Anda di halaman 1dari 32

BEA MATERAI

Dasar Hukum
Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985;
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000;
KepMenKeu 476/KMK.03/2002 tentang Pemeteraian Kemudian;
Kep-122B/PJ./2000 tentang Pelunasan Bea Meterai dengan
Mesin Teraan Meterai;
Kep-122C/PJ./2000 tentang Pelunasan Bea Meterai dengan
Teknologi Percetakan;
Kep-122D/PJ./2000 tentang Pelunasan Bea Meterai dengan
Sistem Komputerisasi;
PMK-65/PMK.03/2014 tentang Bentuk, Ukuran, dan Warna
Benda Materai

BEA METERAI
Psl 1 (1)

Pajak atas dokumen yang disebut dalam


undang-undang Bea Meterai.

Pengertian Dokumen
Pasal 1 (2) UU Bea Meterai :
Kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan
maksud tentang perbuatan, keadaan, atau kenyataan bagi
seseorang dan atau pihak-pihak yang berkepentingan.

Kamus Besar Bhs Indonesia :


Surat yang tertulis atau tercetak yang dapat dipakai
sebagai bukti keterangan;
Barang cetakan atau naskah karangan yang dikirim melalui
pos; atau
Rekaman suara, gambar di film, dsb yang dapat dijadikan
sebagai bukti keterangan;

DOKUMEN OBJEK BEA METERAI (Pasal 2)

1. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya (a.l. Surat Kuasa, Surat Hibah, Surat
Pernyataan) yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat
pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan/ keadaan yang bersifat perdata;
2. Akta-akta Notaris termasuk salinannya;
3. Akta-akta yang dibuat oleh PPAT termasuk rangkap-rangkapnya;
4. Surat yang memuat jumlah uang;
5. Surat berharga seperti wesel, promes, aksep;
6. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun;
7. Sekumpulan Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang tercantum
dalam surat kolektif;
8. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan;

TARIF BEA METERAI


Rp. 3.000,00 (Tiga Ribu Rupiah);
Rp. 6.000,00 (Enam Ribu Rupiah).

surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan


tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai
perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata;

Rp. 6.000,00
Surat Perjanjian dalam hukum perdata Indonesia dapat diartikan suatu
persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk
melaksanakan suatu hal ( mengenai harta kekayaan ).
Surat Perjanjian jual beli, sewa menyewa, tukar menukar, pinjam
meminjam, utang piutang / kredit, pemborongan pekerjaan,
pertanggungan (Polis Asuransi), dsb.
Surat Kuasa, Surat Hibah, surat pernyataan, dsb.
Surat lainnya
Surat Perjanjian yang dibuat oleh Pemerintah RI
dengan Negara Lain, misal P3B, bantuan keuangan,
kerjasama di bidang pemberantasan penyelundupan.
Akta Kelahiran, Surat Izin usaha, Paspor, SIM, STNK, IMB

Bukan Objek
Bea Meterai

akta-akta Notaris termasuk salinannya;


akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat
Akta
Tanah (PPAT)
termasuk rangkaprangkapnya;

Rp. 6.000,00

3. OBJEK DAN TARIF


Surat yang memuat jumlah uang, yaitu :
1) yang menyebutkan penerimaan uang (Kuitansi);
2) yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang
dalam rekening di Bank (Nota Kredit);
3) yang berisi pemberitahuan saldo rekening di Bank (Saldo Bilyet
/ Surat Saldo); atau
4) yang berisi pengakuan bahwa hutang uang seluruhnya atau
sebagiannya telah dilunasi atau diperhitungkan;
5) Surat berharga, seperti Wesel, Promes, dan Aksep.
sebagai berikut :
a. yang
mempunyai
harga
nominal
sampai
dengan
Rp.250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) Tidak
Dikenakan
b. yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp.250.000,00 (dua
ratus lima puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp 1.000.000,00
(satu juta rupiah) Rp. 3.000,00.
c.
yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp.1.000.000,00
(satu juta rupiah) Rp. 6.000,00.

Pengertian
Wesel :
Surat perintah kepada seseorang untuk membayarkan
sejumlah uang kepada seseorang lain yang berhak atas
pembayaran tersebut.
Aksep (Surat Sanggup) :
Surat kesanggupan untuk membayar sejumlah uang
kepada seseorang / pihak lain yang ditunjuk, pada hari
yang telah ditetapkan.
Promes :
Surat janji untuk membayar sejumlah uang tertentu
kepada tertunjuk, pada waktu diperlihatkan pada suatu
waktu tertentu.

Cek dan Bilyet Giro

Rp. 3.000,00

Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun :


a.harga nominal sampai dengan Rp 1.000.000,00
(satu juta
rupiah) Rp. 3.000,00.
b.harga nominal lebih dari Rp 1.000.000,00 (satu
juta rupiah) Rp. 6.000,00.
Efek (UU No.8/1995 ttg Pasar Modal)
Surat Berharga yang dapat diperdagangkan di bursa efek
Surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham,
obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi
kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari
efek.

5. OBJEK DAN TARIF


Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian
di muka Pengadilan, yaitu :
1)surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan;
2)surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai
berdasarkan tujuannya.

BEA METERAI
Rp. 6.000,00

BUKAN OBJEK BEA METERAI


a. Dokumen yang berupa :
1. surat penyimpanan barang;
2. konosemen (Surat Muatan Kapal, Surat Keterangan/Pengantar barang
yang diangkut dengan kapal);
3. surat angkutan penumpang dan barang;
4. keterangan pemindahan yang dituliskan di atas dokumen sbgmn angka
1), 2), dan 3);
5. bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang;
6. surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim;
7. surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-surat sbgmn
angka 1) s.d. 6).
b. segala bentuk Ijazah;
c. tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan, dan
pembayaran lainnya yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta
surat-surat yang diserahkan untuk mendapatkan pembayaran itu;
d. tanda bukti penerimaan uang Negara dari kas Negara, Kas Pemerintah
Daerah, dan bank;

BUKAN OBJEK BEA METERAI


e. kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk
penerimaan lainnya yang dapat disamakan dengan itu
dari Kas Negara, Kas Pemerintahan Daerah dan bank;
f. tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan
intern organisasi;
g. dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran
uang tabungan kepada penabung oleh bank, koperasi,
dan badan-badan lainnya yang bergerak di bidang
tersebut;
h. surat gadai yang diberikan oleh Perusahaan Jawatan
Pegadaian;
i. tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek,
dengan nama dan dalam bentuk apapun

PIHAK DAN SAAT TERUTANG


(Pasal 6 UU BM)

Dokumen

Pihak Terutang

Saat Terutang

Dibuat oleh Satu Pihak


(Kwitansi)

Penerima dokumen

Saat dokumen
diserahkan

Dibuat oleh Dua


Pihak / lebih

Setiap Pihak pembuat


dokumen

Saat dokumen selesai


dibuat

Akta Notaris (Asli dan


salinan)

Pihak-pihak yang
mengadakan
perjanjian

Saat dokumen selesai


dibuat

Dibuat di Luar Negeri

Setiap Pihak pembuat


dokumen

Saat dokumen
digunakan di
Indonesia

Jika Pihak-pihak ybs menentukan lain Pihak yang ditentukan

CARA PELUNASAN
Benda Meterai :
Meterai Tempel (nilai nominal Rp.3.000 dan Rp.6.000);
Kertas Meterai (Ukuran A3 dan A4 dengan nilai nominal
Rp.6.000).

Cara lain :

mesin teraan meterai;


teknologi percetakan;
sistem komputerisasi;
alat lain dengan teknologi tertentu, setelah mendapat
izin dari Direktur Jenderal Pajak.

Materai Tempel

Mesin Teraan Materai

Kertas Materai

Pelunasan dengan Benda Meterai :


Meterai Tempel :
Meterai tempel direkatkan di tempat tandatangan pada dokumen;
Ditandatangani dan dicantumkan tanggal, bulan dan tahun, dengan
tinta atau yang sejenis;
Sebagian tandatangan ada di atas kertas dan sebagian lagi di atas
meterai tempel;
JIka digunakan lebih dari satu meterai tempel, tandatangan harus
dibubuhkan sebagian di atas semua meterai tempel dan sebagian lagi
di atas kertas;
Kertas Meterai :
Jika isi dokumen terlalu panjang untuk dimuat seluruhnya di atas
dokumen bermeterai, maka untuk bagian isi yang masih tertinggal
dapat digunakan kertas tidak bermeterai.
Kertas Meterai yang sudah digunakan tidak boleh digunakan lagi;

