Appendicitis Akut
Pembimbing:
Dr. Tjatur Budi W, SpB
Identitas Pasien
Anamnesis
Autoanamnesa dilakukan pada 21
November 2016 pukul 10.30 WIB di
Poli Bedah Umum
Riwayat Penyakit
Sekarang
Pasien datang ke poli bedah RSAU dr. Esnawan Antariksa dengan
keluhan nyeri perut pada bagian kanan bawah sejak 2 minggu SMRS.
Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Nyeri dirasakan semakin lama
semakin tajam. Nyeri diperberat bila pasien tidur miring, menekuk
kaki, berjalan, batuk dan bersin. Nyeri menjadi lebih ringan pada
saat pasien tidur tengkurap.
Pasien juga mengeluh mual dan muntah disertai demam yang tidak
terlalu tinggi, sumeng-sumeng namun pasien tidak mengukur berapa
suhu tubuhnya. Muntah sebanyak tiga kali. Jumlah muntah banyak
dan berisi makanan dan minuman. Semenjak sakit pasien mengatakan
nafsu makannya menurun. BAK pasien lancar dan tidak ada nyeri saat
berkemih. BAB tidak mencret dan terakhir BAB hari ini. Pasien
mengatakan BAB-nya cukup keras.
Riwayat Penyakit
Sekarang
Sebelumnya pasien datang berobat ke UGD RSAU dr. Esnawan Antariksa
2 hari SMRS dengan keluhan tidak nyaman di bagian ulu hati, mual, dan
sedikit demam sehingga diberikan obat maag dan obat penurun panas
namun pasien tidak ingat nama obat yang diberikan. Dokter UGD
menyarankan pasien untuk kembali 3 hari lagi jika keluhan tidak
membaik.
Status Generalis
Keadaan umum: Tampak Sakit Sedang
Kesadaran: Compos Mentis
Tanda-tanda vital:
Tekanan darah: 120/80 mmHg
Denyut nadi : 84 x/ menit
Suhu : 37,8C (axilla)
Laju nafas : 18x/menit
Tinggi Badan : 168 cm
Berat Badan : 55 kg
BMI : 19,5 (gizi normal)
Pemeriksaan Fisik
Kepala: normosefali
Rambut: Rambut hitam, distribusi merata, tidak
mudah dicabut
Mata: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil
isokor diameter 3 mm, reflex cahaya langsung +/
+, refleks cahaya tidak langsung +/+
Telinga: normotia, darah (-/-), pus (-/-)
Hidung: deviasi septum (-), sekret -/Mulut: sianosis (-), lidah tidak kotor, oral hygiene
baik
Tenggorokan: T2/T2 tenang, faring tidak hiperemis.
Leher :
Tekanan Vena Jugularis (JVP) : tidak dilakukan
Kelenjar tiroid
: tidak membesar
Kelenjar getah bening : tidak membesar
Thorax :
Paru-paru depan belakang
Inspeksi
: simetris kiri dan kanan saat statis dan dinamis,
tidak ada bagian dada yang tertinggal, tidak tampak retraksi
sela iga
Palpasi : vocal fremitus kanan kiri teraba sama kuat, nyeri
tekan (-), benjolan (-)
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing
(-/-)
Cor
Inspeksi
: ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS V, linea
midclavicularis kiri
Perkusi
Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
Batas atas : ICS II linea sternalis sinistra
Batas kiri : ICS V 1/3 lateral dari linea
midclavicularis sinistra
Batas bawah : ICS VI linea midclavicularis sinistra
Abdomen
Inspeksi
: Bentuk perut datar, tidak
membuncit, warna kulit sawo matang,
benjolan (-), bekas operasi (-)
Auskultasi: bising usus (+) normal 6x per
menit
Palpasi: supel, defens muskular (-), nyeri
tekan daerah McBurney (+), Rovsings sign
(-), nyeri lepas Blumberg (+), massa (-),
undulasi (-), Psoas sign (-), Obturator sign
(+), nyeri ketok CVA (-)
Perkusi: timpani pada seluruh lapang
abdomen, ascites (-)
Genitalia Eksterna
Pemeriksaan rectal toucher :
Inspeksi
: tidak tampak ada benjolan, abses,
fissura pada anus. Warna kulit sekitar anus tidak
tampak kemerahan.
Palpasi : Tonus spinchter ani (+), mukosa rectum
licin, tidak teraba adanya massa, permukaan
rata, ampula recti tidak kolaps, nyeri tekan di
arah jam 9. Besar prostat teraba 2 buku jari, licin,
konsistensi kenyal, nyeri tekan (-). Pada sarung
tangan feses (+), lendir (-), darah (-)
Resume
Pasien datang ke poli bedah RSAU dr. Esnawan Antariksa dengan keluhan
nyeri perut pada bagian kanan bawah sejak 2 minggu SMRS. Nyeri
dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Munculnya nyeri dirasakan mendadak
dan tidak menjalar ke tempat lain. Nyeri dirasakan semakin lama
semakin tajam. Nyeri diperberat bila pasien tidur miring, menekuk kaki,
berjalan, batuk dan bersin. Nyeri menjadi lebih ringan pada saat pasien
tidur tengkurap.
Pasien juga mengeluh mual dan muntah disertai demam yang tidak terlalu
tinggi, sumeng-sumeng namun pasien tidak mengukur berapa suhu
tubuhnya. Muntah sebanyak tiga kali. Jumlah muntah banyak dan berisi
makanan dan minuman. Semenjak sakit pasien mengatakan nafsu
makannya menurun. BAK pasien lancar dan tidak ada nyeri saat berkemih.
BAB tidak mencret dan terakhir BAB hari ini. Pasien mengatakan BAB-nya
cukup keras.
Resume
Sebelumnya pasien datang berobat ke UGD RSAU dr. Esnawan
Antariksa 2 hari SMRS dengan keluhan tidak nyaman di bagian
ulu hati, mual, dan sedikit demam sehingga diberikan obat maag
dan obat penurun panas namun pasien tidak ingat nama obat
yang diberikan. Dokter UGD menyarankan pasien untuk kembali
3 hari lagi jika keluhan tidak membaik.
Resume
Pada pemeriksaan thorax didapatkan pada paru dan jantung
dalam batas normal. Pada pemeriksaan status lokalis regio
abdomen didapatkan :
Inspeksi
: Bentuk perut datar, tidak membuncit, warna kulit
sawo matang, benjolan (-), bekas operasi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal 6x per menit
Palpasi : supel, defens muskular (-), nyeri tekan (+) di kuadran
kanan bawah, nyeri tekan daerah McBurney (+), Rovsings sign
(-), nyeri lepas Blumberg (+), massa (-), undulasi (-), Psoas sign
(-), Obturator sign (+), nyeri ketok CVA (-)
Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen, ascites (-)
Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan jumlah
leukosit 8.000/uL. Hemoglobin, hematokrit, trombosit, dan
hitung jenis dalam batas normal.
Diagnosa Kerja
7
Diagnosis Banding
Kolesistitis akut
Pankreatitis
Anjuran Pemeriksaan
Penunjang
USG abdomen
Pemeriksaan enzim amylase dan lipase
Penatalaksanaan
Non-Medika mentosa:
Edukasi kepada pasien mengenai indikasi
dan kemungkinan tindakan operasi yang
harus dilakukan
Rujuk ke spesialis bedah umum agar segera
dilakukan tindakan sesuai kondisi pasien
Penatalaksanaan
Medikamentosa:
Rawat inap + pemberian analgetik +
antibiotik preop
Prognosis
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi
Fisiologi
Fungsi appendiks: sekresi lendir (1-2
ml/hari)
Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan
oleh GALT (gut associated lymphoid tissue)
yang terdapat di sepanjang saluran cerna
termasuk apendiks, ialah IgA
Immunoglobulin itu sangat efektif sebagai
pelindung terhadap infeksi
Appendiks kecil >> tidak berpengaruh
Epidemiologi
Etiopatofisiologi
Fecolith
Hiperplasia folikel lymphoid
Carcinoid atau tumor lainnya
Benda asing (pin, biji-bijian)
Kadang parasit
Etiopatofisiologi
Fecolith
Infeksi
Obstruksi
lumen
Kongesti
vaskuler
Iskemik
nekrosis
Gambaran Klinis
KU: nyeri
Seringkali nyeri tumpul, nyeri di
periumbilikal yang samar-samar, tapi
seiring dengan waktu akan berlokasi di
abdomen kanan bawah
Bertambahnya waktu >>nyeri
Anak: nyeri punggung, dan nyeri alih pada
testis (appendicitis retrocecal atau pelvis)
Gambaran Klinis
Dekat
ureter atau bladder: nyeri saat
kencing atau perasaan tidak nyaman pada
saat menahan kencing dan distensi
kandung kemih
Post nyeri: anorexia, mual, muntah,
gangguan GIT ringan, demam ringan (suhu
>38,6C biasa perforasi)
Gambaran Klinis
Pemeriksaan Fisik
ROVSINGS SIGN
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
BLUMBERGS SIGN
Pemeriksaan Fisik
Defence musculare: bersifat lokal, lokasi
bervariasi sesuai letak Appendix.
Nyeri pada daerah cavum Douglas bila ada
abscess di rongga abdomen atau Appendix
letak pelvis.
Nyeri pada pemeriksaan rectal toucher.
Dunphy sign: nyeri ketika batuk.
Alvarado Score
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium ( > 10.000/mm)
Urinalisis
USG
CT Scan (gambaran hallo, diameter > 5-7
mm)
Diagnosa Banding
Komplikasi
Appendicular infiltrat
Appendicular abscess
Perforasi
Peritonitis
Penatalaksanaan
Curiga Appendisitis
Puasakan
Berikan analgetik dan antiemetik jika diperlukan
untuk mengurangi gejala
Penelitian menunjukkan bahwa pemberian
analgetik tidak akan menyamarkan gejala saat
pemeriksaan fisik.
Pertimbangkan DD/ KET terutama pada wanita
usia reproduksi.
Berikan antibiotika IV pada pasien dengan gejala
sepsis dan yang membutuhkan Laparotomy
Tanpa Operasi
Penelitian menunjukkan pemberian
antibiotika intravena dapat berguna untuk
Appendicitis acuta bagi mereka yang sulit
mendapat intervensi operasi (misalnya
untuk pekerja di laut lepas), atau bagi
mereka yang memilki resiko tinggi untuk
dilakukan operasi
Rujuk ke dokter spesialis bedah.
Antibiotik preoperatif
Pemberian antibiotika preoperative efektif untuk
menurunkan terjadinya infeksi post opersi.
Diberikan antibiotika broadspectrum dan juga untuk
gram negative dan anaerob
Antibiotika preoperative diberikan dengan instruksi
dari ahli bedah.
Antibiotik profilaksis harus diberikan sebelum operasi
dimulai. Biasanya digunakan antibiotik kombinasi,
seperti Cefotaxime dan Clindamycin, atau Cefepime
dan Metronidazole. Kombinasi ini dipilih karena
frekuensi bakteri yang terlibat, termasuk Escherichia
coli, Pseudomonas aeruginosa, Enterococcus,
Streptococcus viridans, Klebsiella, dan Bacteroides.
Open Appendectomy
1. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik.
2. Dibuat sayatan kulit:
Horizontal Oblique
3. Dibuat sayatan otot, ada dua cara:
a. Pararectal/ Paramedian
Laparoscopic
Appendectomy
Kesimpulan