Ileus Pre Dan Post
Ileus Pre Dan Post
ANATOMI
Usus Halus: Usus halus berbentuk tubuler, dengan
panjang 6 meter pada orang dewasa, yang terbagi atas
tiga segmen yaitu duodenum, jejunum, dan ileum.
Usus Besar: Usus besar terdiri atas segmen awal
(sekum), dan kolon asendens, tranversum, desenden,
sigmoid, rectum, dan anus.
FISIOLOGI
Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorbsi
nutrisi, air, elektrolit dan mineral. Proses pencernaan dimulai dari dalam
mulut dan lambung oleh kerja ptyalin, asam klorida dan pepsin terhadap
makana yang masuk. Proses dilanjutkan di dalam duodenum terutama oleh
kerja enzim-enzim pancreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak dan
protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam
sekret pancreas membantu menetralkan asam dan memberikan pH optimal
untuk kerja enzim-enzim.
DEFINISI
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik
yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja
atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan
penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut
menyebabkan pasase lumen usus terganggu. (Nobie, 2011)
dapat disimpulkan bahwa ileus obstruktif adalah sumbatan
total atau parsial yang menghalangi aliran normal melalui
saluran pencernaan atau gangguan usus disepanjang usus.
ETIOLOGI
KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya ileus obstruktif dibedakan menjadi
tiga kelompok (Yates, 2004):
a. Lesi-lesi intraluminal, misalnya fekalit, benda asing, bezoar,
batu empedu.
b. Lesi-lesi intramural, misalnya malignansi atau inflamasi.
c. Lesi-lesi ekstramural, misalnya adhesi, hernia, volvulus atau
intususepsi.
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Nyeri perut sering digambarkan sebagai kram perut dan sifatnya intermiten
(berkala/ hilang timbul) merupakan gejala yang paling menonjol pada
obstruksi sederhana.
Biasanya rasa sakit yang terjadi dalam jangka waktu yang lebih singkat dan
nyeri kolik disertai dengan muntah menandakan obstruksi ileus bagian
proksimal.
nyeri yang lama (beberapa hari), bersifat progresif, dan disertai dengan
distensi abdomen merupakan gejala khas pada obstruksi letaknya lebih distal.
Perubahan karakter nyeri dapat menunjukan perkembangan komplikasi yang
lebih serius misalnya nyeri yang menetap pada abdomen yang menandakan
adaya strangulasi atau tanda iskemik.
KOMPLIKASI
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
PENATALAKSANAAN
Pasien dengan obstruksi intestinal biasanya mengalami dehidrasi
dan kekurangan Natrium, Khlorida dan Kalium yang membutuhkan
penggantian cairan intravena dengan cairan salin isotonic seperti
Ringer Laktat.
Urin harus di monitor dengan pemasangan Foley Kateter.
Pemeriksaan elektrolit serial, seperti halnya hematokrit dan leukosit,
dilakukan untuk menilai kekurangan cairan.
Antibiotik spektrum luas diberikan untuk profilaksis atas dasar
temuan adanya translokasi bakteri.
Dekompresi Pada pemberian resusitasi cairan intravena, hal lain
yang juga penting untuk dilakukan ialah pemasangan nasogastric
tube.
Terapi Operatif
Mekanis
(perlengketan, neoplasma,
hernia, benda asing struktur)
Non mekanik
(manipulasi organ abdomen,
peritonitis, sepsis dll)
PATOFISIOLOGI
Ventilasi paru
terganggu akibat
tekanan pada
diafragma
Distensi usus
Peningkatan
tekanan
intralumen
Obstruksi komplit
Gelombang paristaltik
berbalik arah, isi usus
terdorong ke mulut
Iskemik
dinding usus
Menekan vesika
urinaria
Resistensi
urin
usus
Polanafas
tidak
efektif
Mual - Muntah
Nekrosis
a. Syok hipovolemik
b. Penurunan curah jantung
c. Penurunan perfusi jaringan
d. Hipotensi
e. Asidosis metabolik
Alkalosis
metabolik
Asidosisis Metabolik
Dehidrasi
usus
Kehilangan ion
H dan K dari
lambung,
penurunan CL
dan K dalam
darah
Rupture
Gg. Pola
eliminasi
urin
Perforasi
Resiko kekurangan
volume cairan
usus
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
Pelepasan bakteri
dan toksik dari
usus yang nekrotik
ke dalam
peritoneum dan
sirkulasi systemik
Peritonitis
septikemia
Gg. Rasa
nyaman : Nyeri
usus
Resiki tinggi
penyebaran
infeksi
usus
ASUHAN KEPERAWATAN
Pre operasi
Pengkajian
1. Status kesehatan fisik secara umum meliputi identitas klien, riwayat penyakit,
riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap., antara lain status
hemodinamika, status kerdiovaskuler, status pernapasan, fungsi ginjal dan
hepatic, fungsi endokrin, fungsi imonologi, dan lain-lain.
2. Status nutrisi
3. Keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Kebersihan lambung dan kolon
5. Pencukuran daerah operasi
6. Personal hygiene
7. Pengosongan kandung kemih
Diagnosa Keperawatan
Kurang pengetahuan berhubungan dengan prosedur tindakan
pembedahan.
Kecemasan berhubungan dengan tindakan operatif
Intervensi
Setelah diberikan penjelasan selama 1x 2 jam tentang penyakit, pasien mengerti proses penyakitnya dan
program perawatan serta therapy yang diberikan.
Kriteria hasil:
Teaching: preoperative
Informasikan klien waktu pelaksanaan prosedur operasi.
Informasikan klien lama waktu pelaksanaan prosedur operasi.
Jelaskan tujuan prosedur operasi
Jelaskan hal-hal yang perlu dilakukan setelah prosedur.
Pastikan persetujuan operasi telah ditandatangani.
Lengkapi ceklist operasi.
Intra Operasi
Pengkajian
Diruang penerimaan perawat sirkulasi :
Memvalidasi identitas klien
Memvalidasi inform concent.
Perawat menanyakan :
Riwayat alergi.
Check riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
Check pengobatan sebelumnya : therapy antikoagulasi.
Check adanya gigi palsu, contact lensa, perhiasan, wigs dilepas.
Keterisasi.
Diagnose keperawatan
Resiko infeksi berhubungan dengan factor resiko
prosedur invasiif, pembedahan, infus
Resiko hipotermi berhubungan dengan factor resiko
berada diruangan yang dingin
Resiko cidera berhubungan dengan factor resiko
gangguan persepsi sensori karena anastesi.
Intervensi Keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan factor resiko prosedur invasiif,
pembedahan, infus.
. control infeksi selama dilakukan tindakan operasi tidak terjadi transmisi
agent infeksi.
Kriteria hasil:
. Alat dan bahan yang dipakai tidak terkontaminasi
Intervensi
control infeksi intra operasi
. Gunakan pakaian khusus ruang operasi
. Pertahankan prinsip aseptic dan antiseptic.
2. Resiko hipotermi berhubungan dengan factor resiko berada diruangan yang dingin
Kriteria hasil:
control temperature
Temperature ruangan nyaman.
Tidak terjadi hipotermi.
Intervensi:
pengaturan temperature intraoperatif
Atur suhu ruangan yang nyaman
Lindungi area di wilayah operasi.
Post Operatif
Pengkajian
Lanjutan....
Diagnose keperawatan
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek sisa
anastesi.
Kerusakan
integritas
kulit
berhubungan
dengan
luka
pembedahan
Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan
Resiko injury berhubungan dengan effect anastesi
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan intra dan post operasi
Ketidakefektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan sekresi.
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan intra dan post operasi
Kriteria hasil :
Lakukan terapi IV
Intervensi:
Airway section :
Lakukan suction
Terimakasih