Anda di halaman 1dari 31

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA

REFRAT
MEI 2015

DIURETIK, PATOFISIOLOGI
DAN PENGGUNAAN DI KLINIK

Disusun oleh:
Risde H Uspessy
NIM.2008.83.012
Konsulen:
DR. dr. Yusuf Huningkor Sp.PD . FINASIM
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2015

Pendahuluan
Diuretik adalah obat yang dapat menambah

kecepatan pembentukan urin.


Pemakaian diuretik sebagai terapi edema telah
dimulai sejak abad ke-16 diperkenalkan oleh
Paracelcus.
Pada 1930 Swartz menemukan bahwa
sulfanilamide sebagai antimikrobial dapat juga
digunakan untuk mengobati edema pada pasien
payah jantung, yaitu dengan meningkatkan eksresi
dari Na+.

Anatomi dan Fisiologi Ginjal


Letak : dinding posterior abdomen
Beratnya kira-kira 150 gram
Secara histologis, ginjal dibagi

menjadi dua daerah yaitu korteks


di bagian luar dan medula di
bagian dalam.
Medula ginjal terbagi menjadi
beberapa massa jaringan
berbentuk kerucut yang disebut
piramida ginjal.
Perbatasan antara korteks dan
medula serta berakhir di papilla.
Darah yang mengalir ke kedua
ginjal normalnya sekitar 22% dari
curah jantung, atau 1100
ml/menit.

Unit dasar pembentukan urin di ginjal adalah nefron, yang

terdiri atas organ-organ penyaring, glomerulus.


Tiap ginjal manusia terdiri atas sekitar 1 juta nefron.
Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam
pembentukan urin, yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi.
Proses filtrasi di glomerulus dimana terjadi penyerapan
darah yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali
protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh kapsul
bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida,
sulfat, bikarbonat dan zat-zat yang lain diteruskan ke
tubulus ginjal. Cairan yang disaring disebut filtrat
glomerulus.

Pada proses reabsorbsi proses ini terjadi

penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa,


sodium, klorida fosfat dan beberapa ion
bikarbonat.

Dapat terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus


proximal.
Penyerapan terjadi secara aktif pada tubulus distal

proses sekresi terjadi sisa dari penyerapan kembali

yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla


renalis selanjutnya diteruskan ke luar

Tabel 1. Segmen Nefron dan Fungsinya


Segmen

Fungsi

Glomerulus

Pembentukan filtrasi glomerulus

Tubulus kontortus proksimal

Reabsorpsi 65% Na+ yang difiltrasi, K+, Ca+ dan Mg+, 85% NaHCO3+, dan hampir 100%
glukosa dan asam amino. Reabsorpsi isosmotik air

Tubulus rektus proksimal

Sekresi dan reabsorpsi asam dan basa organic, termasuk asam urat dan kebanyakan diuretik.

Ansa henle cabang decendens tipis

Reabsorpsi pasif air

Ansa henle cabang asendens tebal

Reabsorpsi aktif 15-25% Na+ yang difiltrasi , K+, Cl-. Reabsorpsi sekunder Ca2+ dan Mg+

Tubulus kontortus distal

Reabsorpsi aktif 4-8% Na+ dan Cl- yang difiltrasi. Reabsorpsi Ca2+ dibawah control hormone
paratiroid

Tubulus koligen renalis kotikal

Reabsorpsi Na+ (2-5%) digabung dengan sekresi K+ dan H+

Tubulus koligen renalis medulla

Reabsorpsi air dibawah control vasopresin

Diuretik
Diuretik adalah obat yang dapat menambah

kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis


mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan
adanya penambahan volume urin yang diproduksi
dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran
zat-zat terlarut dalam air
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi
cairan edema yang berarti mengubah keseimbangan
cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan
ekstrasel menjadi normal

Klasifikasi
diuretik kuat
(Loop Diuretik)
benzotiadiazid
Penghambat
mekanisme transport
elektron

diuretik hemat
kalium
penghambat
karbonik
anhidrase

Diuretik

Diuretik Osmotik

1. Diuretik Kuat (Loop diuretik)


Tempat kerja: Ansa Henle bagian ascendens.
Farmakodinamik:

reabsorpsi Na+, K+, dan 2Cl- .


ekskresi K+ dan kadar asam urat plasma

Farmakokinetik:

Diserap melalui saluran cerna


Bioavailabilitas furosemid 65% sedangkan bumetenid hampir 100%.
Torsemid terikat dengan protein plasma adalah sekitar 97-99%.
Torsemid memiliki masa kerja selama 6-8 jam.
Torsemid dimetabolisme di hati oleh enzim P450 dihati
Torsemid: ekskresi 73% metabolism di hati dan 27% diekskresi dalam
urin.
Asam etakrinat 2/3 yang diberikan secara IV diekskresi melalui
ginjal.
Furosemid diekskresi melalui hati

EFEK SAMPING:

Gangguan cairan dan


elektrolit
Ototoksisitas
Hipotensi
Efek metabolik
Reaksi alergi
Nefritis interstisialis
alergik

Indikasi:

Furosemid gagal
janntung yang disertai
edema dan tanda-tanda
bendungan sirkulasi.
asites akibat sirosis
hepatis dan edema akibat
gagal ginjal.

KI: gagal ginjal yang

disertai anuria

2. DIURETIK BENZOTIADIAZID (TIAZID)


Benzotiadiazid disintesis dalam rangka penelitian zat

penghambatan enzim karbonik anhidrase mengandung


banyak ion klorida.
Farmakodinamik:

Utama ialah meningkatkan ekskresi Na+, Cl-, dan sejumlah air.


simporter Na+, Cl-, di hulu tubulus distal
Ginjal: menggurangi kecepatan filtrasi glomerulus
Asam urat: meningkatkan kadar asam urat darah
Cairan ekstrasel: meninggikan ekskresi ion K+

Farmakokinteik:

Absorpsi tiazid melalui saluran cerna. Klorotiazid didistribusikan ke


seluruh ruang ekstrasel dan dapat melewati sawar urin.
Disimpan dalam jaringan ginjal
Diekskresi oleh sel tubuli proksimal ke dalam cairan tubuli

Efek samping:

Gangguan elektrolit
Gejala insufisiensi ginjal
Hiperkalsemia
Hiperurisemia
toleransi glukosa dan mengurangi efektivitas obat hipoglikemik
oral
peningkatan kadar kolestrol dan trigliserida
Gangguan fungsi seksual

Indikasi:

hipertensi,
Pada gagal jantung
diabetes insipidus

3. DIURETIK HEMAT KALIUM


Yang tergolong dalam obat ini adalah:
1.
2.

Antagonis aldosteron
Triamteren dan amilorid

Antagonis Aldosteron
Aldosteron mineralokortikoid endogen yang paling kuat.
Peranan utama memperbesar reabsorpsi natrium dan klorida di tubuli distal serta
memperbesar ekskresi kalium.
Mekanisme kerja antagonis aldosteron adalah penghambatan kompetitif terhadap
aldosteron reabsorpsi Na+ dan K+ di hilir tubuli distal dan duktus koligentes
dikurangi, ekskresi K+ juga berkurang.
Farmakokinetik : 70% diserap di saluran cerna, mengalami sirkulasi enterohepatok dan
metabolisme.
Efek toksik: Hiperkalemia, ginekomastia, dan gejala saluran cerna.
Indikasi: hipertensi dan edema yang refrakter, gagal jantung kronik
Sediaan dan dosis:
. Spironolakton

tablet 25, 50 dan 100 mg. Dosis dewasa berkisar antara 25-200 mg, dosis sehari rata-rata
100 mg. Sediaan kombinasi : spironolakton 25 mg dan hidroklorotiazid 25 mg, spironolakton 25 mg dan
taibutazid 2,5 mg.
. Eplerenon dosis 50-100 mg/hari

Triamteren dan Almilorid


Kedua obat ini terutama memperbesar ekskresi natrium dan klorida sedangkan
ekskresi kalium berkurang dan ekskresi bikarbonat.
Efek penghambatan reabsorpsi natrium dan klorida
Farmakokinetik.

Absorpsi triamteren melalui saluran cerna baik.


Amilorid dan traimteren per oral diserap kira-kira 50% dan efek diuresisnya terlihat dalam 6 jam dan
berakhir setelah 24 jam.

Efek samping.

Pada kedua obat ini yaitu hiperkalemia.


Triamteren mual, muntah kejang kaki dan pusing.

Indikasi:

Diuretik hemat kalium diindikasikan pada beberapa pasien dengan edema dan lebih bermanfaat jika
dikombinasikan dengan golongan diuretik lain.

Sediaan dan dosis:

Triamteren tersedia dalam bentuk kapsul 100 mg. dosisnya 100-300 mg sehari.
Amilorid terdapat dalam bentuk tablet 5 mg. dosis sehari 5-10 mg.
Sediaan kombinasi tetap antara amilorid 5 mg dan hidroklorotiazid 50 mg terdapat dalam bentuk
tablet dengan dosis sehari-hari antara 1-2 tablet.

4. PENGHAMBATAN KARBONIK ANHIDRASE


Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalisis

reaksi CO2+H2O H2CO3


Enzim sel korteks renalis, pancreas, mukosa lambung,
mata, eritrosit, dan SSP, tetapi tidak terdapat dalam
plasma.
Derivate sulfonamide asetazolamid dan diklorofenamid.
Farmakodinamik:

Ginjal: Sel-sel tubuli proksimal asetazolamid menghambat perubahan


CO2+H2O H2CO3 Jumlah H+ untuk disekresi dan ditukarkan
dengan Na+ dari lumen tubulus juga berkurang sehingga ekskresi Na+
akan meningkat. HCO3- dalam lumen tidak digabungkan dengan H+
akan diekskresi ke urin meningkatnya ekskresi bikarbonat, natrium,
dan kalium bertambahnya ekskresi air.

Susunan cairan plasma: Bertambahnya ekskresi bikarbonat dalam urin


menyebabkan terjadinya asidosis metabolik. Asetazolamid memperbesar
ekskresi K+, tetapi efek ini hanya nyata pada permulaan
Mata: Cairan bola mata banyak sekali terdapat enzim karbonik anhidrase dan
bikarbonat. Pemberian asetazolamid mengurangi pembentukan cairan bola
mata disertai penurunan tekanan intraokuler.
SSP: Asetazolamid dapat menimbulkan asidosis serangan epilesi

Farmakokinetik: Asetazolamid mudah diserap melalui saluran

cerna, kadar maksimal dalam darah dicapai dalam 2 jam dan


diekskresi melalui ginjal sudah sempurna dalam 24 jam.
Efek samping:

parestesia dan kantuk yang terus-menerus


pembentukan batu ginjal
Reaksi alergi jarang terjadi
Disorientasi mental pada pasien sirosis hepatis.
Asetazolamid ibu hamil teratogenik

Indikasi: utama ialah untuk meurukan tekanan

intraokular pada penyakit glaucoma, paralisis periodik


bahkan disertai hipokalemia.
Sediaan dan Dosis:
Asetazolamid tersedia dalam bentuk tablet 125 mg dan
250 mg untuk pemberian oral. Dosis 250-500 mg per
kali, dosis untuk chronic simple glaucoma 250-1000 mg
per hari.
Dosis untuk paralisis periodic familial yaitu 250-750 mg
sehari dibagi dalam 2 atau 3 dosis; sedangkan untuk
anak-anak 2 atau 3 kali sehari 125 mg.

5. DIURETIK OSMOTIK
Diuretik osmotic biasanya dipakai untuk zat yang bukan

elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal.


Suatu zat dapat bertindak dengan sebagai diuretik
osmotik:
(1) difiltrasi secara bebas oleh glomerulus;
(2) tidak atau hanya sedikit direabsorpsi sel tubuli ginjal;
(3) secara farmakologis merupakan zat yang inert; dan
(4) umumnya resisten terhadap perubahan metabolik.
Contoh golongan obat ini adalah manitol, gliserin,

isosorbid.
Manitol paling tidak mengalami metabolisme dalam
badan dan hanya sedikit sekali direabsorpsi tubuli.

Indikasi:
(1) profilaksis GGA timbul oleh sebab prerenal , sebab postrenal (obstruksi) atau sebab
intrarenal (misanya keracunan);
(2) menurunkan tekanan maupun volume cairan intraokuler;
(3) menurunkan tekanan atau volume cairan serebrospinalis.
(4) Pengobatan sindrom disekuilibrium pada hemodialisis.
Efek samping:

Kadang-kadang manitol juga dapat menimbulkan reaksi hipersensitif

Kontraindikasi: ginjal dengan anuria atau keadaan oliguria, kongesti

atau edema paru berat, perdarahan intracranial, perdarahan serebral


aktif.
Sediaan dan dosis: Manitol untuk infuse digunakan 20%. Dosis
dewasa antara 50-100 g (250-500 mL) dengan kecepatan infuse 3050 mL/jam.

Untuk mengurangi edema otak diberikan 0,25-2 gr/KgBB selama 30-60 menit.
Untuk edema dan asites dan
untuk mengatasi GGA pada keracunan digunakan dosis 500 mL dalam 6 jam.

PENGGUNAAN DI KLINIK
Edema
Edema sering kali disertai dengan

hiperaldosteronemia dengan akibat hipokalemia.


Pemberian diuretik cenderung memperberat
hipokalemia kecuali diuretik hemat kalium.
Pada sirosis hati yang disertai asites dan edema,
sebaiknya digunakan dahulu diuretik hemat kalium
kemudian bila perlu ditambahkan diuretik yang
lebih kuat.

Hipertensi
Dasar penggunaan diuretik pada hipertensi terutama

karena efekmya terhadap resistensi perifer, tetapi


efek ini adalah efek sekunder terhadap efek pada
keseimbangan natrium.
Tiazid merupakan obat pilihan pada pasien
hipertensi karena mempunyai efek vasodilatasi
secara langsung pada arteroil dibandingkan diuretik
kuat.

Diabeter Insipidus
Diuretik tiazid mendapat mengurangi ekskresi air

pada diabetes insipidus melalui mekanisme


kompensasi intrarenal.
Batu ginjal
Tiazid menurukan ekskresi kalsium dalam urin

dengan meningkatkan reabsorpsi kalsium di tubuli


proksimal atau akibat penghambatan sekresi
kalsium.

Hiperkalsemia
Furosemid dosis tinggi yang diberikan secara IV

(100 mg) dalam infuse larutan garam faal dapat


menghambat reabsorpsi klorida, air dan kalsium di
tubuli proksimal sehingga digunakan untuk
pengobatan hiperkalsemia.
Tetapi untuk tujuan ini, diperlukan diuresis sebesar
20 liter sehari.

TERIMA KASIH ATAS


PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai