Anda di halaman 1dari 42

REKONSILIASI FISKAL

Tujuan Pembelajaran:
1.Memahami
perbedaan
laba
komersial (akuntansi) dengan laba
fiskal
2.Menjelaskan pengertian perbedaan
permanen dan perbedaan temporer
3.Menjelaskan
perhitungan
pajak
terhutang
4.Menjelaskan pengertian kredit pajak
5.Memahami pajak akhir tahun (PPh
28 dan PPh 29)

Rekonsiliasi Fiskal
Adalah:
Proses
membuat
penyesuaian-penyesuaian
terhadap laporan keuagan komersial dengan
berdasarkan
ketentuan-ketentuan
perpajakan
sehingga diperoleh yang namanya laba fiskal
Tujuan:
Agar laporan keuangan komersial sebelum
datanya dimasukan dalam SPT tahunan PPh
terlebih dahulu disesuaikan dengan ketentuan
perpajakn yang berlaku

Skema Rekonsiliasi Fiskal


Dokumen
Sumber

Jurnal

Buku Besar

Laba Rugi
Komersial

Rekonsilia
si Fiskal

Laba Rugi
Fiskal

Koreksi
Positif

Koreksi
Fiskal

Koreksi
Negatif

Beda
Waktu

PSAK 46

Beda
waktu

Beda
Tetap

Beda
Tetap

AKUNTANSI
KOMERSIAL

PSAK

L/R, Neraca, Arus


Kas, Perubahan
Ekuitas, CALK

AKUNTANSI
PAJAK

Rekonsiliasi
Fiskal

UU Pajak

Laporan
Keuangan
Fiskal

HAL-HAL YANG PERLU DILAKUKAN DIPERHATIKAN DALAM


REKONSILIASI FISKAL
OBJEK PPh TIDAK
BERSIFAT FINAL

1. P E N G H A S I L A N

OBJEK PPh
DIPOTONG FINAL
PENGHASILAN
BUKAN OBJEK PPh

2. BIAYA

DEDUCTIBLE EXPENSE :

DAPAT DIJADIKAN PENGURANG PENGHASILAN BRUTO

NON DEDUCTIBLE EXPENSE :

TIDAK DAPAT DIJADIKAN PENGURANG PENGHASILAN


BRUTO
6

Penghasilan
Penghasilan
(income/revenue)

Objek PPh

Dikecualikan Sbg
Objek PPh Psl. 4 (1)
Huruf K

Psl. 4 (1)

Sesuai
UU

Objek PPh
Final
Psl. 4 (2)

Bukan Objek
PPh Psl. 4
(3)

Tidak
Sesuai UU

over

Koreksi
negatif

under

Koreksi
positif

Koreksi
negatif

Koreksi
negatif

Koreksi
negatif

Biaya / Beban
Beban
(cost/expense
)

Dapat
Dikurangkan

Tidak dapat
dikurangkan

Psl.6 (1)

Ps.9 (1)

Sesuai
UU

Tidak Sesuai
UU
over

under

Koreksi
positif

Koreksi
negatif

Koreksi
positif

ISTILAH DALAM REKONSILIASI FISKAL

BEDA
FISKAL

BEDA TETAP
(PERMANENT
DIFFERENCE)
BEDA SEMENTARA
(TEMPORARY
DIFFERENCE)

POSITIF
PENYESUAIAN
FISKAL

NEGATIF
9

Koreksi Positif
Keperluan
Perpajakan
Koreksi
Negatif
Koreksi Fiskal
Beda Waktu
Keperluan
Penerapan
PSAK 46
Beda
Permanen

KOREKSI FISKAL

Jenis Koreksi
Fiskal

Koreksi Positif

Lap.
Komersial

Penghasil
an
Biaya

Koreksi Negatif

VS

<
>

Penghasil
an
Biaya

>
<

Lap. Fiskal

Penghasil
an
Biaya

Penghasil
an
Biaya

11

Koreksi Fiskal Positif


Menyebabkan

Bertambahnya jumlah pajak penghasilan terutang

Contoh:
a. Biaya yang dibebakan/dikeluarkan untuk kepentingan pribadi WP atau orang
yang menjadi tanggungannya
b. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi beasiswa yang dibayarkan oleh WP
c. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan
d. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan
e. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan
f. Pajak penghasilan
g. Gaji yang dibayarkan kepada pemilik
h. Sanksi administrasi
i. Selisih penyusutan/amortisasi komersial di ats penyusutan/ amortisasi fiskal
j. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
dikenakan Pajak Penghasilan Final dan penghasilan yang tidak termasuk Objek
Pajak

Koreksi Fiskal Negatif


Menyebabkan

Berkurangnya jumlah pajak penghasilan terutang

Contoh:
a. Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan Final dan penghasilan
yang tidak termasuk Objek Pajak tetapi termasuk dalam peredaran
usaha
b. Selisih penyusutan/amortisasi komersial dibawah penyusutan atau
amortisasi fiskal

Beda Tetap dan Beda


Sementara

BEDA TETAP (Permanent Different) :


Perbedaan antara laba akuntansi dan
penghasilan kena pajak yang disebabkan
ketentuan
perpajakan
dan
tidak
akan
menimbulkan permasalahan akuntansi serta
tidak memberikan pengaruh terhadap kewajiban
perpajakan masa mendatang.
- Penghasilan yang telah dipotong PPh final
- Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
- Pengeluaran
yang
termasuk
dalan
non
deductible expense (pasal 9 ayat 1 UU PPh) dan
tidak termasuk dalam deductible expense
(pasal 6 ayat 1 UU PPh)

BEDA SEMENTARA (Temporary Different)


Perbedaan antara laba akuntansi dan
penghasilan kena pajak yang disebabkan
oleh ketentuan perpajakan dan memberikan
pengaruh di masa mendatang dalam jangka
waktu tertentu sehingga pengaruh terhadap
laba akuntansi dan penghasilan kena pajak
akhirnya menjadi sama.
- Penyisihan / Akrual dan Realisasi
- Penyusutan
- Amortisasi
- Kompensasi rugi
- Rugi Laba
selisih kurs

Nelly Nur Apandi

Nelly Nur Apandi

Nelly Nur Apandi

PERBEDAAN TEMPORER YANG BOLEH


DIKURANGKAN
Contoh:
a) Beban piutang tak tertagih
Secara komersial: metode pencadangan
Secara fiskal: PMK No. 105/PMK.03/2009 tanggal 10 Juni 2009
b) Beban pesangon
Secara komersial: metode pencadangan
Secara fiskal: pada saat pembayaran pesangon
c) Beban penyusutan:
Perbedaan timbul mungkin karena beda penggunaan metode penyusutan
atau umur manfaat ekonomis. Penyusutan fiskal harus mengacu ke
PMK No. 96/PMK.03/2009 tanggal 15 Mei 2009.
d) Lainnya: pembentukan atau pemupukan dana cadangan tidak boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto (non deductible expense) kecuali: yang
sesuai dengan PMK No. 81/PMK.03/2009 tanggal 22 April 2009.

PERBEDAAN TEMPORER YANG BOLEH


DIKURANGKAN
No

Uraian

Akuntansi

Perpajakan

1.

Penentuan masa
manfaat

Tergantung pada justifikasi


manajemen

Sudah diatur dalam Keputusan Menteri


Keuangan secara kaku

2.

Besaran nilai
perolehan

Mengenal prinsip materialitas,


bila tidak material bisa
dibebankan sekaligus sebagai
biaya

Tidak mengenal prinsip materialitas. Bila


memiliki masa manfaat lebih dari 1 (satu)
tahun harus dibebankan melalui
penyusutan sesuai Keputusan Menteri
Keuangan

3.

Metode penyusutan

Metode
Metode
Metode
Metode

Kelompok bangunan harus menggunakan


metode garis lurus,
Kelompok selain bangunan boleh memilih
antara metode garis lurus atau saldo
menurun

4.

Aset yang boleh


disusutkan

Semua aset tetap yang dimiliki


badan usaha, kecuali tanah.

Hanya aset yang dimiliki dan digunakan


untuk memelihara (3M) penghasilan yang
merupakan obyek pajak tidak final

5.

Penghitungan jumlah
bulan sejak saat
dimulainya
penyusutan

Jumlah bulan dapat dibulatkan


ke atas atau ke bawah.
Misalnya pembelian di atas
tanggal 15 dibulatkan ke
bawah dan belum diakui
penyusutannya

Jumlah bulan selalu dibulatkan ke atas,


walaupun dibeli di atas tanggal 15 setiap
bulannya.

garis lurus
saldo menurun
satuan produksi
identifikasi khusus

Koreksi Positif & Koreksi Negatif

Beda Tetap
(Permanent
Deferrence)

Rekonsiliasi
Fiskal
Beda Waktu
(Time
Deferrence)

Koreksi
Positif

Laba fiskal bertambah

Koreksi
Negatif

Laba fiskal berkurang

Koreksi
Positif

Laba fiskal bertambah

Koreksi
Negatif

Laba fiskal berkurang

Rugi Fiskal berkurang

Rugi Fiskal bertambah


Rugi Fiskal berkurang

Rugi Fiskal bertambah

JENIS-JENIS KOREKSI FISKAL


PERKIRAAN

AKUNTANSI

PAJAK

BEDA

I. Peredaran Usaha
1.1 Potongan Penjualan

Realisasi
Penyisihan

Realisasi
-

No
Temporer

1.2 Retur Penjualan

Realisasi
Penyisihan

Realisasi
-

No
Temporer

1.3 Jasa Konstruksi oleh Pengusaha Kecil

Pendapatan

PPh Final
(2%, 3%, 4% atau 6%)

Tetap

1.4 Penghasilan Perusahaan


Pelayaran DN

Pendapatan

PPh Final
(1,2%*peredaran)

Tetap

1.5 Penghasilan Perusahaan


Pelayaran/Penerbangan LN

Pendapatan

PPh Final
(2,64%*peredaran)

Tetap

1.6 Penghasilan BUT Perwakilan


Dagang Asing

Pendapatan

PPh Final
(0,44*ekspor)

Tetap

1.7 Penghasilan BUT Perwakilan


Dagang Asing

Pendapatan

PPh Final
(0,44*ekspor)

Tetap

22

JENIS-JENIS KOREKSI FISKAL


PERKIRAAN

AKUNTANSI

PAJAK

BEDA

1.8 Penghasilan atas distributor


produk Pertamina dan Premix

Pendapatan

PPh Final
(0,25% / 0,3%)

Tetap

1.9 Penghasilan atas penyalur gula


pasir dan tepung terigu Bulog

Pendapatan

PPh Final

Tetap

1.10 Penghasilan sebagai Distributor


Kertas

Pendapatan

PPh Final
(0,10% * H Jual)

Tetap

1.11 Penghasilan atas Distributor


Industri Rokok DN

Pendapatan

PPh Final
(0,15%*H Bandrol)

Tetap

2.1 Penilaian Persediaan

Harga Perolehan
COMWIL
Prosentase Laba Bruto
Harga Eceran

Harga Perolehan
-

No
Temporer
Temporer
Temporer

2.2 Metode

FIFO
Rata-rata
LIFO

FIFO
Rata-rata
-

No
No
Temporer

II. Harga Pokok Penjualan

23

JENIS-JENIS KOREKSI FISKAL


PERKIRAAN

AKUNTANSI

PAJAK

BEDA

3.1 Deviden dari Penyertaan DN


(minimal 25% dan ada usaha lain)

Pendapatan
(Equity Method)

Bukan Obyek Pajak

Tetap

3.2 Bunga Deposito dan Tabungan


(termasuk Jasa Giro dan SBI)

Pendapatan

PPh Final
(20%)

Tetap

3.3 Keuntungan Penjualan Saham di


Bursa Efek Indonesia

Pendapatan

PPh Final
(0,1% x H Jual

Tetap

3.4 Keuntungan pengalihan tanah dan


bangunan:
- oleh orang pribadi dan yayasan
- oleh badan (bukan usaha pokok)
- oleh badan (usaha pokok)

Pendapatan
Pendapatan
Pendapatan

PPh Final (5%)


PPh 25 (5%)
PPh 23

Tetap
No
No

3.5 Penghasilan Sewa


- Badan
- Orang Pribadi

Pendapatan
Pendapatan

PPh Final (10%)


PPh Final (10%)

Tetap
Tetap

3.6 Penghasilan dari Hadiah atas Undian

Pendapatan

PPh Final (25%)

Tetap

III. Penghasilan Di Luar Usaha

24

JENIS-JENIS KOREKSI FISKAL


PERKIRAAN

AKUNTANSI

PAJAK

BEDA

3.7 Bunga atau diskonto Obligasi yang


diperdagangkan di Bursa Efek

Pendapatan

PPh Final
(15% * bunga)

Tetap

4.1 Biaya yang dipergunakan untuk


mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan yang merupakan Obyek Pajak

Realisasi
Penyisihan

Realisasi
-

No
Temporer

4.2 Biaya yang dipergunakan untuk


mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan yang bukan
merupakan Obyek Pajak

Biaya

Undeductible

Tetap

4.3 PPh pasal 21 (karyawan)

Tunjangan PPh 21
Ditanggung Perush

Deductible
Undeductible

No
Tetap

4.4 Pemberian kenikmatan dalam bentuk


natura

- Umum
- Makan minum di
tempat kerja
- Berkaitan dg
pekerjaan
- Daerah terpencil

-Undeductible
-Deductible

Tetap
No

-Deductible

No

-Deductible

No

IV. Beban Usaha

25

JENIS-JENIS KOREKSI FISKAL


PERKIRAAN

AKUNTANSI

PAJAK

BEDA

4.5 Sumbangan

Biaya

Undeductible

Tetap

4.6 Entertainment

Daftar Nominatif
Tdk Daftar Nominatif

Deductible
Undeductible

No
Tetap

4.7 Penyusutan
- Beda Metode
- Beda umur ekonomis

-Sesuai pajak
-Beda Metode
-Beda umur eko.

Deductible
Deductible
Deductible

No
Temporer
Temporer

4.8 Kendaraan dibawa pulang

Biaya

50% Undeductible
50% Deductible

Tetap

4.9 Sewa rumah karyawan

Tidak diberi tunjangan


Diberi tunjangan

Undeductible
Deductible

Tetap
No

4.10 Biaya pengobatan

Penggantian
Tunj. Pengobatan
Cuma-Cuma

Deductible
Deductible
Undeductible

No
No
Tetap

Biaya
Biaya
Non Biaya

Undeductible
Undeductible
Deductible

Temporer
Temporer
Temporer

Tidak dirinci
Dirinci

Undeductible
Deductible

Tetap
No

4.11 SGU dengan hak opsi


Penyusutan aktiva SGU
Bunga SGU
Jumlah Pembayaran

4.12 Biaya lain-lain

26

KOMPENSASI KERUGIAN

KERUGIAN DAPAT DIKOMPENSASIKAN DENGAN


PENGHASILAN MULAI TAHUN PAJAK BERIKUTNYA
BERTURUT-TURUT SAMPAI DENGAN 5 (LIMA) TAHUN
PENANAMAN MODAL DI BIDANG USAHA PERKEBUNAN
TANAMAN KERAS DAN PERTAMBANGAN, DI DAERAH
TERPENCIL, KOMPENSASI KERUGIAN PALING LAMA 10
TAHUN
PENANAMAN MODAL DI BIDANG USAHA PERKEBUNAN
TANAMAN KERAS DAN PERTAMBANGAN DI LUAR DAERAH
TERPENCIL, KOMPENSASI KERUGIAN DIBERIKAN PALING
LAMA 8 TAHUN
Kerugian yang diakibatkan karena penghasilan
yang telah dikenakan pajak final, tidak dapat
dikompensasikan ke tahun pajak berikutnya

Pasal 6 ayat (2) dan PP 34 Tahun 1994

27

KOMPENSASI KERUGIAN
KOMPENSASI KERUGIAN

5 (LIMA) TAHUN

CONTOH

PT.A TAHUN 2009 MENDERITA KERUGIAN FISKAL SEBESAR


Rp 1.200.000.000.- DALAM 5 TAHUN BERIKUTNYA RUGILABA FISKAL PT A. MENGGAMBARKAN SEBAGAI BERIKUT:
2010 : LABA FISKAL
2011 : RUGI FISKAL
2012 : LABA FISKAL
2013 : LABA FISKAL
2014 : LABA FISKAL

Rp 200.000.000.Rp 300.000.000.NIHIL
Rp 100.000.000.RP 800.000.000.28

KOMPENSASI KERUGIAN DILAKUKAN


Sbb:
RUGI FISKAL TAHUN 2009 (Rp
1.200.000.000.)
LABA FISKAL TAHUN 2010 Rp
200.000.000.(+)
SISA RUGI FISKAL TH 2009
1.000.000.000.)
RUGI FISKAL TAHUN 2011
300.000.000.)

(Rp
(Rp

SISA RUGI FISKAL TH 2009 (Rp


1.000.000.000.)
LABA FISKAL TAHUN 2012
Rp
(+)
SISA RUGI FISKAL TH 2009

(Rp

NIHIL

29

- SISA RUGI FISKAL TAHUN 2009 Rp 100.000.000.


YANG MASIH TERSISA PADA AKHIR TH 2014,
TIDAK BOLEH DIKOMPENSASIKAN DGN LABA FISKAL
TAHUN 2015. SEDANGKAN :
- RUGI FISKAL TAHUN 2011 Rp 300.000.000.HANYA DIKOMPENSASIKAN DENGAN LABA FISKAL
TAHUN 2015 DAN TAHUN 2016, KARENA JANGKA
WAKTU LIMA TAHUN DIMULAI SEJAK TAHUN 2012
DAN BERAKHIR TH 2016.
PASAL 6 Ayat (2)

30

KREDIT PAJAK
DAN
TARIF PPh BADAN

KREDIT PAJAK
Kredit Pajak adalah:
Pengurang PPh terutang yang merupakan rincian kredit PPh
yang dipotong/dipungut pihak lain tidak termasuk bersifat final dan
dikenakan pajak tersendiri serta rincian penghasilan neto dari luar
negeri yang diterima WP sendiri, isteri dan anak-anak angkat yang
belum dewasa dalam Tahun Pajak yang bersangkutan, kecuali istri
yang telah hidup berpisah atau yang mengadakan perjanjian
pemisahan harta dan penghasilan.
Dasar:
- UU PPh Pasal 24
- UU PPh pasal 28
- PP Nomor 42 tahun 1995 jo. PP Nomor 25 tahun 2001

Terdiri dari:
1.PPh yang ditanggung pemerintah
2.PPh yang dipotong/dipungut oleh pihak
lain dalam negeri meliputi PPh Pasal 21,
PPh Pasal 22, PPh pasal 23
3.PPh Pasal 24 sebagai kredit pajak luar
negeri

PENJELASAN
1. PPh yang ditanggung pemerintah
Pembahasan PPh yang ditanggung pemerintah
adalah jumlah PPh yang ditanggung pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri
Keuangan No.43/PMK.03/2009
2. PPh Pasal 21
Kredit PPh asal 21 adalah jumlah PPh yang telah
dipotong oleh pemotong pajak PPh Pasal 21
dalam tahun pajak yang bersangkutan, baik
terhadap WP sendiri maupun terhadap istri WP
yang bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja,
dan anak/ anak angkat yang belum dewasa
Dalam hal WP Orang Pribadi luar negeri berubah
status menjadi WP dalam negeri, PPh Pasal 26
yang telah dipotong disamakan dengan kredit

3. PPh Pasal 22
Kredit Pajak PPh Pasalm 22 adalah jumlah PPh yang telah
dipungut dalam tahun Pajak yang bersangkutan oleh:
a. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea Cukai, atas impor
barang;
b. Direktorat jenderal Anggaran, Bendaharawan Pemerintah baik
tingkat pusat maupun daerah, BUMD dan BUMN, yang
melakukan pembayaran atas pembelian barang dari belanja
negra atu belanja daerah;
c. Badan Usaha yang bergerak di bidang industri semen,industri
kertas, industri baja dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh
Kepala Kantor Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil
produksinya dalam negeri;
d. Pertamina atas penjualan hasil produksi berupa premium,
solar, pelumas, minyak tanah, dan gas LPG kepada pembeli
yang bukan sebagai penyalur/agen/dealer
e. Bulog atas penyerahan gula pasir dan tepung terigu kepada
pembeli yang bukan penyalur/grosir.

4. PPh Pasal 23
Kredit Pajak PPh Pasal 23 adalah jumlah PPh yang telah
dipotong dalam Tahun Pajak yang bersangkutan oleh
pemotong PPh Pasal 23 atas penghasilan berupa dividen,
royalti, hadiah dan penghargaan, sewa, imbalan atas jasa
teknik, jasa manajemen, jasa konsultan, dan jasa lain yang
ditentukan Direktorat Jenderal Pajak, kecuali PPh yang
bersifat final.
5. PPh Pasal 24
Kredit Pajak PPh Pasal 24 adalah jumlah pajak yang
dibayar/dipotong/terutang di luar negeri atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh di luar negeri dalam tahun
yang
bersangkutan,
sebesar
PPh
yang
dibayar/dipotong/terutang di luar negeri tetapi tidak bolah
melebihi perhitungan pajak yang terutang berdasarkan UU
PPh.

Contoh perhitungan:
Pajak yang telah dilunasi dalam tahun berjalan, baik yang dibayar
sendiri oleh Wajib Pajak ataupun yang dipotong serta dipungut oleh
pihak lain, dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang pada
akhir tahunyang bersangkutan.
Pajak penghasilan yang terutang
Rp 80.000.000,00
Kredit pajak:
Pemotong pajak dari pekerjaan (Pasal 21)
Rp 5.000.000,00
Pemungut pajak oleh pihak lain (Pasal 22)
Rp 10.000.000,00
Pemotong pajak dari modal (Pasal 23)
Rp
5.000.000,00
Kredit pajak luar negeri (Pasal 24)
Rp 15.000.000,00
Dibayar sendiri oleh Wajib Pajak (Pasal 25)
Rp 10.000.000,00
(+)
Jumlah pajak penghasilan yang dapat dikreditkan Rp
45.000.000,00 (-)
Pajak penghasilan yang masih harus dibayar
35.000.000,00

Rp

PPh Pasal 28A (Lebih Bayar)


Apabila pajak yang terutang untuk satu tahun pajak ternyata lebih
kecil dari jumlah kredit pajak, maka setelah dilakukan pemeriksaan,
kelebihan pembayaran pajak dikembalikan setelah diperhitungan
dengan utang pajak berikut sanksi-sanksinya.
PPh Pasal 29 (Kurang bayar)
Apabila pajak yang terutang untuk satu tahun pajak ternyata lebih
besar dari kredit pajak, kekurangan pembayaran pajak yang
terutang harus dilunasi sebelum Surat Pemberitahuna Tahunan
Pajak Penghasilan disampaikan

BAGAN PAJAK PENGHASILAN (PPH BADAN)


Pembayaran dari Luar Negeri

Luar Negeri

Pembayaran ke Luar
Negeri

Pasal 24

Pasal 26

Indonesia

WAJIB PAJAK
BADAN

Pasal 23

Pasal 6

Pasal 22, 23,


24, 25

Laporan Laba / Rugi


Penghasilan
Biaya
Laba
Koreksi Fiskal
Penghasilan Kena Pajak
Pajak Terutang
Pajak dibayar dimuka
Pajak yang harus dibayar

UU PPh Pasal

Pasal 23

xxx
(xxx)
xxx
xxx
xxx
xxx
(xxx)
xxx

Pasal 4

Pasal 9
Pasal 17
Pasal 29

PERHITUNGAN PPH SECARA UMUM

Komersial Fiskal
Penghasilan
xxx
xxx
Biaya ( dan bukan biaya)
(xxx)(xxx)
Laba/Penghasilan netto
xxx
xxx
Kompensasi rugi tahun sebelumnya
(xxx) Penghasilan
kena pajak (PKP)
xxx
PPh terhutang (PKP x Tarif)
xxx
Kredit Pajak :
- PPh 22/23/24/25
(xxx)
Kurang (lebih) bayar
xxx

Penyesuaian Dilakukan dengan


Rekonsiliasi Fiskal
UU PPh Pasal

TARIF PPH BADAN

LAM
A

BAR
U

Lapisan Penghasilan
Kena Pajak

Tarif

> 0 juta 50 juta

10%

> Rp 50 juta Rp 100


juta

15%

> Rp 100 juta

30%

Tarif Tunggal

Tahun 2009 :

Tahun 2010 &


Setelahnya :

UU PPh Pasal

28%
25%

Kiranya
cukup sekian

Terima Kasih
atas perhatiannya
42

Anda mungkin juga menyukai