Anda di halaman 1dari 1

Yuk, Dukung Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia!

Tangan adalah media utama bagi penularan kuman-kuman penyebab penyakit. Akibat kurangnya kebiasaan cuci tangan, anak-anak merupakan penderita tertinggi
dari penyakit diare dan penyakit pernapasan. Hingga tak jarang berujung pada kematian.
Bermula dari permasalahan yang muncul di lingkup sekolah dan anak-anak, maka tercetuslah ide untuk menggalakkan gerakan cuci tangan sebagai perilaku
mendarah daging bagi seluruh orang di dunia.
Sejak 2008, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan 15 Oktober sebagai Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia. Kegiatan tersebut akan memobilisasi jutaan
orang di lima benua untuk mencuci tangan mereka dengan sabun.
Semakin luas budaya mencuci tangan dengan sabun akan membuat kontribusi signifikan untuk memenuhi target Millenium Development Goals (MDGs), mengurangi
tingkat kematian anak-anak di bawah usia lima tahun pada 2015 hingga sekitar 70 persen.
Seperti negara lainnya di seluruh dunia, Indonesia juga akan menggelar kembali Hari Cuci Tangan Pakai Sabun (HCTPSS) setiap 15 Oktober. HCTPSS ini menjadi
momen penting untuk meningkatkan budaya cuci tangan pakai sabun di keluarga Indonesia yang tergolong masih rendah. Sebab, cuci tangan pakai sabun adalah
salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah penyebaran kuman penyakit masuk ke dalam sistem imunitas tubuh.
Cuci tangan dengan menggunakan air saja merupakan hal yang umum dilakukan di seluruh dunia. Meski begitu, kebiasaan ini kurang efektif dibandingkan dengan
cuci tangan memakai sabun. Pasalnya, sabun dapat meluruhkan lemak dan kotoran yang mengandung kuman. Dengan penggunaan yang benar, semua sabun
memiliki efektivitas yang sama dalam meluruhkan kuman-kuman penyebab penyakit.
Cuci tangan pakai sabun (CTPS) adalah salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah penyakit diare dan pneumonia yang merupakan penyebab utama
kematian anak. Setiap tahun, lebih dari 3,5 juta anak tidak dapat hidup hingga usianya yang ke-5 karena diare dan pneumonia. Tantangan yang dihadapi bersama
saat ini adalah untuk mengubah budaya mencuci tangan dengan sabun dari ide yang abstrak menjadi perilaku yang membudaya. Di segala lapisan dan lingkungan
masyarakat, yang dilakukan di rumah, sekolah, dan masyarakat di seluruh dunia, papar Senior Brand Manager Lifebouy PT Unilever Indonesia, Tbk Erwin Cahaya Adi
saat konferensi pers Perayaan dan Program Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia di The Cone?FX Jakarta, Rabu (7/10/2009).
Pada tahun ini, HCTPSS akan melibatkan sekolah dan memfokuskan pada anak-anak karena masih sangat bersemangat dan terbuka terhadap ide-ide baru, dengan
mengedukasi mereka sejak dini di sekolah. Mereka dapat membawa kebiasaan ini hingga ke dalam rumah dan berperan sebagai Agen Perbuahan CTPS dalam
keluarga.
Selain itu, lebih kurang 120 juta anak-anak lahir di dunia berkembang tiap tahunnya. Setengahnya akan hidup dalam keluarga tanpa akses untuk memperbaiki
sanitasi yang membawa dampak buruk terhadap pertumbuhan hidupnya. Kebersihan yang buruk dan kurangnya akses ke sanitasi berkontribusi terhadap sekitar 88
persen kematian akibat diare.
Dalam kemitraannya bersama Departemen Kesehatan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan, KPAI, TPP PKK Pusat, serta beberapa LSM yang telah bermitra dengan
Yayasan Unilever Indonesia, yaitu Padmaya-DI Yogyakarta, Spektra-Jawa Barat, dan Institute Civil Society Development (ICSD) Jawa Timur, Lifebuoy turut membantu
melakukan edukasi CTPS di 2400 Sekolah Dasar di tiga provinsi, Jawa Timur, Jawa Barat, dan DIY.
Turut berpartisipasi juga jaringan sekolah binaan Lifebuoy dengan 5.320 siswa SD di kota-kota Jakarta, Bandung, Sukabumi, dan Tangerang, serta jaringan 74 radio
swasta nasional di sejumlah kota lainnya di Indonesia. Inisiasi CTPS akan dilakukan Lifebuoy di sembilan kota besar di Indonesia, Jakarta, Bandung, Surabaya,
Yogyakarta, Medan, Makasar, Banjarmasin, Ambon, dan Jayapura.
Penyelenggaraan HCTPSS sangat penting bagi Indonesia mengingat kondisi kesehatan masyarakat pada umumnya masih sangat memprihatinkan. Tingginya tingkat
kematian dan kesakitan akibat penyakit-penyakit yang berkaitan dengan air, sanitasi, perilaku hidup bersih dan sehat, serta rendahnya kebiasaan cuci tangan pakai
sabun pada waktu-waktu yang penting.
Target perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun saat penting, di tahun 2009 ini diharapkan meningkat menjadi rata-rata 58 persen. Target ini merupakan target yang sangat
tinggi karena pada kenyataannya perilaku cuci tangan pakai sabun masih belum dibudidayakan di tingkat keluarga. Walaupun telah terbukti CTPS ini secara efektif
menurunkan angka kematian akibat diare, kolera, disentri, dan penyakit infeksi pencernaan lainnya sebesar 43-45 persen. Namun survei perilaku CTPS di Indonesia
terhadap 5 waktu penting CTPS menunjukkan hasil yang sangat rendah, yaitu 12 persen setelah ke jamban, 9 persen setelah membersihkan anak, 14 persen sebelum
makan, 7 persen sebelum memberi makan anak, dan hanya 6 persen sebelum menyiapkan makan, kata Kepala Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan
Abidinsyah Siregar.
Anak-anak adalah bagian dari komunitas yang paling bersemangat, antusias, dan terbuka terhadap ide-ide baru dan dapat bertindak sebagai agen perubahan
perilaku dengan cara memberikan edukasi cuci tangan pakai sabun.
Mulailah kita membiasakan perilaku cuci tangan pakai sabun pada lingkup terkecil masyarakat terlebih dahulu, pada diri sendiri, dan anak-anak kita. Mungkin
langkah ini dipandang terlalu sederhana namun sangat efektif dan dapat mencegah penyakit-penyakit yang membunuh jutaan anak setiap tahunnya, papar Brand
Ambassador Kampanye Lifebuoy Petisi untuk Indonesia Sehat Panji Pragiwaksono, saat konferensi pers yang sama.
Gerakan bersama Cuci Tangan Pakai Sabun pada waktu bersamaan dalam skala Nasional, diharapkan mendapat dukungan luas dan menjadi momentum penting
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya membudayakan cuci tangan dengan sabun terutama di saat-saat penting sebagai langkah preventif
yang termurah dan terbukti efektif menjaga kesehatan masyarakat, terutama anak-anak sebagai generasi penerus Indonesia, pungkas Senior Brand Manager
Lifebouy PT Unilever Indonesia, Tbk Erwin Cahaya Adi menutup acara.

Anda mungkin juga menyukai