TANDA TANGAN
Tanda tangan sebagaimana lazimnya dipergunakan,
termasuk: parap; teraan atau cap tanda tangan/cap
parap; teraan cap nama atau tanda lainnya sebagai
pengganti tanda tangan

Pelunasan dengan Mesin Teraan Meterai :


Hanya diperkenankan kepada penerbit dokumen dengan jumlah ratarata setiap hari minimal 50 dokumen;
Harus mengajukan permohonan ijin tertulis kepada Kepala KPP,
dengan mencantumkan jenis, merk, dan tahun pembuatan, serta
melampirkan surat pernyataan jumlah rata-rata dokumen setiap hari;
Menyetor Bea Meterai di muka, minimal Rp.15.000.000,00;
Ijin berlaku selama 2 tahun sejak tanggal ditetapkannya, dan dapat
diperpanjang;
Menyampaikan laporan bulanan penggunaan mesin teraan kepada
Kepala KPP setempat, paling lambat tanggal 15 setiap bulan, bila
lewat diterbitkan surat teguran I dan II, serta pencabutan izin;

Pelunasan dengan Teknologi Percetakan :


1. Hanya diperkenankan untuk dokumen berupa cek, bilyet giro, dan
efek;
2. Mengajukan permohonan ijin tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak
dengan menyebutkan :
- jenis dokumen,
- jumlah Bea Meterai terutang dan melampirkan SSP,
Penerbit Dokumen harus membayar Bea Meterai di muka
sebesar jumlah dokumen yang harus dilunasi Bea Meterai;
- perusahaan yang akan melaksanakan pembubuhan tanda lunas;
Pembubuhan tanda Bea Meterai Lunas dilaksanakan oleh Perum
Peruri dan atau perusahaan Sekuriti yang mendapat ijin dari Badan
Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu (Botasupal);

Pelunasan dengan Sistem Komputerisasi :


Hanya diperkenankan untuk dokumen berupa surat yang memuat
jumlah uang dengan jumlah rata-rata per hari minimal 100 dokumen;
Mengajukan permohonan ijin tertulis kepada Dirjen Pajak dengan
mencantumkan jenis dokumen dan perkiraan jumlah rata-rata setiap
hari;
Membayar Bea Meterai di muka minimal sebesar perkiran jumlah
dokumen setiap bulan;
Ijin berlaku selama saldo bea meterai yang telah dibayar pada saat
mengajukan ijin masih mencukupi kebutuhan pemeteraian 1 bulan
berikutnya;
Penerbit dokumen yang mempunyai saldo Bea Meterai kurang dari
estimasi kebutuhan satu bulan, harus mengajukan permohonan ijin
baru dengan terlebih dahulu melakukan pembayaran Bea Meterai di
muka minimal sebesar kekurangan yang harus dipenuhi untuk
mencukupi kebutuhan 1 (satu) bulan;
Menyampaikan laporan bulanan paling lambat tanggal 15 setiap bulan.

PEMETERAIAN KEMUDIAN
Suatu cara pelunasan Bea Meterai yang dilakukan oleh
Pejabat Pos atas permintaan pemegang dokumen yang
Bea Meterainya belum dilunasi sebagaimana mestinya.

1. Dokumen yang semula tidak terutang Bea Meterai, namun


akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka
pengadilan;
2. Dokumen yang Bea Meterainya tidak atau kurang dilunasi
sebagaimana mestinya;
3. Dokumen yang dibuat di Luar Negeri yang akan digunakan
di Indonesia.

TARIF PEMETERAIAN KEMUDIAN


a. Atas dokumen yang semula tidak terutang Bea
Meterai namun akan digunakan sebagai alat
pembuktian di muka pengadilan sebesar Bea
Meterai yang terutang sesuai dengan peraturan yang
berlaku pada saat pemeteraian kemudian dilakukan.
b. Atas dokumen yang tidak atau kurang dilunasi
sebagaimana mestinya sebesar Bea Meterai yang
terutang;
c. Atas dokumen yang dibuat di luar negeri yang akan
digunakan di Indonesia sebesar Bea Meterai yang
terutang sesuai dengan peraturan yang berlaku pada
saat pemeteraian kemudian dilakukan

DENDA PEMETERAIAN KEMUDIAN


1. Dokumen yang tidak atau kurang dilunasi
wajib membayar denda sebesar 200%;
2. Dokumen yang dibuat di luar negeri dan
pemeteraian kemudian dilakukan setelah
digunakan,
wajib
membayar
denda
sebesar 200%;

TATACARA PEMETERAIAN KEMUDIAN


1. Pemegang dokumen mendatangi Pejabat Pos pada Kantor Pos
terdekat;
2. Melunasi Bea Meterai terutang dengan menggunakan meterai
tempel atau Surat Setoran Pajak;
3. Lembar ke 1 dan ke 3 SSP harus dilampiri dengan Daftar
Dokumen, yang menjadi satu kesatuan tak terpisahkan;
4. Disahkan oleh Pejabat Pos dengan cap TELAH DIMETERAIKAN
KEMUDIAN SESUAI DENGAN UU NO.13/1985.

Dokumen Tidak Bermeterai = Tidak Sah ?


Bea Meterai = Pajak;
Pasal 1320 KUH Perdata ( BURGERLIJK WETBOEK ) yang mengatur
tentang syarat-syarat sah Perjanjian :
1. Adanya persetujuan kehendak antara para pihak yang
membuat perjanjian ( consensus )
2.

Adanya kecakapan para pihak untuk membuat perjanjian


( capacity )

3.

Adanya suatu hal tertentu ( Obyek )

4.

Adanya suatu sebab yang halal ( causa )

DALUWARSA BEA METERAI


(Pasal 12 UU BM)

Kewajiban pemenuhan Bea Meterai dan


denda administrasi yang terhutang menurut
Undang-undang ini daluwarsa setelah lampau
waktu lima tahun, terhitung sejak tanggal
dokumen dibuat.

Larangan Bagi Pejabat


Pejabat Pemerintah, hakim, panitera, jurusita, notaris, dan pejabat
umum lainnya, masing-masing dalam tugas atau jabatannya, tidak
dibenarkan :
a. menerima, mempertimbangkan atau menyimpan dokumen yang
Bea Meterai-nya tidak atau kurang dibayar;
b. meletakan dokumen yang Bea Meterai-nya tidak atau kurang
dibayar sesuai dengan tarifnya pada dokumen lain yang berkaitan;
c. membuat salinan, tembusan, rangkapan atau petikan dari dokumen
yang Bea Meterai-nya tidak atau kurang dibayar;
d. memberikan keterangan atau catatan pada dokumen yang tidak
atau kurang dibayar sesuai dengan tarif Bea Meterai-nya

Sanksi Administratif sesuai dengan peraturan


perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 11 UU BM

SANKSI PIDANA
Pasal 13 UU Bea Meterai :
Dipidana sesuai dengan ketentuan dalam KUHP :
a. barangsiapa meniru atau memalsukan meterai tempel dan kertas
meterai atau meniru dan memalsukan tanda tangan yang perlu untuk
mensahkan meterai;
b. barangsiapa dengan sengaja menyimpan dengan maksud untuk
diedarkan atau memasukan ke Negara Indonesia meterai palsu, yang
dipalsukan atau yang dibuat dengan melawan hak;
c. barangsiapa
dengan
sengaja
menggunakan,
menjual,
menawarkan, menyerahkan, menyediakan untuk dijual atau
dimasukan ke Negara Indonesia meterai yang mereknya, capnya,
tanda-tangannya,
tanda
sahnya
atau
tanda
waktunya
mempergunakan telah dihilangkan seolah-olah meterai itu belum
dipakai dan atau menyuruh orang lain menggunakan dengan
melawan hak;
d. barang siapa menyimpan bahan-bahan atau perkakas-perkakas
yang diketahuinya digunakan untuk melakukan salah satu kejahatan
untuk meniru dan memalsukan benda meterai.

SANKSI PIDANA
Pasal 14 UU Bea Meterai :
Barang siapa dengan sengaja menggunakan cara
lain untuk melakukan pelunasan bea meterai atas
dokumen (sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (2) huruf b UU Bea Meterai) tanpa izin Menteri
Keuangan, dipidana dengan pidana penjara selamalamanya 7 (tujuh) tahun.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai