Hubungandasarnegaradankonstitusi 110202202019 Phpapp02
Hubungandasarnegaradankonstitusi 110202202019 Phpapp02
sebuah bangunan rumah, negara harus tegak berdiri dengan kokoh di atas fondasi
yang terbuat dari bahan-bahan yang kuat pula. Fondasi sebuah negara adalah Dasar
Negara dan sistem-sistemnya adalah Konstitusi.
Hubungan Dasar
Negara dan Konstitusi
Menganalisis Substansi
Konstitusi Negara
Menganalisis
Hubungan Dasar
Negara dengan
Konstitusi pada
Negara RI dengan
Negara Liberal dan
negara Komunis
Menganalisis
Kedudukan
Pembukaan UUD 1945
Pengertian Dasar
Negara dan Konstitusi
Keterkaitan Dasar
Negara dengan
Konstitusi
Menunjukkan Sikap
Positif Terhadap
Konstitusi Negara
Pengertian Konstitusi
Negara
Konstitusi (Latin constitutio) dalam negara adalah sebuah norma sistem politik
dan hukum bentukan pada pemerintahan negara - biasanya dikodifikasikan sebagai
dokumen tertulis - Dalam kasus bentukan negara, konstitusi memuat aturan dan prinsipprinsip entitas politik dan hukum, istilah ini merujuk secara khusus untuk menetapkan
konstitusi nasional sebagai prinsip-prinsip dasar politik, prinsip-prinsip dasar hukum
termasuk dalam bentukan struktur, prosedur, wewenang dan kewajiban pemerintahan
negara pada umumnya, Konstitusi umumnya merujuk pada penjaminan hak kepada warga
masyarakatnya. Istilah konstitusi dapat diterapkan kepada seluruh hukum yang
mendefinisikan fungsi pemerintahan negara.
Konstitusi berasal dari kata kerja constituer(Prancis) yang berarti membentuk.
Menurut Omadi S. Diponolo, kata konstitusi dalam bahasa Inggris dan Prancis yang berarti
dasar susunan badan. Sedangkan dalam Bahasa Belanda disebut dengan istilah Groundwet
yang berarti undang-undang dasar.
Undang-Undang Dasar
Arti Luas
Undang-Undang Organik
Peraturan Perundang-Undangan lainnya
Arti Konstitusi
Undang-Undang Dasar
Arti Sempit
Undang-Undang Dasar
Konstitusi memiliki arti yang lebih luas dari undang-undang dasar. Herman Heller dalam
bukunya yang berjudul Verfasunglehre (ajaran tentang konstitusi), membagi konstitusi
dalam tiga kelas, yaitu :
1.Konstitusi sebagai pengertian sosial politik
Cermin keadaan sosial politik bangsa itu sendiri. Political Decission merupakan keputusan
masyarakat itu sendiri.
2.Konstitusi sebagai pengertian hukum
Keputusan masyarakat yang dijadikan suatu perumusan normatif yang harus berlaku.
Pengertian politik adalah sebagai eine seine yang berarti suatu kenyataan yang harus
berlaku dan diberikan suatu sanksi kalau melanggar
3.Konstitusi sebagai pengertian suatu peraturan
tertentu. Suatu norma yang lebih rendah akan berdasar, bersumber dan berlaku pada norma
yang lebih tinggi, norma yang lebih tinggi lagi, dan seterusnya. Norma tertinggi itu disebut
norma dasar, yang ditetapkan oleh masyarakat sebagai tempat bergantung norma-norma di
bawahnya, disebut juga TEORI JENJANG NORMA HUKUM (stufsentheorie).
Hans Nawiasky, menghubungkan Teori Jenjan Norma Hukum dalam kaitannya dengan negara.
Menurutnya, norma hukum dalam suatu negara juga berjenjang dan bertingkat membentuk suatu
tertib hukum. Norma yang di bawah bersumber dan berlaku pada norma yang tertinggi dalam
negara, disebut dengan norma fundamental negara (Staafundamental norm).
Kelompok Norma Hukum Hans :
Staafundamentalnorm, fundamental negara
Staafgrundgesetz, aturan dasar/pokok negara
Formelgesetz, undang-undang
Verordnung dan auton ome satzung, aturan pelaksanaan dan aturan autonom
Sebagai ahli ilmu politik melihat konstitusi dan Undang-Undang Dasar sebagai dua hal
yang sama, sementara sebagia ahli yang lain melihatnya sebagai dua hal yang berbeda.
Berikut pandangan mereka:
1.Herman Heller
Konstitusi mempunyai arti yang lebih luas daripada Undang-Undang Dasar. Konstitusi
sebenarnya tidak hanya semata-mata bersifat yuridis, tetapi juga sosiologis dan politis.
2.Oliver Cromwell
Undang- Undang dasar itu merupakan instrument of govern, yaitu bahwa undangundang dibuat sebagai pegangan untuk memerintah. Dalam arti ini, konstitusi dan UndangUndang Dasar identik.
3.F. Lasalle
Konstitusi sesungguhnya menggambarkan hubungan antara kekuasaan yang terdapat di
dalam masyarakat, seperti golongan yang mempunyai kedudukan nyata didalam masyrakat,
misalnya kepala negara, angkatan perang, partai politik, buruh tani, pegawai, dan
sebagainya
Kedudukan konstitusi
Kedudukan konsitusi atau hukum dasar negara yang tertulis dinilai paling tinggi
kedudukannya dibandingkan dengan peraturan-peraturan yang lain, maka terdapat
perbedaan antara UUD dengan undang-undang di bawahnya yaitu:
1. Di Amerika Serikat, India, dan Jerman wewenang terletak ditangan Mahkamah Agung
Federal.
Di negara-negara ini berlaku asas Judical Supermacy dan Mahkamah Agung dianggap
sebagai pengawas UUD (guardian of the constitution)
2. Di Prancis wewenang ada di Mahkamah Konstitusi yang terdiri atas para hakim agung
ditambah dengan beberapa hakim lain.
3. Di Indonesia lembaga yang berwewenang adalah MPR (Majelis Permusyawaratan
Rakyat) yang terdiri atas anggota DPR dan Dewan Perwakilan Daerah.
SIFAT KONSTITUSI
1. Konstitusi luwes maksudnya apabila diperlukan konstitusi tidak membutuhkan
prosedur yang istimewa atau rumit. Perubahan itu cukup dilakukan oleh badan pembuat
undang-undang biasa.
2. Konstitusi kaku merupakan kebalikan dari konstitusi luwes. Perubahan konstitusi
memerlukan prosedur yang istimewa dan rumit. Konstitusi yang besifat kaku tidak dapat
megikuti perkembangan zaman karena tidak hanya memuat hal-hal pokok saja, namun
juga memuat hal-hal yang penting. UUD 1945 meskipun perubahannya membutuhkan
prosedur istimewa, namun bersifat luwes karena memuat ketentuan-ketentuan yang
bersifat pokok-pokok saja sehingga mudah mengikuti perkembangan zaman.
FUNGSI KONSTITUSI
Menurut paham konstitusionalisme konstitusi adalah suatu
lembaga yang mempunyai fungsi khusus, yaitu:
1.Menentukan dan membatasi kekuasaan pemerintah
2.Menjamin hak-hak asasi warga negara
Konstitusi dianggap sebagai perwujudan dari hukum tertinggi yang harus
diaptuhi oleh negara dan pejabat-pejabat pemerintah sekalipun.
Konstitusi yang pernah belaku di Indonesi adalah UUD 1945, UUD RIS, UUDS
1950, UUD 1945
Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena
Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945 memutuskan
bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR belum terbentuk.
Tanggal 14 November 1945 dibentuk Kabinet Semi-Presidensiel ("SemiParlementer") yang pertama, sehingga peristiwa ini merupakan perubahan sistem
pemerintahan agar dianggap lebih demokratis.
Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik ulur
kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada tanggal
5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya
memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar, menggantikan
Undang-Undang Dasar Sementara 1950 yang berlaku pada waktu itu. Pada masa ini,
terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945, diantaranya:
1.
Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil Ketua DPA
menjadi Menteri Negara
2.
3.
Periode UUD 1945 masa orde baru 11 Maret 1966- 21 Mei 1998
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD 1945 dan
Pancasila secara murni dan konsekuen. Namun pelaksanaannya ternyata menyimpang dari
Pancasila dan UUD 1945 yang murni,terutama pelanggaran pasal 23 (hutang Konglomerat/private
debt dijadikan beban rakyat Indonesia/public debt) dan 33 UUD 1945 yang memberi kekuasaan
pada fihak swasta untuk menghancur hutan dan sumberalam kita. Pada masa Orde Baru, UUD 1945
juga menjadi konstitusi yang sangat "sakral", diantara melalui sejumlah peraturan:
1.Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk
mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan terhadapnya
2.Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain menyatakan bahwa
bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat melalui
referendum.
3.Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan pelaksanaan TAP
MPR Nomor IV/MPR/1983.
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen) yang
ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:
Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 Perubahan Pertama UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 Perubahan Kedua UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 Perubahan Ketiga UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 Perubahan Keempat UUD 1945
Pertama
Isi : Bahwa sesunguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa san oleh sebab itu, maka penjajahan
diatas dunia harus dihapusakan karena tidak sesuai dengan perikemanuasiaan dan perikeadilan.
Makna yang terkandung:
Keteguhan bangsa Indonesia dalam membela kemerdekaan membeka kemerdekaan melawan penjajah
dalam segala bentuk.
Pernyataan subyektif bangsa Indonesia untuk menentang dan menghapus penjajahan diatas muka bumi.
Pernyataan objektif bangsa Indonesia bahwa penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.
Pemerintah Indonesia mendukung kemerdekaan bagi setiap bangsa Indonesia untuk beridiri sendiri.
Kedua
Isi : Dan pejuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang bebahagia dengan
selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulan, adil dan makmur.
Makna yang terkandung:
Kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia adalah melalui perjuangan pergerakan melawan
pejajah.
Adanya momentum yang harus dimanfaatkan untuk menyatakan kemerdekaan.
Bahwa kemerdekaan bukanlah akhir perjuangan, tetapi harus diisi dengan mewujudkan negara
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Ketiga
Isi : Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Makna yang terkandung:
Motivasi spiritual yang luhur bahwa kemerdekaan kita adalah berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa.
Keinginan yang didambakan oleh segenap bangsa Indonesia terhadap suatu kehidupan yang
bekesinambungan antara kehidupan material dan spiritual dan kehidupan di dunia dan akhirat.
Keempat
Isi : Kemudian daripada itu untuk memebntuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umu, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia dan keadilan sosial,
maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara
Republik Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusywaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah pembentukan suatu kesadaran tentang
keteraturan, sebagai asas kehidupan sebab setiap manusia mempunyai potensi untuk
menjadi manusia sempurna, yakni manusia yang berperadaban. Manusia yang
berperadaban tentunya lebih mudah menerima kebenaran dengan tulus, dan lebih mungkin
untuk mengikuti tata cara dan pola kehidupan masyarakat yang teratur, yang mengenal
hukum. Hidup dengan hukum dan peraturan adalah ciri masyarakat berperadaban dan
berkebudayaan.
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah semangat membangun pandangan tentang
kehidupan masyarakat dan alam semesta untuk mencapai kebahagiaan dengan usaha
gigih. Kemanusiaan yang adil dan beradab menimbulkan semangat universal yang
mewujudkan sikap bahwa semua bangsa dapat dan harus hidup dalam harmoni penuh
toleransi dan damai.
Kemanusiaan yang adil dan beradab akan menghantar kehidupan menjadi bermakna,
karena dicapai dengan berbakti tanpa mementingkan diri sendiri demi kebaikan
bersama.
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah suatu sikap revitalisasi diri,
untuk memupuk dinamisme kreatif kehidupan, yang menghantarkan
seseorang menjadi selalu dinamis, selalu sensitif dan peka pada gerak
perubahan dan pembaharuan.
Revitalisasi diri sebagai buah kemanusiaan yang adil dan beradab, tidak
terbatas bagi pemeluk agama tertentu siapapun dengan agama apapun
dapat melakukannya. Semakin teguh seseorang menempuh kemanusiaan
yang adil dan beradab, semakin rendah hati, dan semakin teguh
keyakinannya semakin murah hati pula. Dalam hal ini, misi tulen agama
adalah untuk memupuk pembentukan sifat dan menggalakkan usaha
menguasai diri, yakni toleran dan damai.
Persatuan Indonesia
Persatuan adalah gabungan yang terdiri atas beberapa bagian yang telah bersatu. Persatuan
Indonesia adalah suatu landasan hidup bangsa atau sistem, yang selalu mementingkan
silaturahim, kesetiakawanan, kesetiaan, dan keberanian.
Kehadiran Indonesia dan bangsanya di muka bumi ini bukan untuk bersengketa. Indonesia
wujud dan hidup untuk mewujudkan kasih sayang sesama bangsa maupun antarbangsa.
Persatuan Indonesia, bukan sebuah sikap maupun pandangan dogmatik dan sempit, namun
harus menjadi upaya untuk melihat diri sendiri secara lebih objektif dengan dunia luar.
Suatu upaya untuk mengimbangi kepentingan diri dengan kepentingan bangsa lain, atau
dalam tataran yang lebih mendalam antara individu bangsa dan alam sejagad, yang
merupakan suatu ciri yang diinginkan sebagai warga dunia.
Dalam jangka panjang, prinsip persatuan Indonesia harus menjadi asas ruhaniah suatu
peraturan-peraturan dan struktur membangun satu orde antarbangsa yang adil.
Semua warga negara Indonesia mempunyai hak dan kewajiban sama untuk
mempertahankan negara dan berpartisipasi dalam upaya bersama mencapai
tujuan bangsa. Dalam menggunakan hak dan berpartisipasi dalam upaya
bersama mencapai tujuan bangsa. Dalam menggunkan hak dan menunaikan
kewajiban itu seluruh warga negara harus berpedoman dengan Pancasila dan
UUD 1945. Pancasila tidak hanya menjadi dasar hubungan antar warga negara
dan negara melainkan juga dasar bagi hubungan antar warga negara dalam
seluruh bidang kehidupan baik bidang ekonomi, social budaya, dan lain-lain.
Agar negara dapat berfungsi dengan semestinya maka negara sangat
menentukan eksistensi warga negaranya. Bentuk eksistensi tersebut dapat
diwujudkan dengan mendukung berlakunya konstitusi negara. Untuk itu perlu
dipahami dan dikembangkan sifat dan perilaku warga negara yang baik dan
bertanggung jawab.