dilaksanakan di negara yang
telah mempunyai kerjasama / perjanjian ekstradisi

Permohonan arbitrase
Penunjukan arbiter
Proses pemeriksaan

TERIMA
TERIMAKASIH
KASIH

Dani memutuskan untuk mengikuti program asuransi jiwa pada salah satu
perusahaan asuransi terkemuka, ia telah mengisi form aplikasi dengan
lengkap dan telah menandatangani surat perjanjian bahwa ia bersedia
mengikuti program asuransi pada perusahaan tersebut. Pada minggu ke 3
setelah perjanjian itu dibuat, terjadi kecelakaan yang menyebabkan dani
masuk rumah sakit dan dani ingin mengajukan klaim pada perusahaan
asuransi, namun ternyata ditolak Berikan analisa anda mengapa hal
tersebut bisa terjadi,?

Roy berjanji kepada teman-temanya, apabila ia lulus ujian akan


mentraktir makan di sebuah restoran yang terletak dijalan raya IndralayaPalembang, akan tetapi setelah ia lulus tidak memenuhi janjinya.

Petanyaan:
Apakah peristiwa tersebut dapat disebut sebagai suatu perikatan?
mengapa?
Apakah beda antara perikatan dengan perjanjian

Bagaimana menurut anda penyelesaian kasus sengketa konsumen di


Indonesia serta Jelaskan fungsi Badan Penyelesaian sengketa kosumen ?
Bagaimana Peran YLKI dalam saat ini terkait dengan kasus sengketa
konsumen
Apa perbedaan proses arbitrase, mediasi dan konsiliasi dalam BPSK?
Bagaimana tanggung jawab pelaku usaha

Anda mungkin juga menyukai