Anda di halaman 1dari 74

UNDANG-UNDANG & ETIKA KESEHATAN

PERATURAN TENTANG
REGISTRASI TENAGA
KEFARMASIAN SETELAH LULUS

Ayu Apriana Azmilda (1301010)


Ayu Sukarni Putri (1301011)
Bella Ardiyanti (1301012)
Dea Suci Ramadani (1301017)
Frehmi Yulianti (1301036)
Jayanti Pratiwi (1301042)
Nasrullah
(13010
DOSEN
PENGAMPU
MK

: SEFTIKA SARI

UU YANG TERKAIT
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 31 Tahun 2016 Tentang
Perubahan Atas Permenkes No. 889 /
MENKES / PER / V / 2011 Tentang
Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja
Tenaga Kefarmasian
UU No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan
Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun
2009 tentang pekerjaan kefarmasian

PERMENKES RI
NO. 889/MENKES/PER/V/2011
TENTANG
REGISTRASI, IZIN PRAKTIK DAN IZIN
KERJA TENAGA KEFARMASIAN

SUB BAHASAN
Peraturan tentang registrasi tenaga
kefarmasian setelah lulus
Peraturan tentang lisensi tenaga
kefarmasian (STRA, SIPA/SIK, STRTTK)
Akreditasi tenaga kefarmasian
(Sertifikasi Apoteker dan TTK)
Kasus kefarmasian serta solusi terkait
kasus

KETENTUAN UMUM
Pekerjaan
kefarmasian

pembuatan
termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi,
pengamanan,
pengadaan,
penyimpanan, dan pendistribusian atau
penyaluran obat,
pengelolaan obat,
pelayanan
obat
atas
resep
dokter,
pelayanan
informasi
obat,
serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional.
Pasal 1

KETENTUAN UMUM
TENAGA KEFARMASIAN
APOTEKER
TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN
SERTIFIKAT KOMPETENSI PROFESI
REGISTRASI, REGISTRASI ULANG

KETENTUAN UMUM

STRA
STRA
KHUSUS
SIPA
SIKA

STRT
TK

SIK
TTK

TENAGA KEFARMASIAN
Untuk dapat menjalankan Pekerjaan
Kefarmasian
Wajib memiliki
Surat Tanda Registrasi (STR)

STRA bagi Apoteker

STRTKK bagi TTK


Registrasi Bagian 1 Pasal 2 (1),(2)

Pasal 3 (2)
PENDELEGASIAN

KFN

DINK
ES
PROV

STRA

STRTTK

Pasal 6

STRA

Berlaku
selama 5
tahun,dap
at
diregistras
i ulang
selama
memenuh
i
persyarat
an.

STRT
TK

PERSYARATAN REGISTRASI
untuk memperoleh STRA, yaitu :

Bagian Kedua
Pasal 7

Ijazah Apoteker

Sertifikat kompetensi
profesi

Surat pernyataan
telah mengucapkan
sumpah/janji
Apoteker

Surat ket.sehat fisik


dan mental dari
dokter yg memiliki
surat izin praktik,
dan

Membuat surat
pernyataan akan
mematuhi dan
melaksanakan
ketentuan etika
profesi.

Pasal 7 (2)

Persyaratan yang harus dipenuhi


oleh TTK untuk memperoleh
STRTTK, yaitu :

Pasal

SERTIFIKAT KOMPETENSI PROFESI


Dikeluarkan oleh organisasi profesi setelah lulus uji
kompetensi :
Berlaku 5 tahun dan dapat dilakukan uji kompetensi
kembali setelah habis masa berlakunya.
Bagi apoteker yg baru lulus pendidikan profesi dianggap
telah lulus uji kompetensi dan memperoleh sertifikat
kompetensi profesi secara langsung
Diajukan oleh perguruan tinggi secara kolektif 1 bulan
sebelum pelantikan dan pengucapan sumpah apoteker
baru
Organisasi profesi harus memberitahukan kepada KFN
mengenai sertifikat kompetensi yg dikeluarkan paling
lama 2 minggu sebelum pelantikan dan pengucapan
sumpah Apoteker.
Uji kompetensi dilakukan oleh organisasi profesi melalui
9 ,10 dan
pembobotan Satuan Kredit SKP yang Pasal
ditetapkan
oleh 11

TATA CARA MEMPEROLEH SURAT


TANDA REGISTRASI APOTEKER
1. Mengajukan permohonan kepada KFN
2. Melamprkan : fc ijazah apoteker, FC surat
sumpah/janji apoteker, FC sertifikat kompetensi
profesi yg masih berlaku, surat ket sehat fisik dan
mental dari dokter yg memiliki SIP, surat
pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan
ketentuan etika profesi, pas foto terbaru 4x6 cm
dan 2x3 cm @2 lembar.
3. Pengajuan
permohonan
dg
teknologi
informatika/secara online melalui website KFN
4. Penerbitan STRA paling lama 10 hr kerja sejak
permohonan diterima dan dinyatakan lengkap
menggunakan form.2

BAGIAN KEEMPAT PASAL 12

TATA CARA MEMPEROLEH SURAT


TANDA REGISTRASI APOTEKER
Apoteker yang baru lulus dapat langsung
memperoleh STRA
Permohonan yang diajukan oleh PT sevara
kolektif setelah memperoleh sertifikat
kompetensi profesi 2 minggu sebelum
pelantikan dan pengucapan sumpah
Apoteker baru.
Sementara untuk TTK, STRTTk permohonan
diajukan kepada ka. Dinkes prov.
Menggunakan form.3

Pasal 13

TATA CARA MEMPEROLEH SURAT


TANDA REGISTRASI TTK
PASAL 14
Pengajuan permohonan kepada ka. Dinkes prov menggunakan
Form.4
Melampirkan :
a. Fc ijazah S.Farm/ Amd.F / analis Farm/ Tenaga menengah
Farm atau AA
b. Surat ket sehat fisik dan mental dari dokter yg memiliki SIP
c. Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan
ketentuan etika kefarmasian
d. Surat rekomendasi kemampuan dari Apoteker yg telah
memiliki STRA, atau pimpinan institusi pendidikan lulusan,
atau organisasi yg menghimpun TTK, dan
e. Pas terbaru berwarna 4x6 cm dan 2x3 cm @2 lembar

PASAL 15

REGISTRASI ULANG

PENCABUTAN STRA DAN


STRTTK
Dicabut karena :
a. Permohonan yg bersangkutan
b. Pemilik STRA/STRTTK tidak lagi memenuhi
persyaratan fisik dan mental untuk menjalankan
pekerjaan kefarmasian berdasarkan surat ket
dokter.
c. Melakukan
pelanggaran
disiplin
tenaga
kefarmasian
d. Melakukan pelanggaran hukum di bidang
kefarmasian yang dibuktikan dengan putusan
pengadilan

BAGIAN KEENAM PASAL 16

ALUR PENCABUTAN

PASAL 16

IZIN PRAKTIK DAN IZIN


KERJA
Pasal 17
Tenaga kefarmasian yg akan menjalankan pekerjaan
kefarmasian wajib memiliki Surat Izin sesuai tempat tenaga
kefarmasian bekerja
Surat izin berupa :
a.
SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas
yanfar
b. SIPA Aping di fasilitas yanfar
c. SIKA
bagi Apoteker yg melakukan pekerjaan
kefarmasian
di
fasilitas
produksi/distribusi
atau
penyaluran.
d. SIKTTK bagi TTK yg melakukan pekerjaan kefarmasian
pada fasilitas kefarmasian

IZIN PRAKTIK DAN IZIN


KERJA
Pasal 18
SIPA bagi apoteker penanggung jawab di fasilitas
pelayanan kefarmasian atau SIKA hanya diberikan
untuk 1 tempat fasilitas kefarmasian
Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan
kefarmasian berupa puskesmas dapat menjadi
Apoteker pendamping diluar jam kerja.
SIPA bagi Apoteker pendamping dapat diberikan
untuk paling banyak 3 tempat fasilitas pelayanan
kefarmasian.
SIKTTK dapat diberikan untuk paling banyak
3
tempat fasilitas kefarmasian

IZIN PRAKTIK DAN IZIN KERJA


Pasal 19,20

TATA CARA MEMPEROLEH SIPA, DAN SIKA


Pasal 21
Pengajuan permohonan ke Ka. Dinkes Kab/kota
tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan
sesuai form.6
Dengan lampiran :
a. Fc STRA yg dilegalisir oleh KFN
b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik
profesi / surat ket dari pimpinan fasilitas
yanfar atau dari pimpinan fasilitas produksi
atau distribusi/penyaluran
c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi
d. Pas foto ukuran 4x6 atau 3x4 @2 lembar
. Dalam mengajukan permohonan SIPA sbg
apoteker pendamping harus dinyatakan secara

TATA CARA MEMPEROLEH SIKTTK


Pengajuan permohonan ke Ka. Dinkes
kab/kota
tempat
pekerjaan
kefarmasian
dilaksanakan
dg
menggunakan Form.9
Dengan melampirkan :
a. Fc STRTTK
b. Surat
pernyataan
Apt
atau
pimpinan
tempat
pemohon
melaksanakan
pekerjaan
kefarmasian.

TATA CARA MEMPEROLEH SIKTTK


c. Surat rekomendasi dari organisasi yg
menghimpun TTK
d. Pas foto 4x6 dan 3x4 @2 lembar
Dalam mengajukan permohonan SIKTTK harus
dinyatakan secara tegas permintaan SIKTTK
untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama,
kedua, atau ketiga
Ka. Dinkes kab/kota harus menerbitkan SIKTTK
paling lama 20 hari kerja sejak surat
permohonan diterima dan dinyatakan lengkap
menggunakan Form.10

PENCABUTAN
Ka.dinkes kab/kota dapat mecabut SIPA, SIKA / SIKTTK karena :
a. Atas permintaan yg bersangkutan
b. STRA atau STRTTK tidak berlaku lagi
c. Yg bersangkutan tidak bekerja pada tempat yg tercantum
dalam surat izin.
d. Yg bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan fisik
dan mental untuk menjalankan pekerjaan kefarmasian
berdasarkan pembinaan dan pengawasan dan ditetapkan
dg surat ket dokter
e. Melakukan pelanggaran disiplin tenaga kefarmasian
berdasarkan rekomendasi KFN
f.
Melakukan pelanggaran hukum di bidang kefarmasian yg
dibuktikan dg putusan pengadilan

PASAL 23

ALUR PENCABUTAN

Pencabutan
SIPA, SIKA,
SIKTTK

Pemilik SIPA,
SIKA, SIKTTK

Tembusan
Dirjen,
Ka.Dinkes prov,
organisasi
profesi atau
organisasi yang
menghimpun
TTK

PASAL 23

PELAPORAN

Ka. Dinkes
kab/kota

Pasal

Pemberian izin
SIPA, SIK, dan
SIKTTK serta
pencabutan
Setiap 3 bulan
sekali

Ka.Dinkes
Prov

DIRJEN

Rekapitulasi
pemberian SIPA,
SIKA, dan SIKTTK
serta pencabutan
Setiap 6 bln
sekali

PERATURAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31
TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN
ATAS PERMENKES NO
889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG
REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN
KERJA TENAGA KEFARMASIAN

P A S A L 17

PEKERJAAN
KEFARMASI
AN

TENAGA
KEFARMASI
AN

WAJIB
MEMILIKI
SURAT IZIN

Sesuai
tempat
kerja

SIPA bagi
APT / SIPTTK
bagi TTK

PASAL 18
SIPA bagi APT hanya diberikan untuk 1 tempat
fasilitas kefarmasian
Dikecualikan
dari
ketentuan
sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 SIPA bagi APT di fasilitas
yanfar dapat diberikan paling banyak 3 tempat
fasilitas yanfar
Dalam hal apt telah memiliki surat izin apotek,
maka apoteker dapat memiliki 2 SIPA pada
fasilitas yanfar lain.
SIPTTK dpt diberikan untuk paling banyak 3
tempat fasilitas kefarmasian

PASAL 19

PEMDA
KAB/KOTA

MEMBERIKAN
SIPA/SIPTTK

ATAS
REKOMENDASI

TEMPAT
TENAGA
MENJALANKAN
PRAKTIK

PEJABAT
KESEHATAN
BERWENANG
KAB/KOTA

KASUS

KASUS

SORONG Dari sekitar 40 apotek dan klinik dokter yang


beroperasi diKota Sorong, 80 persennya terindikasi melanggar
Undang-Undang(UU) KesehatanNomor 36 dan PPNomor 51
tahun 2009 tentang kefarmasian. Kedua aturan
tersebutmengatur bahwa apotek haruslah beroperasi dengan
ada apoteker atau apoteker pendamping.
Hal ini disampaikan olehKetua Ikatan Apoteker Indonesia (IAI)
Kota Sorong, Ruslan Belang, S.Si Apt. kemarin (2/11).
Dikatakannya, sebagian besar apotek di KotaSorong beroperasi
tanpa adanya apoteker pendamping. Kalau apotekernya tidak
ada, maka apotek bisa beroperasi jika ada apoteker pendamping.
Tapi, di Kota Sorong, dari sekitar 40 apotek dan klinik dokter
praktek, hampir 80 persennya tetap beroperasi tanpa adanya
apoteker dan apoteker pendamping, dan ini adalah sebuah
pelanggaran,ujar Ruslan.
Lebih lanjut dikatakan, saat ini, adaapotek nakal yang masih
tetap beroperasi tanpa adanya apoteker penanggung
jawab.Kemudian, dari 5 klinik praktek dokter, hanya ada dua
klinik yang memiliki apoteker, dan sebenarnya itu jelas-jelas

KASUS

Atas pelanggaran yang dilakukan klinik-klinik tersebut, pihaknya


lanjut Ruslan sudah menyurat kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
dan Kota Sorong serta Balai Pengawasan Obat-dan
Makanan(BPOM) untuk menyikapi soal pelanggaran tersebut.
Harus beroperasi dengan adanya apoteker, dan kita kasih
kesempatan mereka untuk melakukan subtitusi aturan itu. Dan
kini beberapa sudah melakukan pengurusan untuk apoteker
pendamping. Tapi kami dari IAI menilai itu terlalu lama, karena
batas tenggang waktu yang diberikan pemerintah itu sampai pada
bulan Agustus, tapi ini kan sudah bulan November, jelasnya.
Ruslan juga mewarning kepada para pengusaha apotek dengan
memberikan tiga alternatif jika ingin tetap beroperasi. Disamping
pihaknya tetap menyurat kepada para apoteker untuk sesegera
mungkin mencari apoteker pendamping. Kita tetap bersurat
kepada apoteker penanggung jawabnya untuk mencari apoteker
pendamping atau ada 3 alternatif yang kami berikan, yakni yang
pertama dia (Apoteker, red) harus masuk secara terus menerus,
kedua kalau dia tidak ada dia harus pakai apoteker
pendampingnya, ketiga, apotek hanya boleh buka pada saat

PERMASALAHAN
Adanya sejumlah klinik yang melakukan
pelayanan kefarmasian di Sorong yang
beroperasi tanpa adanya apoteker.

Adanya sejumlah apotek di Sorong yang


beroperasi tanpa kehadiran Apoteker
Pengelola Apotek maupun Apoteker
Pendamping selama jam apotek beroperasi.

PEMBAHASAN
A

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009


tentang Kesehatan
BAB III Hak dan Kewajiban (Bagian
Kesatu: Hak)
Pasal 8
Pasal 7

Setiap orang berhak


untuk mendapatkan
informasi dan edukasi
tentang kesehatan yang
seimbang dan
bertanggung jawab.

Setiap orang berhak


memperoleh informasi
tentang data kesehatan
dirinya termasuk
tindakan dan pengobatan
yang telah maupun yang
akan diterimanya dari
tenaga kesehatan.

Pelanggaran
Kasus tidak adanya apoteker di sejumlah
klinik dan apotek di Sorong dinilai telah
melanggar hak pasien untuk memperoleh
informasi dan edukasi kesehatan yang
seimbang dan bertanggung jawab, serta
pengobatan yang telah maupun yang akan
diterimanya dari tenaga kesehatan. Pasien
berhak untuk menerima informasi-informasi
tersebut dari tenaga kesehatan dalam hal
ini yaitu apoteker. Apoteker sebagai pihak
yang memiliki kompetensi untuk
menyampaikan informasi yang bertanggung
jawab terkait kesehatan dan pengobatan.

PEMBAHASAN
BAB V Sumber Daya di Bidang Kesehatan (Bagian Kesatu:
Tenaga Kesehatan)

Pasal 24
ayat (1)
Tenaga kesehatan
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 harus
memenuhi ketentuan kode
etik, standar profesi, hak
pengguna pelayanan
kesehatan, standar
pelayanan, dan standar
prosedur operasional.

Pelanggaran
Tenaga kesehatan, dalam hal
ini apoteker, yang tidak ada
di tempat selama jam apotek
beroperasi dan klinik
merupakan pelanggaran
terhadap kode etik apoteker.
Semua bentuk pelayanan
kefarmasian sudah
seharusnya dilakukan oleh
seorang apoteker.
Pelanggaran terhadap Kode
Etik Apoteker Indonesia akan
dibahas lebih lanjut

PEMBAHASAN
BAB VI Upaya Kesehatan (Bagian Kelimabelas: Pengamanan
dan Penggunaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan)

Pasal 108 ayat (1)

Pelanggaran

Praktik kefarmasian yang


meliputi pembuatan
termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan
pendistribusian obat,
pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi
obat serta pengembangan
obat, bahan obat dan obat
tradisional harus dilakukan
oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian
dan kewenangan sesuai

Tidak adanya apoteker atau


ketidak hadiran apoteker di
sejumlah klinik dan apotek
selama jam buka klinik dan
apotek menunjukkan bahwa
tidak adanya praktik
kefarmasian yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian
dan kewenangan dalam
bidang tersebut

PEMBAHASAN
B

Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang


Pekerjaan Kefarmasian

Pasal 1 butir 4

Pasal 1 butir 5

Pasal 1 butir 13

Pasal 2 ayat (2)

Pelayanan
kefarmasian
adalah suatu
pelayanan
langsung dan
bertanggung
jawab kepada
pasien yang
berkaitan
dengan
sediaan
farmasi
dengan
maksud
mencapai
hasil yang
pasti untuk
meningkatkan
mutu

Apoteker
adalah
sarjana
farmasi yang
telah lulus
sebagai
apoteker dan
telah
mengucapkan
sumpah
jabatan
apoteker.

Apotek adalah
sarana
pelayanan
kefarmasian
tempat
dilakukan
praktek
kefarmasian
oleh apoteker.

Pekerjaan
kefarmasian
sebagaimana
dimaksud
pada ayat (1)
harus
dilakukan oleh
tenaga
kesehatan
yang
mempunyai
keahlian dan
kewenangan
untuk itu.

BAB I Ketentuan Umu

Pelanggaran
Berdasarkan pasal-pasal di atas, sejumlah
klinik dan apotek dinilai telah melanggar
ketentuan-ketentuan tersebut. Pelayanan
kefarmasian seharusnya dilakukan secara
langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien. Dalam hal ini khususnya di apotek,
telah dinyatakan dengan jelas bahwa
praktek kefarmasian harus dilakukan oleh
seorang apoteker. Apoteker yang tidak
melaksanakan hal-hal tersebut juga
melanggar sumpah jabatan apoteker.
Pelanggaran terhadap sumpah jabatan
apoteker akan dibahas lebih lanjut di bawah

PEMBAHASAN
BAB II Penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian (Bagian
Kelima: Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian Pada
Pasal 21Pelayanan Kefarmasian)
Fasilitas
Dalam menjalankan praktek kefarmasian pada fasilitas pelayanan
kefarmasian, apoteker harus menerapkan standar pelayanan
kefarmasian.
Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter
dilaksanakan oleh apoteker.

Pelanggaran

Apoteker yang tidak ada atau tidak hadir selama jam apotek
beroperasi atau klinik menyebabkan pelayanan kefarmasian
yang tidak dilakukan oleh apoteker, yaitu orang yang
berwenang dan berkompetensi dalam hal ini. Pada
kenyataannya, penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan

PEMBAHASAN
BAB II Penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian (Bagian
Kelima: Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian Pada
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian)
Pasal 24 butir a

Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan


kefarmasian, apoteker dapat mengangkat seorang apoteker
pendamping yang memiliki SIPA.

Pelanggaran

Apoteker Pengelola Apotek (APA) ataupun Apoteker


Penanggung Jawab di suatu klinik yang berhalangan hadir
selama jam apotek beroperasi atau klinik sudah seharusnya
menunjuk seorang apoteker pendamping. Sehingga dalam
keadaan APA tidak ada di tempat, pelayanan kefarmasian
tetap dilakukan oleh seorang apoteker, dan bukan oleh
tenaga lain yang tidak berwenang dalam pelayanan

PEMBAHASAN
BAB II Penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian (Bagian
Kelima: Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian Pada
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian)
Pasal 25 ayat (2)
(2) Dalam hal apoteker yang mendirikan apotek bekerja sama
dengan pemilik modal maka pekerjaan kefarmasian harus tetap
dilakukan sepenuhnya oleh apoteker yang bersangkutan.

Pelanggaran
Sejumlah apotek dimungkinkan telah melanggar ketentuan ini.
Walaupun apotek adalah milik apoteker itu sendiri, ataupun apoteker
bekerja sama dengan pemilik modal, pekerjaan kefarmasian harus
tetap dilakukan oleh apoteker sebagai pihak yang berkompetensi.

PEMBAHASAN
BAB III Tenaga
Kefarmasian

Pasal 51 ayat (1)

Pelanggaran

Pelayanan
kefarmasian di
apotek, puskesmas
atau instalasi
farmasi rumah sakit
hanya dapat
dilakukan oleh
apoteker.

Sejumlah klinik dan


apotik dinilai telah
melanggar
ketentuan ini
karena sudah jelas
dinyatakan bahwa
pelayanan
kefarmasian di
semua fasilitas
pelayanan
kesehatan

PEMBAHASAN
C

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun


2014 tentang Klinik
Pasal 14

Pasal 21

Pasal 22 ayat (1)

Setiap tenaga
kesehatan yang
bekerja di klinik
harus bekerja
sesuai dengan
standar profesi,
standar prosedur
operasional,
standar
pelayanan, etika
profesi,
menghormati
hak pasien, serta
mengutamakan
kepentingan dan
keselamatan

Klinik rawat jalan


tidak wajib
melaksanakan
pelayanan
farmasi
Klinik rawat jalan
yang
menyelenggarak
an pelayanan
kefarmasian
wajib memiliki
apoteker yang
memiliki Surat
Izin Praktik
Apoteker (SIPA)
sebagai

Klinik rawat inap


wajib memiliki
instalasi farmasi
yang
diselenggarakan
apoteker.

PEMBAHASAN
Pelanggaran
Dalam kasus ini dari total 5 klinik, hanya 2 klinik
yang memiliki apoteker. Selama klinik tersebut
memiliki instalasi farmasi dan melakukan
pelayanan kefarmasian, maka klinik diwajibkan
memiliki seorang apoteker sebagai penanggung
jawab. Dalam kasus ini terindikasi sebagai
sebuah pelanggaran apabila pelayanan
kefarmasian tetap dilakukan tanpa adanya
apoteker. Apoteker yang tidak ada di tempat
selama jam buka klinik tidak sesuai dengan
kode etik dan standar profesi. Apoteker juga
tidak mengutamakan kepentingan dan
keselamatan pasien, karena pelayanan

PEMBAHASAN

PEMBAHASAN
D

Kode Etik Apoteker Indonesia


Praktik pelayanan kefarmasian oleh
seorang apoteker dilakukan
berdasarkan Kode Etik Apoteker
Indonesia yang dikeluarkan oleh
organisasi profesi, yaitu Ikatan
Apoteker Indonesia (IAI). Apoteker di
sejumlah klinik dan apotek di Sorong
dinilai telah melanggar:

PEMBAHASAN
Pasal 1

Seorang apoteker harus menjunjung tinggi,


menghayati dan mengamalkan Sumpah/Janji Apoteker.

Pasal 2

Seorang apoteker harus berusaha dengan sungguhsungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik
Apoteker Indonesia.

Pasal 3

Seorang apoteker harus senantiasa menjalankan


profesinya sesuai kompetensi Apoteker Indonesia
serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh
pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan
kewajibannya.
Di dalam menjalankan tugasnya seorang apoteker
harus menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan
diri semata yang bertentangan dengan martabat dan
tradisi luhur jabatan kefarmasian.

Pasal 5

Pasal 7

Seorang apoteker harus menjadi sumber informasi


sesuai dengan profesinya.

BAB I Kewajiban Umum

PEMBAHASAN
Pelanggaran
Apoteker yang bekerja pada sejumlah klinik dan
apotik di Sorong dinilai telah melanggar pasal-pasal
di atas dalam Kode Etik Apoteker Indonesia. Apoteker
yang tidak hadir selama jam apotek beroperasi tidak
mengamalkan sumpah atau janji apoteker serta tidak
sungguh-sungguh dalam mengamalkan kode etik
profesinya (pasal 1 dan 2). Apoteker juga seharusnya
berada, dalam hal ini, di klinik atau apotek,
melakukan pekerjaan kefarmasian sesuai dengan
kompetensinya, seperti pelayanan dan penyerahan
resep dokter, serta pemberian informasi dan edukasi
pengobatan kepada pasien (pasal 3).
Apoteker juga dinilai melanggar pasal 5 dalam Kode
Etik Apoteker Indonesia. Apoteker yang tidak hadir
selama jam operasional klinik dan apotek cenderung
hanya berorientasi pada materi karena tidak

PEMBAHASAN

Pasal 15

Seorang apoteker
bersungguh-sungguh
menghayati dan
mengamalkan Kode Etik
Apoteker Indonesia dalam
menjalankan tugas
kefarmasiannya sehari-hari.

Pelanggaran

Apoteker dinilai telah


melanggar Kode Etik Apoteker
Indonesia dalam pekerjaan
kefarmasian yang
dilakukannya. Apoteker dinilai
tidak bersungguh-sungguh
dalam mengimplementasikan
Kode Etik Apoteker Indonesia
dalam menjalankan tugas
kefarmasiannya sehari-hari.

BAB V Penutu

PEMBAHASAN
E
Sumpah/Janji
Apoteker
Sebelum melakukan pekerjaan yang menjadi kewenangan dan
kompetensinya, seorang apoteker harus mengucapkan lafal sumpah
atau janji menurut agama yang dipeluknya. Isi sumpah/janji
apoteker sesuai dengan PP Nomor 20 Tahun 1962 tentang Lafal
Sumpah Janji Apoteker adalah sebagai berikut:
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan
perikemanusiaan, terutama dalam bidang kesehatan.
2. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui
karena pekerjaan saya dan keilmuan saya sebagai apoteker.
3. Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan
pengetahuan kefarmasian saya untuk sesuatu yang
bertentangan dengan hukum perikemanusiaan.
4. Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya
sesuai dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.
5. Dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan berihtiar dengan
sungguh-sungguh supaya tidak terpengaruh oleh pertimbangan

PEMBAHASAN

Pelanggaran
Apoteker yang tidak hadir di sejumlah klinik dan apotek selama
jam operasional di Sorong juga melanggar lafal sumpah/janji
apoteker yang telah diucapkannya. Apoteker tersebut dinilai
telah melanggar sumpah/janji apoteker pada butir 1 dan 4.
Apoteker yang tidak hadir tersebut sudah jelas tidak
menjalankan tugas yang menjadi kewajibannya dengan sebaikbaiknya. Apoteker tersebut juga tidak mengimplementasikan isi
dari butir 1 sepenuhnya. Dengan ketidak hadiran apoteker di
klinik atau apotek, tidak ada pelayanan kesehatan dalam
bidang kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker tersebut.
Sudah seharusnya sumpah/janji apoteker dijadikan landasan
bagi seorang apoteker sebagai landasan moral dalam
pengabdian profesinya.

SANKSI
A

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009


tentang Kesehatan
BAB XVIII
Pembinaan
dan
Pengawasan
(Bagian
Kedua:
Pengawasan)

Pasal 188 ayat (1) dan (3)


Menteri dapat mengambil
tindakan administratif terhadap
tenaga kesehatan dan fasilitas
pelayanan kesehatan yang
melanggar ketentuan
sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
Tindakan administratif
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat berupa: a.
peringatan secara tertulis; b.
pencabutan izin sementara atau
izin tetap.

SANKSI
A

Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009
Pasal 198
orang yang tidak memiliki keahlian dan
tentang Setiap
Kesehatan

BAB XX
Ketentuan
Pidana

kewenangan untuk melakukan praktik kefarmasian


sebagaimana dimaksud dalam pasal 108 dipidana
dengan pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00
(serratus juta rupiah).
Pasal 201
Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
pasal 190 ayat (1), pasal 191, pasal 192, pasal 196,
pasal 197, pasal 198, pasal 199, dan pasal 200
dilakukan oleh korporasi, selain pidana penjara dan
denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat
dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda
dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda
sebagaimana dimaksud dalam pasal 190 ayat (1), pasal
191, pasal 192, pasal 196, pasal 197, pasal 198, pasal
199, dan pasal 200.
Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha; dan/atau b. pencabutan
status badan hukum.

SANKSI
B Kode Etik Apoteker Indonesia
Jika seorang apoteker baik dengan sengaja maupun
tak sengaja melanggar atau tidak mematuhi Kode
Etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui
dan menerima sanksi dari pemerintah,
ikatan/organisasi profesi farmasi yang menanganinya
(IAI) dan mempertanggungjawabkannya kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Apabila apoteker melakukan pelanggaran kode etik
apoteker, yang bersangkutan dikenakan sanksi
organisasi. Sanksi dapat berupa pembinaan, peringatan,
pencabutan keanggotaan sementara, dan pencabutan
keanggotaan tetap.

SOLUSI

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


889/MENKES/PER/V/2011 tentang
Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja
Tenaga Kefarmasian, dijelaskan mengenai
Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA),
Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA), dan Surat
Izin Kerja Apoteker (SIKA).

SOLUSI
BAB I Ketentuan Umum

Pasal 1 butir 8, 11, dan 12


8. Surat Tanda Registrasi Apoteker, yang
selanjutnya disingkat STRA adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh menteri kepada apoteker
yang telah diregistrasi.
11. Surat Izin Praktik Apoteker, yang selanjutnya
disingkat SIPA adalah surat izin yang diberikan
kepada apoteker untuk dapat melaksanakan
praktik kefarmasian pada fasilitas pelayanan
kefarmasian.
12. Surat Izin Kerja Apoteker, yang selanjutnya
disebut SIKA adalah surat izin praktik yang
diberikan kepada Apoteker untuk dapat
melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada

Bagian Kesatu: Umum


Pasal 2

Bagian Kedua: Persyaratan Registrasi


Pasal 7 ayat (1)

Bagian Keempat: Tata Cara Memperoleh Surat


Tanda Registrasi
Pasal 12

Bagian Keenam: Pencabutan STRA dan


STRTTK
Pasal 16 ayat (1)

BAB II Registrasi
BAB III Izin Praktik dan Izin Kerja
Bagian Kesatu: Umum
Pasal 17

SOLU
SI

Bagian Kedua: Tata Cara Memperoleh SIPA,


SIKA, dan SIKTTK
Pasal 21

DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, 2009, Kode Etik Apoteker Indonesia dan
Implementasi-Jabaran Kode Etik, Ikatan Apoteker Indonesia, Jakarta.
Menteri Kesehatan RI, 2011, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian, Menteri Kesehatan RI, Jakarta.
Menteri Kesehatan RI, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2014
tentang Klinik, Menteri Kesehatan RI, Jakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai