Anda di halaman 1dari 31

D3 Teknik Elektro

Fakultas Teknologi Industri


Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya

TEKNIK RADIO (TE 145344)

Pengenalan Frekwensi dan


Panjang Gelombang

Spektrum Frekuensi
Radio
A. Pengertian
Spektrum frekuensi radio adalah:
Susunan pita frekuensi radio yang mempunyai frekuensi lebih
kecil dari 3000 GHz sebagai satuan getaran gelombang
elektromagnetik, merambat dan terdapat di dalam dirgantara
(ruang udara dan antariksa)
Frekuensi adalah banyaknya gelombang per detik dengan
satuan hertz (Hz).
1 Hz = 1 gelombang per detik, 5 Hz = 5 gelombang per detik

Spektrum Frekuensi
Radio

Regulasi Frekwensi Radio


Berdasarkan ITU Radio Regulation, frekuensi yang digunakan untuk komunikasi
radio adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Klasifikasi Spektrum Frekuensi


Nomor Band

Klasifikasi

Akronim

Frekuensi

very low frequency

VLF

3 kHz - 30 kHz

low frequency

LF

30 kHz - 300 kHz

medium frequency

MF

300 kHz - 3000 kHz

high frequency

HF

3 MHz - 30 MHz

very high frequency

VHF

30 MHz - 300 MHz

ultra high frequency

UHF

300 MHz - 3000 MHz

10

super high frequency

SHF

3 GHz - 30 GHz

11

extra high frequency

EHF

30 GHz - 300 GHz

12

..

300 GHz - 3000 GHz

Regulasi Frekwensi Radio

Regulasi Frekwensi Radio

Karakteristik Frekwensi

Karakteristik beberapa jenis frekuensi:

Frekuensi tinggi (HF)


Gelombang dapat dipantulkan sempurna oleh lapisan ionosfer
atmosfer bumi dan juga oleh tanah sehingga jarak propagasi
menjadi sangat jauh (ribuan km).
Aplikasi: siaran radio VOA, NHK Jepang, ABC Australia, dapat
diterima di Indonesia lewat penerima SW (short wave).

Frekuensi menengah (MF)


Gelombang tidak terlalu sempurna dipantulkan oleh ionosfer
dan tanah serta menimbulkan derau. Jarak jangkauan terbatas
beberapa ratus kilometer.

Karakteristik Frekwensi
Frekuensi sangat tinggi (VHF)
Perambatannya seperti cahaya, namun tidak dipantulkan
oleh ionosfer. Jarak yang dicapai tidak terlalu jauh.
Semakin tinggi frekuensi maka akan semakin sulit
dipantulkan oleh ionosfer. Maka dalam komunikasi
gelombang mikro (microwave) disyaratkan Line of Sight
(LOS), yakni antena pemancar dan penerima harus bisa
saling melihat tanpa terhalang lengkung bumi.
Di lapisan ionosfer, terjadi beberapa lapisan udara yang
terionisir karena pengaruh sinar ultraviolet matahari dengan
cirinya sebagai berikut:

Lapisan Udara
1.

Lapisan D (lapisan paling dekat dari permukaan bumi)


- hanya timbul di siang hari, dengan tinggi 60-90 km, ketebalan
rata-rata = 10 km
- meredam frekuensi menengah (MF) dan sebagian frekuensi
tinggi (HF)

2.

Lapisan E
- tinggi 90-130 km, ketebalan rata-rata = 25 km
- memiliki frekuensi kritis sekitar 4 MHz
- range maksimum untuk gelombang mengalami sekali pantul
(single hop) sekitar 2350 km.

3.

Lapisan F1
- hanya ada pada siang hari dengan tinggi sekitar 170-230
km, ketebalan rata-rata siang hari 20 km
- memiliki range maksimum untuk single hop = 3000 km

Lapisan Udara
4.

Lapisan F2
- tinggi sekitar 250-400 km pada siang hari, dan sekitar 300 km
pada malam hari, tebal bisa mencapai > 200 km
- memiliki frekuensi kritis sekitar 8 MHz pada siang hari, dan
sekitar 6 MHz pada malam hari
- range maksimum untuk single hop sekitar 3840 km pada
siang hari, dan 4200 km pada malam hari

Catatan:

pada malam hari lapisan F1 dan F2 bergabung menjadi satu


dan disebut lapisan F saja (tempat terjadinya pantulan utama)

Frekuensi kritis adalah frekuensi maksimum di mana


gelombang radio masih dapat dipantulkan

Frekwensi Satelit

Frekwensi Satelit
Prinsip kerja satelit komunikasi sebenarnya hampir sama atau
merupakan stasiun relay/repeater/ dari gelombang mikro.
Transponder yang ada di satelit berfungsi untuk menguatkan
sinyal dan mengubah frekuensinya. Oleh transponder, sinyal
tersebut akan dikirimkan kembali ke stasiun bumi penerima
dengan menggunakan frekuensi kerja yang dinamakan
downlink
Dalam Radio Regulation, ITU pun telah membagi spektrum
frekuensi ke dalam suatu Tabel Alokasi Frekuensi yang
menunjukkan jenis dinas yang diperuntukkan. Berikut adalah
salah satu contoh tabel alokasi frekuensi dalam Radio
Regulation tersebut:

Alokasi Frekwensi
Tabel 3. Contoh Tabel Alokasi Frekuensi

Region 1
410 - 420

455 - 456
TETAP
BERGERAK

MHz
410 - 470
Alokasi Untuk Dinas
Region 2

Region 3

TETAP
BERGERAK kecuali bergerak penerbangan
Radiolokasi
S5.269 S5.270 S5.271

455 - 456
TETAP
BERGERAK
BERGERAK-SATELIT
(Bumi ke Angkasa)
S5.209 S5.271 S5.286A S5.209 S5.271 S5.286A
S5.286B S5.286C S5.286E S5.286B S5.286C

455 - 456
TETAP
BERGERAK

S5.209 S5.271 S5.286A


S5.286B S5.286C S5.286E

Alokasi Frekwensi
1. Tabel 3 mengatur alokasi pita frekuensi 410 470
MHz
2. Region 1, 2, 3 adalah wilayah negara berdasarkan
pembagian ITU
3. Angka 410-420, 420-430, dst hingga 460-470
adalah alokasi pita frekuensi. Pita ini oleh negara
dibagi dalam bentuk kanal frekuensi (channel
frequency) yang dapat dimohonkan oleh
penyelenggara telekomunikasi untuk
dipergunakan sesuai dinasnya.
4. Kata bergerak (mobile), radiolokasi (radio-location),
tetap (fixed), bergerak-satelit (mobile-satellite),
atau amatir adalah jenis-jenis dinas
telekomunikasi yang dapat menggunakan
frekuensi yang ditunjuk (kanal).

Alokasi Frekwensi
negara tertentu, atau klasifikasi dinas yang terbagi
atas primer, sekunder, dan seizin (permitted).
Sebagai contoh, untuk kode S 5.288 catatan kaki
tersebut berbunyi, In the territorial waters of the
United States and the Philippines, the preferred
frequencies for use by on board communication
stations shall be 457.525 MHz, 457.550 MHz,
457.575 MHz, and 457.600 MHz paired, respectively,
with 467.750 MHz, 467.775 MHz, 467.800 MHz, and
467.825 MHz. The characteristics of the equipment
used shall conform to those specified in
Recommendation ITU-R M.1174.
6. Jika nama dinas dalam tabel ditulis dengan huruf
kapital seluruhnya (contoh: BERGERAK), ini adalah
Dinas Primer. Jika ditulis dengan huruf biasa
(contoh: Amatir) ini adalah Dinas Sekunder. Apabila
ditulis dengan menggunakan garis miring

Alokasi Frekwensi
7. Dinas Primer dan Dinas Seizin memiliki hak-hak
yang sama kecuali dalam tahap perencanaan
frekuensi, di mana Dinas Primer memiliki hak
memilih frekuensi lebih dulu dari Dinas Seizin.
Sementara itu, bagi stasiun dari Dinas Sekunder
ditetapkan bahwa Dinas Sekunder:
a. tidak boleh menyebabkan harmful interference
kepada stasiun Dinas Primer atau Dinas Seizin yang
frekuensinya telah ditetapkan atau frekuensi
tersebut akan ditetapkan di kemudian hari.
b. tidak dapat mengajukan perlindungan terhadap
harmful interference dari stasiun dinas primer atau
dinas seizin yang frekuensinya telah ditetapkan atau
akan ditetapkan di kemudian hari.
c. dapat mengajukan perlindungan terhadap
harmful interference dari stasiun sejenis atau dinas
sekunder lainnya yang frekuensi-frekuensinya akan

Alokasi Frekwensi
8. Tabel 3 tersebut menunjukkan antara lain
bahwa pada pita frekuensi 410-470 MHz :
a. frekuensi 410-420 MHz dialokasikan untuk
Dinas Tetap dengan status Primer, Dinas
Bergerak dengan penunjukan Primer kecuali
Bergerak Penerbangan dengan status Sekunder,
dan Dinas Penelitian Ruang Angkasa dengan
status Primer untuk ketiga Region
b. frekuensi 430-440 MHz dialokasikan untuk
Dinas Amatir dan Dinas Radiolokasi dengan
status Primer di Region 1, sedangkan pada
Region 2 dan 3 Dinas Amatir berstatus
Sekunder

Dalam penataan spektrum frekuensi, ITU Radio


Regulation mengenal beberapa istilah khusus, yakni
allocation (alokasi), allotment (penjatahan), dan
assignment (penunjukan).

ITU Radio Regulation


Dalam penataan spektrum frekuensi, ITU Radio Regulation mengenal
beberapa istilah khusus, yakni allocation (alokasi), allotment (penjatahan), dan
assignment (penunjukan).
Allocation (of a frequency band) adalah:
entry in the Table of Frequency Allocation of a given frequency band for the
purpose of its use by one or more terrestrial or space radio communication
services or the radio astronomy service under specified conditions. This term
shall also be applied to the frequency band concerned.
Allotment (of a radio or radio frequency channel) adalah:
entry of a designated frequency channel in an agreed plan, adopted by a
competent conference, for use by one or more administrations for a
terrestrial or space radio communication service in one or more identified
countries or geographical areas and under specified conditions.
Assignment (of a radio or radio frequency channel) adalah:
authorization given by administration for a radio station to use a radio
frequency or radio frequency channel under specified conditions.

ITU Radio Regulation


Dari definisi tersebut, terlihat bahwa Alokasi (Allocation)
adalah penunjukan alokasi frekuensi dalam Tabel Alokasi
Frekuensi (Tabel 3) untuk suatu jenis Dinas Radio.
Sedangkan Penjatahan (Allotment) adalah penetapan
suatu kanal frekuensi untuk suatu Dinas Radio dalam
suatu negara atau daerah.
Adapun Penunjukan (Assignment) adalah penggunaan
spektrum frekuensi atau kanal frekuensi radio yang
diberikan oleh administrasi negara kepada suatu stasiun.

ITU Radio Regulation


B. Frekuensi: Sumber Daya Terbatas
Spektrum frekuensi adalah res communes, yaitu merupakan
milik bersama umat manusia (milkiyah ammah / milik umum).
Dalam berbagai literatur dan regulasi, baik nasional maupun
internasional, sering dikatakan bahwa frekuensi adalah sumber
daya alam yang terbatas. Namun keterbatasan tersebut berbeda
dengan pengertian keterbatasan sumber daya alam lain seperti
minyak, yang apabila dipakai terus-menerus cadangannya akan
habis.
Sekalipun frekuensi adalah milik umum, namun karena
keterbatasannya maka diperlukan mekanisme pengaturan, dan
dalam kondisi sekarang perizinan.

ITU Radio Regulation


Mekanisme pengaturan tersebut ditujukan untuk menjamin
penggunaan frekuensi secara efisien dan efektif, serta untuk
mencegah terjadinya interferensi yang merugikan.
Mekanisme permohonan penggunaan frekuensi pada
prinsipnya menganut asas first come first served, yang di
Indonesia ditujukan ke Ditjen Postel di Kementerian Komunikasi
dan Informasi:
Setiap permohonan yang masuk akan dilakukan analisis
terhadap database frekuensi eksisting melalui prosedur
clearance frequency.
Jika frekuensi tersebut belum dipakai dan sesuai dengan
peruntukannya, administrasi negara akan melakukan proses
Penunjukan (Assignment) dan penetapan dalam database
frekuensi yang dimilikinya.

ITU Radio Regulation


Administrasi negara lalu melaporkannya kepada Radio
Regulation Board (RRB) untuk dicatat dalam Daftar Induk
Frekuensi International (Master International Frequency Register)
Setiap pencatatan diberikan kode dengan istilah call sign atau
tanda panggil. Bagi stasiun televisi, call sign itu tidak hanya
angka, juga konfigurasi warna (pola teknik) yang wajib
dipancarkan sebelum memulai aktivitas siaran. Pemancaran ini
berguna untuk mengetahui apakah kanal frekuensi telah ada
penggunanya, atau apakah frekuensi telah digunakan
semestinya.
Penggunaan frekuensi memiliki batas waktu yang dapat
diperpanjang.

ITU Radio Regulation


Mekanisme perizinan penggunaan spektrum frekuensi tidak
hanya mengatur alokasi frekuensi yang dapat dipergunakan,
namun juga meliputi:
Kualitas dari alat-alat telekomunikasi yang digunakan (sesuai
standar yang ditetapkan masing-masing negara dengan
mengacu standar ITU yang direkomendasikan oleh CCITT)
Klasifikasi / spesifikasi teknik dari alat-alat telekomunikasi yang
digunakan

ITU Radio Regulation


C. Sistem Pendistribusian Frekuensi
Pembagian wilayah dunia ke dalam tiga region oleh ITU tidak
didasari oleh tingkat kemajuan industri telekomunikasi, tetapi
berdasarkan fleksibilitas spektrum frekuensi yang bertujuan untuk
efisiensi dan efektivitas penggunaan spektrum frekuensi, serta
menghindarkan terjadinya interferensi yang membahayakan.
Dalam Article 6 (Peraturan No 339) dari ITU Radio Regulation
dinyatakan bahwa para anggota (negara) harus berusaha untuk
membatasi jumlah frekuensi seminimum mungkin dari yang
diperlukan untuk penyelenggaraan dinas-dinas secara baik dan
memenuhi syarat.

ITU Radio Regulation


Dalam World Administrative Radio Conference (WARC) 1977
ditetapkan bahwa pemanfaatan spektrum frekuensi dan orbit
satelit harus sesuai dengan prinsip-prinsip:
Equitable use
Effective use
Economically use
The equal rights of all countries
The view that satellite orbit and frequency spectrum are limited
sources
Agar teratur, mekanisme yang dilakukan ITU adalah dengan
membuat Tabel Alokasi Frekuensi yang mendistribusikan
frekuensi berdasarkan dinas telekomunikasi, status dinas, dan
region.

ITU Radio Regulation


Suatu negara yang akan meggunakan spektrum frekuensi harus
menyampaikan notifikasi (pemberitahuan) kepada RRB supaya
dicatat dalam Daftar Induk Frekuensi Internasional apabila:
1. Penggunaan frekuensi tersebut dapat menimbulkan
interferensi yang merugikan pada setiap dinas dari administrative
(negara) lainnya.
2. Frekuensi tersebut dipakai untuk komunikasi radio
internasional.
3. Penggunaan frekuensinya ingin mendapat pengakuan
internasional.
Dalam sidang WARC tahun 1971 dikeluarkan resolusi Spa 2-1
yang berjudul Relating to the Use by All Countries, with Equal
Rights of Frequency Bands for Space Radiocommunication
Services yang membahas frekuensi 11,7 GHz 12,2 GHz.
Dinyatakan dalam resolusi tersebut:

ITU Radio Regulation


Registration with the ITU of frequency assignment for space
radiocommunication service and their use should not provide any
permanent priority for any obstacle of the establishment of space
systems by other countries.
Resolusi di atas menjelaskan bahwa pendaftaran yang tidak
permanen adalah wujud dari hak-hak persamaan (equitable
rights), namun yang menjadi pertanyaan: bagaimana bentuk
ketidakpermanenan tersebut?
Negara-negara maju tentunya tidak mungkin melepas begitu saja
frekuensi yang telah dikuasainya. Jika demikian halnya, negara
berkembang yang akan memulai sistem komunikasi ruang
angkasanya akan kesulitan memperoleh spektrum frekuensi
karena alokasi yang terbatas. Lalu di mana letak persamaan hak
antar negara?

ITU Radio Regulation


Registration with the ITU of frequency assignment for space
radiocommunication service and their use should not provide any
permanent priority for any obstacle of the establishment of space
systems by other countries.
Resolusi di atas menjelaskan bahwa pendaftaran yang tidak
permanen adalah wujud dari hak-hak persamaan (equitable
rights), namun yang menjadi pertanyaan: bagaimana bentuk
ketidakpermanenan tersebut?
Negara-negara maju tentunya tidak mungkin melepas begitu saja
frekuensi yang telah dikuasainya. Jika demikian halnya, negara
berkembang yang akan memulai sistem komunikasi ruang
angkasanya akan kesulitan memperoleh spektrum frekuensi
karena alokasi yang terbatas. Lalu di mana letak persamaan hak
antar negara?

ITU Radio Regulation


Notifikasi spektrum frekuensi akan didominasi oleh negara maju.
Kejenuhan pita frekuensi akan mengakibatkan suatu negara tidak
memperoleh jatah frekuensi, yang akibatnya pertumbuhan
teknologi komunikasinya terhambat. Kondisi ini bisa berdampak
pada pertumbuhan ekonomi.
Negara yang pertumbuhannya terhambat tersebut hanya dapat
menyewa sarana dan prasarana telekomunikasi negara maju,
sehingga hukum pasar berlaku.
Berarti suatu negara harus membayar mahal apa yang menurut
peraturan dan konvensi ITU adalah hak yang sama untuk setiap
negara dan umat manusia.

ITU Radio Regulation


Lebih buruk lagi, jika karena peluberan (spill over), suatu negara
akhirnya hanya dapat menikmati siaran asing tanpa mampu
mengoperasikan saluran TV atau radionya sendiri.
Imperialisme ideologi dan politik tersebut telah menjajah negara
lain.

REFERENSI
Judhariksawan, Pengantar Hukum Telekomunikasi. PT Rajagrafindo
Perkasa, Jakarta, 2005.
Tiur LH Simanjuntak, Dasar-dasar Telekomunikasi. Edisi pertama,
cet. kedua. Penerbit PT Alumni, Bandung, 2002.

Anda mungkin juga menyukai