Anda di halaman 1dari 36

Negara, begitulah sebutan terhadap suatu organisasi manusia yang besar ibarat

sebuah bangunan rumah, negara harus tegak berdiri dengan kokoh di atas fondasi
yang terbuat dari bahan-bahan yang kuat pula. Fondasi sebuah negara adalah Dasar
Negara dan sistem-sistemnya adalah Konstitusi.

Hubungan Dasar
Negara dan Konstitusi

Menganalisis Substansi
Konstitusi Negara

Dasar Negara dan


Konstitusi

Menurut Para Ahli

Menganalisis
Hubungan Dasar
Negara dengan
Konstitusi pada
Negara RI dengan
Negara Liberal dan
negara Komunis

Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945

Menganalisis
Kedudukan
Pembukaan UUD 1945

Hakikat Pembukaan UUD 1945

Konstitusi Negara Liberal


Konstitusi Negara Komunis

Pengertian Dasar
Negara dan Konstitusi
Keterkaitan Dasar
Negara dengan
Konstitusi

Menunjukkan Sikap
Positif Terhadap
Konstitusi Negara

Kedudukan Pembukaan UUD 1945

Pengertian Dasar Negara


Dasar Negara adalah fandemen yang kokoh dan kuat serta
bersumbar dari pandangan hidup atau falsafah(cerminan dari
peradaban, kebudayaan, keluhuran budi dan kepribadian yang tumbuh
dalam sejarah perkembangan Indonesia) yang diterima oleh seluruh
lapisan masyarakat, yang dijadikan tuntunan hidup bagi bangsanya.
Dasar Negara akan kuat karena diambil dari pandangan hidup
bangsanya yang memuat nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Pada dasarnya setiap negara memiliki dasar negaranya masingmasing berdasarkan pandangan hidup berbangsa dan bernegaranya.
Dasar Negara Indonesia adalah Pancasila, yang terdiri dari 5
sila sebagai nilai dasar yang digunakan sebagai dasar non-motif bagi
penyelenggaraan Negara Indonesia, diantaranya adalah :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia

Pengertian Konstitusi
Negara

Konstitusi (Latin constitutio) dalam negara adalah sebuah norma sistem politik
dan hukum bentukan pada pemerintahan negara - biasanya dikodifikasikan sebagai
dokumen tertulis - Dalam kasus bentukan negara, konstitusi memuat aturan dan prinsipprinsip entitas politik dan hukum, istilah ini merujuk secara khusus untuk menetapkan
konstitusi nasional sebagai prinsip-prinsip dasar politik, prinsip-prinsip dasar hukum
termasuk dalam bentukan struktur, prosedur, wewenang dan kewajiban pemerintahan
negara pada umumnya, Konstitusi umumnya merujuk pada penjaminan hak kepada warga
masyarakatnya. Istilah konstitusi dapat diterapkan kepada seluruh hukum yang
mendefinisikan fungsi pemerintahan negara.
Konstitusi berasal dari kata kerja constituer(Prancis) yang berarti membentuk.
Menurut Omadi S. Diponolo, kata konstitusi dalam bahasa Inggris dan Prancis yang berarti
dasar susunan badan. Sedangkan dalam Bahasa Belanda disebut dengan istilah Groundwet
yang berarti undang-undang dasar.

Pengertian Konstitusi di Indonesia, dibagi menjadi dua :


Yang pertama menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara, berupa
kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur atau memerintah negara.
Yang kedua, konstitusi diberi arti sempit yang tidak menggambarkan keseluruhan kumpulan
peraturan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.

Undang-Undang Dasar
Arti Luas

Undang-Undang Organik
Peraturan Perundang-Undangan lainnya

Arti Konstitusi

Undang-Undang Dasar

Arti Sempit

Undang-Undang Dasar

Konstitusi memiliki arti yang lebih luas dari undang-undang dasar. Herman Heller dalam
bukunya yang berjudul Verfasunglehre (ajaran tentang konstitusi), membagi konstitusi
dalam tiga kelas, yaitu :
1.Konstitusi sebagai pengertian sosial politik

Cermin keadaan sosial politik bangsa itu sendiri. Political Decission merupakan keputusan
masyarakat itu sendiri.
2.Konstitusi sebagai pengertian hukum

