Undang Undang No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara, mendefinisikan usaha pertambangan sebagai kegiatan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pascatambang.
Usaha pertambangan terbagi atas dua kelompok yaitu:
Pertambangan mineral, yaitu pertambangan bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah. Pertambangan batubara, yaitu pertambangan endapan karbon yang terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen padat, gambut, dan batuan aspal.
PENYELIDIKAN UMUM EKSPLORASI
NPV > 0
STUDI KELAYAKAN (FEASIBILITY STUDY)
PEMBUKAAN TAMBANG (MINE DEVELOPMENT)
ARSIP/ DOKUMENTASI
()
PENGGALIAN PENAMBANGAN/EKSPLOITASI
PEMUATAN PENGANGKUTAN
MINERAL
PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
(MINERAL DRESSING /ORE DRESSING)
BATUBARA
EKSTRAKSI METALURGI
Gamba1 Diagram Pegiatan Pertambangan
PEMASARAN
Penyelenggaraan kegiatan pertambangan didasarkan pada tiga ketentuan berikut:
Hak Milik (mineral right), tercantum pada Pasal 33 Ayat (3) UUD 1945, dimana bumi dan air serta seluruh kekayaan alam yang ada di dalamnya (termasuk bahan tambang) adalah hak milik Bangsa Indonesia. Hak Penguasaan (mining right), tercantum pada Pasal 2 Ayat (2) UU No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, dimana Negara diberikan "hak penguasaan" atas kekayaan alam milik Bangsa Indonesia agar dapat digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Hak Pengusahaan (economic right) sebagaimana tercantum dalam UU No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, bahwa badan usaha/perorangan adalah pelaksana "pengusahaan" pertambangan mineral dan batubara (minerba).
Berdasarkan Pasal 2 UU 4/2009, pelaksanaan kegiatan
pertambangan minerba didasarkan pada 4 (empat) azas berikut ini:
Azas manfaat, keadilan, dan keseimbangan;
Azas keberpihakan kepada kepentingan bangsa; Azas partisipatif, transparansi, dan akuntabilitas; Azas berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Dasar hukum kegiatan pertambangan, selain berlandaskan pada UU
No. 4/2009, juga berlandaskan pada peraturan perundangan yang berlaku di bawah ini:
Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 2010 tentang Wilayah
Pertambangan; Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara; Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
Lingkup usaha pertambangan terdiri atas 5 (lima) jenis
pertambangan yaitu: Pertambangan mineral radioaktif; Pertambangan mineral logam; Pertambangan mineral bukan logam; Pertambangan batuan; dan Pertambangan batubara.
Peraturan Terkait Kegiatan
Pertambangan
Untuk dapat melaksanakan kegiatan pertambangan,
badan usaha atau perorangan harus memperoleh Izin Usaha Pertambangan (IUP) dari Pemerintah sesuai Pasal 22-46 Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2010. Pemberian IUP terbagi menjadi 2 (dua):
IUP Eksplorasi, meliputi kegiatan penyelidikan umum,
eksplorasi, dan studi kelayakan. IUP Operasi Produksi, meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan.
IUP Eksplorasi dan Operasi Produksi berlaku untuk 4
(empat) jenis bahan galian tambang, yaitu (i) mineral logam; (ii) batubara; (iii) mineral bukan logam; dan (iv) batuan.