Tujuan Pembelajaran:
1.Memahami
perbedaan
laba
komersial (akuntansi) dengan laba
fiskal
2.Menjelaskan pengertian perbedaan
permanen dan perbedaan temporer
3.Menjelaskan
perhitungan
pajak
terhutang
4.Menjelaskan pengertian kredit pajak
5.Memahami pajak akhir tahun (PPh
28 dan PPh 29)
Rekonsiliasi Fiskal
Adalah:
Proses
membuat
penyesuaian-penyesuaian
terhadap laporan keuagan komersial dengan
berdasarkan
ketentuan-ketentuan
perpajakan
sehingga diperoleh yang namanya laba fiskal
Tujuan:
Agar laporan keuangan komersial sebelum
datanya dimasukan dalam SPT tahunan PPh
terlebih dahulu disesuaikan dengan ketentuan
perpajakn yang berlaku
Jurnal
Buku Besar
Laba Rugi
Komersial
Rekonsilia
si Fiskal
Laba Rugi
Fiskal
Koreksi
Positif
Koreksi
Fiskal
Koreksi
Negatif
Beda
Waktu
PSAK 46
Beda
waktu
Beda
Tetap
Beda
Tetap
AKUNTANSI
KOMERSIAL
PSAK
AKUNTANSI
PAJAK
Rekonsiliasi
Fiskal
UU Pajak
Laporan
Keuangan
Fiskal
1. P E N G H A S I L A N
OBJEK PPh
DIPOTONG FINAL
PENGHASILAN
BUKAN OBJEK PPh
2. BIAYA
DEDUCTIBLE EXPENSE :
Penghasilan
Penghasilan
(income/revenue)
Objek PPh
Dikecualikan Sbg
Objek PPh Psl. 4 (1)
Huruf K
Psl. 4 (1)
Sesuai
UU
Objek PPh
Final
Psl. 4 (2)
Bukan Objek
PPh Psl. 4
(3)
Tidak
Sesuai UU
over
Koreksi
negatif
under
Koreksi
positif
Koreksi
negatif
Koreksi
negatif
Koreksi
negatif
Biaya / Beban
Beban
(cost/expense
)
Dapat
Dikurangkan
Tidak dapat
dikurangkan
Psl.6 (1)
Ps.9 (1)
Sesuai
UU
Tidak Sesuai
UU
over
under
Koreksi
positif
Koreksi
negatif
Koreksi
positif
BEDA
FISKAL
BEDA TETAP
(PERMANENT
DIFFERENCE)
BEDA SEMENTARA
(TEMPORARY
DIFFERENCE)
POSITIF
PENYESUAIAN
FISKAL
NEGATIF
9
Koreksi Positif
Keperluan
Perpajakan
Koreksi
Negatif
Koreksi Fiskal
Beda Waktu
Keperluan
Penerapan
PSAK 46
Beda
Permanen
KOREKSI FISKAL
Jenis Koreksi
Fiskal
Koreksi Positif
Lap.
Komersial
Penghasil
an
Biaya
Koreksi Negatif
VS
<
>
Penghasil
an
Biaya
>
<
Lap. Fiskal
Penghasil
an
Biaya
Penghasil
an
Biaya
11
Contoh:
a. Biaya yang dibebakan/dikeluarkan untuk kepentingan pribadi WP atau orang
yang menjadi tanggungannya
b. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi beasiswa yang dibayarkan oleh WP
c. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan
d. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan
e. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan
f. Pajak penghasilan
g. Gaji yang dibayarkan kepada pemilik
h. Sanksi administrasi
i. Selisih penyusutan/amortisasi komersial di ats penyusutan/ amortisasi fiskal
j. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
dikenakan Pajak Penghasilan Final dan penghasilan yang tidak termasuk Objek
Pajak
Contoh:
a. Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan Final dan penghasilan
yang tidak termasuk Objek Pajak tetapi termasuk dalam peredaran
usaha
b. Selisih penyusutan/amortisasi komersial dibawah penyusutan atau
amortisasi fiskal
Uraian
Akuntansi
Perpajakan
1.
Penentuan masa
manfaat
2.
Besaran nilai
perolehan
3.
Metode penyusutan
Metode
Metode
Metode
Metode
4.
5.
Penghitungan jumlah
bulan sejak saat
dimulainya
penyusutan
garis lurus
saldo menurun
satuan produksi
identifikasi khusus
Beda Tetap
(Permanent
Deferrence)
Rekonsiliasi
Fiskal
Beda Waktu
(Time
Deferrence)
Koreksi
Positif
Koreksi
Negatif
Koreksi
Positif
Koreksi
Negatif
AKUNTANSI
PAJAK
BEDA
I. Peredaran Usaha
1.1 Potongan Penjualan
Realisasi
Penyisihan
Realisasi
-
No
Temporer
Realisasi
Penyisihan
Realisasi
-
No
Temporer
Pendapatan
PPh Final
(2%, 3%, 4% atau 6%)
Tetap
Pendapatan
PPh Final
(1,2%*peredaran)
Tetap
Pendapatan
PPh Final
(2,64%*peredaran)
Tetap
Pendapatan
PPh Final
(0,44*ekspor)
Tetap
Pendapatan
PPh Final
(0,44*ekspor)
Tetap
22
AKUNTANSI
PAJAK
BEDA
Pendapatan
PPh Final
(0,25% / 0,3%)
Tetap
Pendapatan
PPh Final
Tetap
Pendapatan
PPh Final
(0,10% * H Jual)
Tetap
Pendapatan
PPh Final
(0,15%*H Bandrol)
Tetap
Harga Perolehan
COMWIL
Prosentase Laba Bruto
Harga Eceran
Harga Perolehan
-
No
Temporer
Temporer
Temporer
2.2 Metode
FIFO
Rata-rata
LIFO
FIFO
Rata-rata
-
No
No
Temporer
23
AKUNTANSI
PAJAK
BEDA
Pendapatan
(Equity Method)
Tetap
Pendapatan
PPh Final
(20%)
Tetap
Pendapatan
PPh Final
(0,1% x H Jual
Tetap
Pendapatan
Pendapatan
Pendapatan
Tetap
No
No
Pendapatan
Pendapatan
Tetap
Tetap
Pendapatan
Tetap
24
AKUNTANSI
PAJAK
BEDA
Pendapatan
PPh Final
(15% * bunga)
Tetap
Realisasi
Penyisihan
Realisasi
-
No
Temporer
Biaya
Undeductible
Tetap
Tunjangan PPh 21
Ditanggung Perush
Deductible
Undeductible
No
Tetap
- Umum
- Makan minum di
tempat kerja
- Berkaitan dg
pekerjaan
- Daerah terpencil
-Undeductible
-Deductible
Tetap
No
-Deductible
No
-Deductible
No
25
AKUNTANSI
PAJAK
BEDA
4.5 Sumbangan
Biaya
Undeductible
Tetap
4.6 Entertainment
Daftar Nominatif
Tdk Daftar Nominatif
Deductible
Undeductible
No
Tetap
4.7 Penyusutan
- Beda Metode
- Beda umur ekonomis
-Sesuai pajak
-Beda Metode
-Beda umur eko.
Deductible
Deductible
Deductible
No
Temporer
Temporer
Biaya
50% Undeductible
50% Deductible
Tetap
Undeductible
Deductible
Tetap
No
Penggantian
Tunj. Pengobatan
Cuma-Cuma
Deductible
Deductible
Undeductible
No
No
Tetap
Biaya
Biaya
Non Biaya
Undeductible
Undeductible
Deductible
Temporer
Temporer
Temporer
Tidak dirinci
Dirinci
Undeductible
Deductible
Tetap
No
26
KOMPENSASI KERUGIAN
27
KOMPENSASI KERUGIAN
KOMPENSASI KERUGIAN
5 (LIMA) TAHUN
CONTOH
Rp 200.000.000.Rp 300.000.000.NIHIL
Rp 100.000.000.RP 800.000.000.28
(Rp
(Rp
(Rp
NIHIL
29
30
KREDIT PAJAK
DAN
TARIF PPh BADAN
KREDIT PAJAK
Kredit Pajak adalah:
Pengurang PPh terutang yang merupakan rincian kredit PPh
yang dipotong/dipungut pihak lain tidak termasuk bersifat final dan
dikenakan pajak tersendiri serta rincian penghasilan neto dari luar
negeri yang diterima WP sendiri, isteri dan anak-anak angkat yang
belum dewasa dalam Tahun Pajak yang bersangkutan, kecuali istri
yang telah hidup berpisah atau yang mengadakan perjanjian
pemisahan harta dan penghasilan.
Dasar:
- UU PPh Pasal 24
- UU PPh pasal 28
- PP Nomor 42 tahun 1995 jo. PP Nomor 25 tahun 2001
Terdiri dari:
1.PPh yang ditanggung pemerintah
2.PPh yang dipotong/dipungut oleh pihak
lain dalam negeri meliputi PPh Pasal 21,
PPh Pasal 22, PPh pasal 23
3.PPh Pasal 24 sebagai kredit pajak luar
negeri
PENJELASAN
1. PPh yang ditanggung pemerintah
Pembahasan PPh yang ditanggung pemerintah
adalah jumlah PPh yang ditanggung pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri
Keuangan No.43/PMK.03/2009
2. PPh Pasal 21
Kredit PPh asal 21 adalah jumlah PPh yang telah
dipotong oleh pemotong pajak PPh Pasal 21
dalam tahun pajak yang bersangkutan, baik
terhadap WP sendiri maupun terhadap istri WP
yang bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja,
dan anak/ anak angkat yang belum dewasa
Dalam hal WP Orang Pribadi luar negeri berubah
status menjadi WP dalam negeri, PPh Pasal 26
yang telah dipotong disamakan dengan kredit
3. PPh Pasal 22
Kredit Pajak PPh Pasalm 22 adalah jumlah PPh yang telah
dipungut dalam tahun Pajak yang bersangkutan oleh:
a. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea Cukai, atas impor
barang;
b. Direktorat jenderal Anggaran, Bendaharawan Pemerintah baik
tingkat pusat maupun daerah, BUMD dan BUMN, yang
melakukan pembayaran atas pembelian barang dari belanja
negra atu belanja daerah;
c. Badan Usaha yang bergerak di bidang industri semen,industri
kertas, industri baja dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh
Kepala Kantor Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil
produksinya dalam negeri;
d. Pertamina atas penjualan hasil produksi berupa premium,
solar, pelumas, minyak tanah, dan gas LPG kepada pembeli
yang bukan sebagai penyalur/agen/dealer
e. Bulog atas penyerahan gula pasir dan tepung terigu kepada
pembeli yang bukan penyalur/grosir.
4. PPh Pasal 23
Kredit Pajak PPh Pasal 23 adalah jumlah PPh yang telah
dipotong dalam Tahun Pajak yang bersangkutan oleh
pemotong PPh Pasal 23 atas penghasilan berupa dividen,
royalti, hadiah dan penghargaan, sewa, imbalan atas jasa
teknik, jasa manajemen, jasa konsultan, dan jasa lain yang
ditentukan Direktorat Jenderal Pajak, kecuali PPh yang
bersifat final.
5. PPh Pasal 24
Kredit Pajak PPh Pasal 24 adalah jumlah pajak yang
dibayar/dipotong/terutang di luar negeri atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh di luar negeri dalam tahun
yang
bersangkutan,
sebesar
PPh
yang
dibayar/dipotong/terutang di luar negeri tetapi tidak bolah
melebihi perhitungan pajak yang terutang berdasarkan UU
PPh.
Contoh perhitungan:
Pajak yang telah dilunasi dalam tahun berjalan, baik yang dibayar
sendiri oleh Wajib Pajak ataupun yang dipotong serta dipungut oleh
pihak lain, dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang pada
akhir tahunyang bersangkutan.
Pajak penghasilan yang terutang
Rp 80.000.000,00
Kredit pajak:
Pemotong pajak dari pekerjaan (Pasal 21)
Rp 5.000.000,00
Pemungut pajak oleh pihak lain (Pasal 22)
Rp 10.000.000,00
Pemotong pajak dari modal (Pasal 23)
Rp
5.000.000,00
Kredit pajak luar negeri (Pasal 24)
Rp 15.000.000,00
Dibayar sendiri oleh Wajib Pajak (Pasal 25)
Rp 10.000.000,00
(+)
Jumlah pajak penghasilan yang dapat dikreditkan Rp
45.000.000,00 (-)
Pajak penghasilan yang masih harus dibayar
35.000.000,00
Rp
Luar Negeri
Pembayaran ke Luar
Negeri
Pasal 24
Pasal 26
Indonesia
WAJIB PAJAK
BADAN
Pasal 23
Pasal 6
UU PPh Pasal
Pasal 23
xxx
(xxx)
xxx
xxx
xxx
xxx
(xxx)
xxx
Pasal 4
Pasal 9
Pasal 17
Pasal 29
Komersial Fiskal
Penghasilan
xxx
xxx
Biaya ( dan bukan biaya)
(xxx)(xxx)
Laba/Penghasilan netto
xxx
xxx
Kompensasi rugi tahun sebelumnya
(xxx) Penghasilan
kena pajak (PKP)
xxx
PPh terhutang (PKP x Tarif)
xxx
Kredit Pajak :
- PPh 22/23/24/25
(xxx)
Kurang (lebih) bayar
xxx
LAM
A
BAR
U
Lapisan Penghasilan
Kena Pajak
Tarif
10%
15%
30%
Tarif Tunggal
Tahun 2009 :
UU PPh Pasal
28%
25%
Kiranya
cukup sekian
Terima Kasih
atas perhatiannya
42