Keputusan masyarakat yang dijadikan suatu perumusan normatif yang harus berlaku.
Pengertian politik adalah sebagai eine seine yang berarti suatu kenyataan yang harus
berlaku dan diberikan suatu sanksi kalau melanggar
3.Konstitusi sebagai pengertian suatu peraturan

HAKIKAT DASAR NEGARA


Hans Kelsen, norma-norma hukum itu bertingkat dab berlapis-lapis dalam suatu tata urutan

tertentu. Suatu norma yang lebih rendah akan berdasar, bersumber dan berlaku pada norma
yang lebih tinggi, norma yang lebih tinggi lagi, dan seterusnya. Norma tertinggi itu disebut
norma dasar, yang ditetapkan oleh masyarakat sebagai tempat bergantung norma-norma di
bawahnya, disebut juga TEORI JENJANG NORMA HUKUM (stufsentheorie).
Hans Nawiasky, menghubungkan Teori Jenjan Norma Hukum dalam kaitannya dengan negara.

Menurutnya, norma hukum dalam suatu negara juga berjenjang dan bertingkat membentuk suatu
tertib hukum. Norma yang di bawah bersumber dan berlaku pada norma yang tertinggi dalam
negara, disebut dengan norma fundamental negara (Staafundamental norm).
Kelompok Norma Hukum Hans :
Staafundamentalnorm, fundamental negara
Staafgrundgesetz, aturan dasar/pokok negara
Formelgesetz, undang-undang
Verordnung dan auton ome satzung, aturan pelaksanaan dan aturan autonom

KAITAN DASAR NEGARA DAN KONSTITUSI


Keterkaitan antar dasar negara dan konsitusi tampak pada gagasan dasar, cita-cita,
dan tujuan negara yang tertuang dalam mukadimah atau Pembukaan Undang-Undang Dasar
suatu negara.
Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu kebatinan negara. Pembukaan memuat
asas kerohanian negara, asas politik negara, asas tujuan negara, serta menjadi dasar hukum
daripada undang-undang. Pancasila dengan batang tubuh merupakan wujud yuridis
konstitusional tentang sesuatu yang telah dirumuskan dalam pembukaan. Dalam Pembukaan
UUD 1945 terdapat rumusan Pancasila yang telah dirumuskan dalam pembukaan. Dalam
pembukaan UUD 1945 terdapat rumusan Pancasila yang amat jelas kedudukannya sebagai
sumber hukum tata negara.
Adapun peraturan perundangan negara Indonesia adalah:
1.UUD 1945
2.Ketetapan MPR Republik Indonesia
3.Undang-undang
4.Peraturan pemerintah penggatnti undang-undang (Perpu)
5.Peraturan pemerintah
6.Keputusan presiden
7.Peraturan daerah
Jadi Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber hukum dasar bagi penyusunan
perundangan negara. UUD 1945 adalah peraturan perundangan teringgi negara Indonesia
yang bersumberkan pada Pancasila.

Sebagai ahli ilmu politik melihat konstitusi dan Undang-Undang Dasar sebagai dua hal
yang sama, sementara sebagia ahli yang lain melihatnya sebagai dua hal yang berbeda.
Berikut pandangan mereka:
1.Herman Heller
Konstitusi mempunyai arti yang lebih luas daripada Undang-Undang Dasar. Konstitusi
sebenarnya tidak hanya semata-mata bersifat yuridis, tetapi juga sosiologis dan politis.
2.Oliver Cromwell
Undang- Undang dasar itu merupakan instrument of govern, yaitu bahwa undangundang dibuat sebagai pegangan untuk memerintah. Dalam arti ini, konstitusi dan UndangUndang Dasar identik.
3.F. Lasalle
Konstitusi sesungguhnya menggambarkan hubungan antara kekuasaan yang terdapat di
dalam masyarakat, seperti golongan yang mempunyai kedudukan nyata didalam masyrakat,
misalnya kepala negara, angkatan perang, partai politik, buruh tani, pegawai, dan
sebagainya

Menganalisis Substansi Konstitusi Negara


Menurut C.F. Strong dalam bukunya Modern Political Constitution, konstitusi dapat
dibedakan antara konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis. Suatu konstitusi disebut
tertulis tidak berupa suatu naskah (documentary constitution), sedangkan konstitusi tidak
tertulis tidak berupa suatu naskah (nondocumentary contitution) dan banyak dipengaruhi
oleh tradisi dan konversi. Contohnya konstitusi negara Inggris hanya berupa kumpulan
dokumen.
Konstitusi atau hukum dasar dapat pula dibedakan antara hukum dasar tertulis
(written constitution) yaitu Undang-Undang Dasar, dan hukum dasar tidak tertulis
(unwritten constitution) yaitu konvensi.
Salah satu contoh konvensi yang berlaku di Indonesia adalah pelaksanaan pidato
kenegaraan presiden menjelang peringatan Proklamasi 17 Agustus.

Kedudukan konstitusi
Kedudukan konsitusi atau hukum dasar negara yang tertulis dinilai paling tinggi
kedudukannya dibandingkan dengan peraturan-peraturan yang lain, maka terdapat
perbedaan antara UUD dengan undang-undang di bawahnya yaitu:
1. Di Amerika Serikat, India, dan Jerman wewenang terletak ditangan Mahkamah Agung
Federal.
Di negara-negara ini berlaku asas Judical Supermacy dan Mahkamah Agung dianggap
sebagai pengawas UUD (guardian of the constitution)
2. Di Prancis wewenang ada di Mahkamah Konstitusi yang terdiri atas para hakim agung
ditambah dengan beberapa hakim lain.
3. Di Indonesia lembaga yang berwewenang adalah MPR (Majelis Permusyawaratan
Rakyat) yang terdiri atas anggota DPR dan Dewan Perwakilan Daerah.

SIFAT KONSTITUSI
1. Konstitusi luwes maksudnya apabila diperlukan konstitusi tidak membutuhkan
prosedur yang istimewa atau rumit. Perubahan itu cukup dilakukan oleh badan pembuat
undang-undang biasa.
2. Konstitusi kaku merupakan kebalikan dari konstitusi luwes. Perubahan konstitusi
memerlukan prosedur yang istimewa dan rumit. Konstitusi yang besifat kaku tidak dapat
megikuti perkembangan zaman karena tidak hanya memuat hal-hal pokok saja, namun
juga memuat hal-hal yang penting. UUD 1945 meskipun perubahannya membutuhkan
prosedur istimewa, namun bersifat luwes karena memuat ketentuan-ketentuan yang
bersifat pokok-pokok saja sehingga mudah mengikuti perkembangan zaman.

FUNGSI KONSTITUSI
Menurut paham konstitusionalisme konstitusi adalah suatu
lembaga yang mempunyai fungsi khusus, yaitu:
1.Menentukan dan membatasi kekuasaan pemerintah
2.Menjamin hak-hak asasi warga negara
Konstitusi dianggap sebagai perwujudan dari hukum tertinggi yang harus
diaptuhi oleh negara dan pejabat-pejabat pemerintah sekalipun.
Konstitusi yang pernah belaku di Indonesi adalah UUD 1945, UUD RIS, UUDS
1950, UUD 1945

Periode Berlakunya Undang-Undang Dasar


Negara Indonesia

Periode berlakunya UUD 1945 18 Agustus 1945- 27 Desember 1949

Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena
Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945 memutuskan
bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR belum terbentuk.
Tanggal 14 November 1945 dibentuk Kabinet Semi-Presidensiel ("SemiParlementer") yang pertama, sehingga peristiwa ini merupakan perubahan sistem
pemerintahan agar dianggap lebih demokratis.

Periode berlakunya Konstitusi RIS 1949 27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950


Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah parlementer.
bentuk pemerintahan dan bentuk negaranya federasi yaitu negara yang didalamnya
terdiri dari negara-negara bagian yang masing masing negara bagian memiliki
kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam negerinya.

Periode UUDS 1950 17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959

Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah parlementer.

Periode kembalinya ke UUD 1945 5 Juli 1959-1966

Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik ulur
kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada tanggal
5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya
memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar, menggantikan
Undang-Undang Dasar Sementara 1950 yang berlaku pada waktu itu. Pada masa ini,
terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945, diantaranya:
1.

Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil Ketua DPA
menjadi Menteri Negara

2.

MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup

3.

Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 September Partai Komunis


Indonesia

Periode UUD 1945 masa orde baru 11 Maret 1966- 21 Mei 1998
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD 1945 dan
Pancasila secara murni dan konsekuen. Namun pelaksanaannya ternyata menyimpang dari
Pancasila dan UUD 1945 yang murni,terutama pelanggaran pasal 23 (hutang Konglomerat/private
debt dijadikan beban rakyat Indonesia/public debt) dan 33 UUD 1945 yang memberi kekuasaan
pada fihak swasta untuk menghancur hutan dan sumberalam kita. Pada masa Orde Baru, UUD 1945
juga menjadi konstitusi yang sangat "sakral", diantara melalui sejumlah peraturan:
1.Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk
mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan terhadapnya
2.Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain menyatakan bahwa
bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat melalui
referendum.
3.Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan pelaksanaan TAP
MPR Nomor IV/MPR/1983.

Periode 21 Mei 1998- 19 Oktober 1999


Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak Presiden Soeharto digantikan oleh
B.J.Habibie sampai dengan lepasnya Provinsi Timor Timur dari NKRI.

Periode UUD 1945 Amandemen


Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen) terhadap UUD
1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa Orde Baru,
kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan
yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (sehingga dapat
menimbulkan multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara
negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi. Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu
adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM,
pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang
sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan
kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan
kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem pemerintahan presidensiil.

Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen) yang
ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:
Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 Perubahan Pertama UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 Perubahan Kedua UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 Perubahan Ketiga UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 Perubahan Keempat UUD 1945

KONSTITUSI NEGARA KOMUNIS


Negara komunis pada umunya menolak gagasan konstitusionalisme karena negara berfungsi ganda,
yaitu:
Mencerminkan kemenangan-kemenangan yang telah di capai dalam perjuangan kearah tercapainya
masyarakat komunis dan merupakan pencatatan formil dan ilegal dari kemajuan yang telah di capainya.
Undang-Undang Dasar memberikan rangka dasar hukum untuk perubahan masyrakat yang dicita-citakan
dalam tahap perkembangan berikutnya.
Menurut pendapat Carl J.Frederich konstitusionalisme merupakan gagasan yang melihat pemerintah
sebagai suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat tetapi dikenakan
beberapa pembatasan yang diharapkan akan menjamin bahwa kekuasaan yang diperlukan untuk
memerintah. Pembatasan-pembatasan ini tercermin dalam Undang-Undang Dasar.
Dengan memperhatikan sifat dan fungsi konstitusi atau Undang-Undang Dasar, setiap Undang-Undang
Dasar memuat ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
Organisasi negara misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislative, eksekutif, dan yudikatif.
Hak-hak asasi manusia (biasa disebut bill of right) apabila berbentuk naskah tersendiri.
Prosedur mengubah Undang-undang dasar.
Adakalanya membuat larang untuk mengubah sifat tertentu dari Undang-undang dasar.

Kedudukan Pembukaan UUD 1945 Negara Kesatuan Republik


Indonesia
Proklamasi kemerdekaan dijabarkan secara rinci dalam Pembukaan UUD 1945. Pembukaan
UUD 1945 berperan atau berkedudukan sebagai pernyataan kemerdekaan Indonesia yang didalamnya
memuat dasar, falsafah, pedoman, dasar-dasar kebangsaan dan kenegaraan.
Di dalam Pembukaan UUD 1945 inilah kita dapat menemukan keberadaan (eksistensi)
berbangsa dan bernegara Indonesia. Denag demikian seluruh arah dan tujuan serta tatanan kehidupan
berbangsa dan bernegara Indonesia harus merupakan cerminan, turunan atau penjabaran dari
Pembukaan UDD 1945.
Oleh karena itu vitalnya kedudukan Pembukaan UUD 1945, Pembukaan UUD 1945 dijadikan
sebagai norma fundamental. Rumusan kata dan kalimat yang terkandung di dalamnya tidak boleh
diubah oleh siapa pun termasuk MPR hasil pemilu. Pengubahan Pembukaan UUD 1945 berarti mengubah
esensi cita moral dan cita-cita hukum yang ingin diwujudkan dan ditetapkan oleh bangsa Indonesia.
Pembukaan UUD 1945 bagi Indonesia merupakan sumber motivasi dan aspirasi tekad dan
semangat bangsa Indonesia serta cita-cita hukum dan moral yang ingin ditegakkan, baik dalam lingkup
nasional maupun internasional.

Pokok-pokok pikiran Pembukaan UDD 1945


Pembukaan UUD 1945 selain mempunyai makna yang sangat mendalam, juga
mengandung pokok-pokok pikiran yang meliputi suasana kebatinan dari UDD 1945. Pokokpokok pikiran tersebut mewujudkan cita hukum (rechtsidu) yang menguasai hukum dasar
negara, baik hukum dasar tertulis (UUD) maupun hukum dasar yang tidak tertulis. Pokokpokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 adalah, sebagai berikut:
Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan
berdasrkan atas persatuan dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Negara yang berkedaulatan rakyat yang berdasarkan atas kerakyatan dan
permusyawaratan/perwakilan
Negara berdasarkan atasa Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaa yang adil
dan beradab.
Denag demikian apabila kita perhatikan dari keempat pokok pikiran tersebut tampak bahwa
pokok-pokok pikiran itu tidak lain adalah pancaran dari falsafah negara Pancasila. Pokokpokok pikiran dituangkan kedalam pasal Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945

Pertama
Isi : Bahwa sesunguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa san oleh sebab itu, maka penjajahan
diatas dunia harus dihapusakan karena tidak sesuai dengan perikemanuasiaan dan perikeadilan.
Makna yang terkandung:
Keteguhan bangsa Indonesia dalam membela kemerdekaan membeka kemerdekaan melawan penjajah
dalam segala bentuk.
Pernyataan subyektif bangsa Indonesia untuk menentang dan menghapus penjajahan diatas muka bumi.
Pernyataan objektif bangsa Indonesia bahwa penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.
Pemerintah Indonesia mendukung kemerdekaan bagi setiap bangsa Indonesia untuk beridiri sendiri.
Kedua
Isi : Dan pejuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang bebahagia dengan
selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulan, adil dan makmur.
Makna yang terkandung:
Kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia adalah melalui perjuangan pergerakan melawan
pejajah.
Adanya momentum yang harus dimanfaatkan untuk menyatakan kemerdekaan.
Bahwa kemerdekaan bukanlah akhir perjuangan, tetapi harus diisi dengan mewujudkan negara
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Ketiga

Isi : Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Makna yang terkandung:
Motivasi spiritual yang luhur bahwa kemerdekaan kita adalah berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa.
Keinginan yang didambakan oleh segenap bangsa Indonesia terhadap suatu kehidupan yang
bekesinambungan antara kehidupan material dan spiritual dan kehidupan di dunia dan akhirat.

Keempat

Isi : Kemudian daripada itu untuk memebntuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umu, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia dan keadilan sosial,
maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara
Republik Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusywaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Makna yang terkandung:


Pengukuhan pernyataan proklamasi kemerdekaan.
Adanya fungsi dan sekaligus tujuan negara Indonesia yaitu:
a.Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
b.Memajukan kesejahteraan umum.
c.Mencerdaskan kehidupan bangsa dan
d.Ikut melaksanakan ketertiban dunia yabg berdasarkan kemerdekaan, perdamain
dan keadilan sosial.
Kemerdekaan kebangsaan Indonesia yang disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar.
Susunan/bentuk negara Republik Indonesia.
Sistem pemerintahan negara yaitu berdasarkan kedaulatan rakyat/demokrasi,
Dasar negara pancasila.

Makna Nilai-Nilai Dasar Negara


Indonesia
Ketuhanan Yang Maha Esa
Memahami substansi nilai-nilai dasar negara adalah menjadi hak dan kewajiban setiap warga
negara. Tatkala memahami Ketuhanan sebagai pandangan hidup ini maknanya: mewujudkan
masyarakat yang beketuhanan, yakni masyarakat yang anggotanya dijiwai oleh
semangat mencapai ridho Tuhan / Mardlatillah, melalui perbuatan-perbuatan baik bagi
sesama manusia dan kepada seluruh makhluk.
Karenanya, membangun Indonesia berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa adalah membangun
masyarakat Indonesia yang memiliki jiwa maupun semangat untuk mencapai ridlo Tuhan
dalam setiap perbuatan baik yang dilakukannya. Dari sudut pandang etis keagamaan, negara
berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa itu adalah negara yang menjamin kemerdekaan tiaptiap penduduknya untuk memeluk agama dan beribadat menurut agama dan
kepercayaan masing-masing.
Dari dasar Ketuhanan Yang Maha Esa ini pula menyatakan bahwa suatu keharusan bagi
masyarakat warga Indonesia menjadi masyarakat yang beriman kepada Tuhan, dan
masyarakat yang beragama, apapun agama dan keyakinan mereka.

Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Sejarah adalah wujud pengalaman manusia untuk berperadaban dan berkebudayaan,
karenanya, peradaban, politik, dan kebudayaan adalah bagian dari pada kehidupan manusia.
Kemanusiaan, sangat erat hubungannya dengan ketuhanan. Ajaran Illahi menjadi tidak dapat
diimplementasikan jika tidak wujud sikap kemanusiaan yang hakiki. Struktur pemerintahan
tidak sepenting semangat perwujudan kemanusiaan yang adil dan beradab yang jauh dari
pada pendendam dan egoistik / ananiyah.
Demokrasi yang paling menyeluruh sekalipun akan membawa sengsara, jika rakyat tidak
memiliki sikap kemanusiaan yang adil dan beradab / jujur, apapun sistem pemerintahan
yang ditempuh, tanpa semangat kemanusiaan yang adil dan beradab sengsara jua ujungnya.
Kemanusiaan yang adil dan beradab memerlukan kesetiaan pada diri ketika menjalani
kehidupan, kemanusiaan yang adil dan beradab adalah sebuah semangat dan kegigihan
mengajak masyarakat agar kembali ke pangkal jalan dan membangun kembali revolusi
batin masing-masing, mendisiplinkan diri dengan baik, untuk menemukan kendali dan
penguasaan diri.
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah suatu kemampuan untuk menyeimbangkan
antar kemakmuran lahiriyah dengan kehidupan ruhaniyah.
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah semangat mempersiapkan generasi penerus
yang mampu melihat lebih dari kepentingan diri sendiri serta memiliki perspektif yang
jelas untuk kemajuan masyarakatnya.

Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah pembentukan suatu kesadaran tentang
keteraturan, sebagai asas kehidupan sebab setiap manusia mempunyai potensi untuk
menjadi manusia sempurna, yakni manusia yang berperadaban. Manusia yang
berperadaban tentunya lebih mudah menerima kebenaran dengan tulus, dan lebih mungkin
untuk mengikuti tata cara dan pola kehidupan masyarakat yang teratur, yang mengenal
hukum. Hidup dengan hukum dan peraturan adalah ciri masyarakat berperadaban dan
berkebudayaan.
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah semangat membangun pandangan tentang
kehidupan masyarakat dan alam semesta untuk mencapai kebahagiaan dengan usaha
gigih. Kemanusiaan yang adil dan beradab menimbulkan semangat universal yang
mewujudkan sikap bahwa semua bangsa dapat dan harus hidup dalam harmoni penuh
toleransi dan damai.
Kemanusiaan yang adil dan beradab akan menghantar kehidupan menjadi bermakna,
karena dicapai dengan berbakti tanpa mementingkan diri sendiri demi kebaikan
bersama.

Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah suatu sikap revitalisasi diri,
untuk memupuk dinamisme kreatif kehidupan, yang menghantarkan
seseorang menjadi selalu dinamis, selalu sensitif dan peka pada gerak
perubahan dan pembaharuan.
Revitalisasi diri sebagai buah kemanusiaan yang adil dan beradab, tidak
terbatas bagi pemeluk agama tertentu siapapun dengan agama apapun
dapat melakukannya. Semakin teguh seseorang menempuh kemanusiaan
yang adil dan beradab, semakin rendah hati, dan semakin teguh
keyakinannya semakin murah hati pula. Dalam hal ini, misi tulen agama
adalah untuk memupuk pembentukan sifat dan menggalakkan usaha
menguasai diri, yakni toleran dan damai.

Persatuan Indonesia
Persatuan adalah gabungan yang terdiri atas beberapa bagian yang telah bersatu. Persatuan
Indonesia adalah suatu landasan hidup bangsa atau sistem, yang selalu mementingkan
silaturahim, kesetiakawanan, kesetiaan, dan keberanian.
Kehadiran Indonesia dan bangsanya di muka bumi ini bukan untuk bersengketa. Indonesia
wujud dan hidup untuk mewujudkan kasih sayang sesama bangsa maupun antarbangsa.
Persatuan Indonesia, bukan sebuah sikap maupun pandangan dogmatik dan sempit, namun
harus menjadi upaya untuk melihat diri sendiri secara lebih objektif dengan dunia luar.
Suatu upaya untuk mengimbangi kepentingan diri dengan kepentingan bangsa lain, atau
dalam tataran yang lebih mendalam antara individu bangsa dan alam sejagad, yang
merupakan suatu ciri yang diinginkan sebagai warga dunia.
Dalam jangka panjang, prinsip persatuan Indonesia harus menjadi asas ruhaniah suatu
peraturan-peraturan dan struktur membangun satu orde antarbangsa yang adil.

Persatuan Indonesia harus mampu menanamkan pemikiran terbuka dan


pandangan jauh bagi bangsa Indonesia, sebab hanya mereka yang berpandangan jauh dan
berpikiran terbuka yang dapat mendukung aspirasi ke arah internasionalisme maupun
globalisme.
Persatuan Indonesia seperti ini, akan menghantar rakyat Indonesia memiliki
kebanggaan yang tulus tentang identitas mereka sebagai warga negara maupun warga
dunia. Pandangan dan sikap seperti ini tidak akan melenyapkan ciri-ciri unggul suatu
bangsa, malahan akan dapat memantapkan ciri-ciri unik sebuah masyarakat bangsa, yakni
masyarakat bangsa yang sadar terhadap tanggung jawab global, bersatu dalam
mewujudkan persatuan universal, masing-masing menyumbangkan keistimewaannya.
Persatuan Indonesia seperti ini akan mampu menyingkirkan permusuhan internal
bangsa, sebab pencapaiannya tidak melalui kekuatan militer, melainkan melalui
tuntutan ilmu, dan peradaban yang membudaya dalam kehidupan masyarakat.
Persatuan Indonesia yang berpegang pada prinsip bahwa kemajuan kebudayaan dapat
menyamai nilai-nilai universal, sehingga dapat menjadi kekuatan yang dapat mengangkat
harkat martabat rakyat untuk menjadi warga negara dan seterusnya warga dunia yang
baik.

Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan


dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Suatu landasan yang harus mampu menghantar kepada prinsip-prinsip republikanisme,
populisme, rasionalisme, demokratisme, dan reformisme yang diperteguh oleh semangat
keterbukaan, dan usaha ke arah kerakyatan universal. Prinsip-prinsip kerakyatan seperti ini,
harus menjadi cita-cita utama untuk membangkitkan bangsa Indonesia meyadari potensi
mereka dalam dunia modern, yakni kerakyatan yang mampu mengendalikan diri, tabah
menguasai diri, walau berada dalam kancah pergolakan hebat untuk menciptakan
perubahan dan pembaharuan.
Yakni kerakyatan yang selalu memberi nafas baru kepada bangsa dan negara dalam
menciptakan suatu kehidupan yang penuh persaingan sehat.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan adalah kerakyatan yang dipimpin
oleh pendidikan yang mumpuni. Sebab pendidikan merupakan prasyarat untuk
menyatukan rohaniah.
Pendidikan adalah tonggak utama makna daripada hikmah kebijaksanaan. Hikmah
kebijaksanaan atau pendidikan akan mewarnai kerakyatan yang penuh harmoni, toleransi
dan damai, jauh daripada sikap radikalisme apatah lagi terorisme.

Hikmah kebijaksanaan atau pendidikan, mampu menciptakan interaksi dan rangsangan


interdependensi antar manusia dalam lingkungan bangsa yang multikultural dan
majemuk. Sebab manusia berpendidikan akan selalu menghormati suatu proses dalam segala
hal.
Hikmah kebijaksanaan atau pendidikan menjadi pedoman kerakyatan, sebab ia merupakan
cara yang paling lurus dan pasti, menuju kearah harmoni, toleransi dan damai.
Pendidikanlah yang memungkinkan kita selaku rakyat suatu bangsa dapat bersikap toleran
atas wujud kemajemukan bangsa.
Hikmah kebijaksanaan menampilkan rakyat berfikir pada tahap yang lebih tinggi sebagai
bangsa, dan membebaskan diri daripada belenggu pemikiran berazaskan kelompok dan
aliran tertentu yang sempit.
Karenanya membangun hikmah kebijaksanaan adalah membangun pendidikan, dan itulah
hakekat membangun kerakyatan yang berperadaban yang kaya akan kebudayaan, yakni
kerakyatan yang terhindar dari saling curiga dan permusuhan.

Mewujudkan Suatu Keadilan Sosial


Mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah
merupakan tujuan dari cita-cita bernegara dan berbangsa, menyangkut keilmuan,
keikhlasan pemikiran, kelapangan hati, peradaban, kesejahteraan keluarga, keadilan
masyarakat dan kedamaian.
Itu semua bermakna mewujudkan keadaan masyarakat yang bersatu secara
organik yang setiap anggotanya mempunyai kesempatan yang sama untuk tumbuh
dan berkembang serta belajar hidup pada kemampuan aslinya. Dengan mewujudkan
segala usaha yang berarti yang diarahkan kepada potensi rakyat, memupuk perwatakan
dan peningkatan kualitas rakyat, sehingga memiliki pendirian dan moral yang tegas.

Mewujudkan suatu keadilan sosial, juga berarti mewujudkan azas masyarakat


yang stabil yang ditumbuhkan oleh warga masyarakat itu sendiri, mengarah pada
terciptanya suatu sistem teratur yang menyeluruh melalui penyempurnaan pribadi
anggota masyarakat, sehingga wujud suatu cara yang benar bagi setiap individu untuk
membawa diri dan suatu cara yang benar untuk memperlakukan orang lain.
Karenanya, mewujudkan suatu keadilan harus menjadi suatu gerakan
kemanusiaan yang serius, dan sungguh-sungguh dilakukan oleh rakyat, dengan metoda
dan pengorganisasian yang jitu sehingga tujuan mulia ini tidak berbalik menjadi paradoks
dan kontradiktif yakni menjadi gerakan pemerkosaan terhadap nilai-nilai keadilan dan
kemanusiaan.

SIKAP POSITIF TERHADAP KONSTITUSI NEGARA


Sikap positif terhadap konstitusi negara adalah pendirian atau pola yang
memandang baik, menghargai, dan menjungjung tinggi terhadap konstitusi atau UUD.
Sikap teerhadap konstitusi terwujud dalam paham konstitusionalisme. Konstitusionalisme
akan menanamkan kesadaran betapa pentingnya konstitusi atau UDD dihormati,
ditegakkan, dan diataati dalam penyelenggaraan negara baik pemerintah/penguasa negara
dan warga negara.
Negara Indonesia didirikan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional
bangsa Indonesia sebagaimana dirumuskan kedalam Pembukaan UUD 1945. Para
penyelenggara ditentukan untuk memimpin pencapain tujuan itu. Agar para penyelenggara
benar-benar dapat mewujudkan tujuan nasional mereka harus mendasarkan semua
kegiatan pemerintahan pada Pancasila.

Semua warga negara Indonesia mempunyai hak dan kewajiban sama untuk
mempertahankan negara dan berpartisipasi dalam upaya bersama mencapai
tujuan bangsa. Dalam menggunakan hak dan berpartisipasi dalam upaya
bersama mencapai tujuan bangsa. Dalam menggunkan hak dan menunaikan
kewajiban itu seluruh warga negara harus berpedoman dengan Pancasila dan
UUD 1945. Pancasila tidak hanya menjadi dasar hubungan antar warga negara
dan negara melainkan juga dasar bagi hubungan antar warga negara dalam
seluruh bidang kehidupan baik bidang ekonomi, social budaya, dan lain-lain.
Agar negara dapat berfungsi dengan semestinya maka negara sangat
menentukan eksistensi warga negaranya. Bentuk eksistensi tersebut dapat
diwujudkan dengan mendukung berlakunya konstitusi negara. Untuk itu perlu
dipahami dan dikembangkan sifat dan perilaku warga negara yang baik dan
bertanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai