Pendapatan
Pendapatan
OLEH :
IMELDA FEBRIANI NATBAIS
NIM. 1323773427
KELAS VII A / AKUNTANSI
SEKTOR PUBLIK
Pengertian Pendapatan
Pengakuan Pendapatan
Pengakuan adalah pencatatan jumlah rupiah secara
resmi ke dalam sistem akuntansi sehingga jumlah
tersebut terefleksi dalam statemen keuangan.
Pengakuan pendapatan tidak boleh menyimpang dari
landasan konseptual. Oleh karena itu, secara
konseptual pendapatan hanya dapat diakui kalau
memenuhi kualitas keterukuran (measurability), dan
keterandalan (reliability). Kualitas tersebut harus
diopersionalkan dalam bentuk kriteria pengakuan
pendapatan. Untuk menjabarkan kriteria kualitas
informasi menjadi kriteria pengakuan pendapatan,
perlu dipahami dua konsep penting yaitu pembentukan
pendapatan dan realisasi pendapatan.
Pembentukan
Pendapatan
Pembentukan pendapatan adalah suatu konsep yang
berkaitan dengan masalah kapan dan bagaimana
sesungguhnya pendapatan itu timbul dan menjadi
ada. Dengan kata lain, apakah pendapatan itu timbul
dari keadaan produktif atau karena kejadian
tertentu. Konsep ini menyatakan bahwa pendapatan
terbentuk , terhimpun atau terhal bersamaan dan
dengan melekat pada seluruh atau totalitas proses
berlangsungnya operasi perusahaan dan bukan
sebagai hasil transaksi tertentu. Konsep dasar ini
sering disebut pendekatan proses pembentukan
pendapatan atau pendekatan kegiatan.
Realisasi Pendapatan
1.
2.
Kriteria Pengakuan
Pendapatan
FASB mengajukan dua kriteria pengakuan pendapatan (dan
untung) yang keduanya harus dipenuhi yaitu (SFAC No. 5,
prg. 83):
a. Terealisasi atau cukup pasti terealisasi
Pendapatan dikatakan terealisasi bilamana produk telah
terjual atau ditukarkan dengan kas atau klai atas kas. Dan
dikatakan cukup pasti terealisasi bilamana aset berkaitan
yang diterima atau ditahan mudah dikonversi menjadi kas
atau klaim atas kas yang cukup pasti jumlahnya.
b. Terbentuk atau terhak
Pendapatan dapat dikatakan telah terbentuk bilamana
perusahaan telah melakukan upaya dapat menghaki
manfaat atau nilai yang melekat pada pendapatan.
Saat Pengakuan
Penjualan Jasa
AICPA memberikan kaidah pengkuan umum
untuk penjualan jasa sebagai berikut.
1. Kalau pemberian jasa (performance) terdiri
atas pelaksanaan satu pekerjaan atau
tindakan (act), pendapatan harus di akui
saat pekerjaan tersebut dilakukan.
2. Bertahap secara proporsional
3. Saat pekerjaan selesai.
4. Jika tidak dapat kepastian, pendapatan bisa
diakui setelah kas terkumpul.
FASB meringkas pedoman ini dalam SFAC No. 5, prg. 84 sebagai berikut.
a. Kriteria terbentuk dan terealisasi biasanya dipenuhi pada saat produk
atau barang dagangan diserahkan kepada konsumer.
b. Kalau kontrak penjualan atau penerimaan kas mmendahului produksi
dan pengiriman, maka pendapatan dapat diakui setalah terhak dan
pengiriman.
c.
Kalau produk dikontrak sebelum diproduksi, pendapatan dapat diakui
secara bertahap.
d. Kalau jasa diberikan secara menerus dengan kontrak harga yang pasti,
pendapatan dapat diakui bersamaan dengan berjalannya waktu.
e. Kalau produk ditukarkan dengan aset nonmoneter yang tidak dapat
segera dikonversi menjadi kas, pandapatan dapat diakui pada saat
mereka terhak.
f.
Kalau ketertagihan aset yang diterima untuk produk meragukan,
pendapatan dapat diakui atas dasar kas yang terkumpul.
Prosedur Pengakuan
Saat atau kaidah pengakuan pendapatan diatas
merupakan ketentuan pada level penetap standar.
Agar dapat dilaksanakan dilevel perusahaan, kaidah
tersebut harus dijabarkan secara teknis dan
prosedurial dalam bentuk dan kebijakan akuntansi
perusahaan. Kebijakan akuntansi perusahaan harus
menetapkan kejadian atau kegiatan iternal apa yang
dapat digunakan sebagai pemicu pencatatab kedalam
system akuntansi. Misalnya, bila ditentukan bahwa
saat penjualan digunakan sebagai dasar pengakuan
pendapatan, atas dasar kegiatan mana dan bukti apa
bagian akuntansi dapat mencatat menjurnal atau
menjurnal pendapatan dari penjualan tersebut.
SEKIAN
&
TERIMA KASIH