Anda di halaman 1dari 16

CLINICAL SCIENCE SESSION

KISTA DAN ABSES BARTOLINI


OLEH :
RYAN ADITYA

PENDAHULUAN
Kista bartholini diperkenalkan oleh Caper Bartolini pada tahuin 1677. Kista bartholini
adalah tersumbatnya saluran lubrikasi pada vagina atau membesarnya muara saluran
lubrikasi sehingga cairan lubrikasi tidak bisa keluar.
Merupakan masalah yang sering terjadi pada wanita usia reproduksi, kebanyakan
pada usia 20-30 tahun dengan 1 dalam 50 wanita.

Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini meliputi definisi, epidemiologi, etiologi, gambaran
klinis, diagnosis, penatalaksanaan dari kista dan abses bartolini

Metode penulisan
Metode penulisan makalah ini adalah dengan tinjauan pustaka yang merujuk pada
berbagai literatur

TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi Kelenjar Bartolini
Diperdarahi
oleh
arteri
bulbi
vestibule, dipersarafi oleh nervus
pudendus dan nervus hemoroidal
inferior.

2. Definisi
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang terbentuk di bawah
kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Suatu abses terjadi bila kista menjadi
terinfeksi.

3. Epidemiologi
Abses umumnya terjadi tiga kali lebih banyak daripada kista. Kista paling umum
terjadi pada labia majora. Involusi bertahap dari kelenjar bartholini dapat terjadi
pada saat seorang wanita mencapai usia 30 tahun, hal ini menjelaskan lebih sering
terjadi kista dan abses selama usia reproduksi. Sekitar 1 dalam 50 wanita
mengalami abses. Kebanyakan pada usia 20 -30 tahun.

4. Etiologi

Infeksi (neiseria gonorea, streptokok, stafilokok)


trauma

5. Patofisiologi
Tersumbatnya bagian distal dari ductus bartolini menyebabkan retensi dari
sekresi dengan akitbat pelebaran ductus dan pembentukan kista. Kista dapat
menjadi terinfeksi dan abses bias berkembang dalam kelenjar. Kelenjar bartolini
sangat sering terinfeksi dan dapat membentuk kista dan abses pada wanita
usia reproduksi.
Kista barolini terbentuk ketika ostium dari ductus tersumbat, biasanya akibat
sekunder dari peradangan atau trauma. Kista bartolini ukuran 1-3 cm seringkali
asimptomatik, lebih besar menyebabkan nyeri dan dyspareunia. Abses
mengeluhkan nyeri vulva yang akut dan bertambah secara cepat dan progresif.

6. Manifestasi Klinis
Asimptomatik bila masih kecil dan belum inflamasi. Lebih besar menyebabkan nyeri
dan dyspareunia, rasa kurang nyaman ketika jalan atau duduk

7. Diagnosa
7.1. anamnesa
Pada anamnesa ditemukan gejala klinis beruppa :
Nyeri yang akut disertai pembengkakan labial unilateral
Dispareunia
Nyeri pada waktu berjalan dan duduk
Nyeri yang mendadak mereda, diikuti dengan timbulnya discharge
7.2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang diperoleh dari pemeriksaan sebagai berikut :
Pada perabaan teraba massa yang tender, fluktuasi dengan daerah sekitar
yang eritema dan edema
Dalam beberapa kasus, didapatkan daerah selulitis di sekitar abses
Demam, meskipun tidak khas
Jika abses telah pecah secara spontan, dapat terdapat discharge yang purulen
7.3. Pemeriksaan Penunjang
Kultur bakteri

8. Diagnosis Banding
Lesion
Cystic lesions

Location

Characteristics

Bartolini's duct
cyst
Epidermal
inclusion cyst
Mucous cyst of
the vestibule

Vestibule

Usually unilateral; asymptomatic if remains small

Fibroma

Labia majora, perineal Firm, asymptomatic; may develop pedicle; may undergo
body, introitus
myxomatous degeneration; potential for malignancy
Labia majora, clitoris Benign, slow-growing; sessile or pedunculated

Labia majora (usually) Benign, mobile, nontender; caused by trauma or


obstruction of pilosebaceous ducts
Labia minora,
Soft, less than 2 cm in diameter, smooth surface,
vestibule, periclitoral superficial location; solitary or multiple; usually
area
asymptomatic
Hidradenoma
Between labia majora Benign, slow-growing, small nodule (2 mm to 3 cm);
papilliferum
and labia minora
arises from apocrine sweat glands
Cyst of the canal Labia majora, mons
Soft, compressible; peritoneum entrapped within round
of Nuck
pubis
ligament; may mimic inguinal hernia
Skene's duct
Adjacent to urethral Benign, asymptomatic; if large, may cause urethral
cyst
meatus in vestibule
obstruction and urinary retention
Solid lesions

Lipoma

9. Penatalaksanaan
9.1. Tindakan Operatif
1. Insisi dan Drainase
Ada studi yang melaporkan, bahwa terdapat 13% kegagalan pada prosedur ini.
2. Word Catheter
Merupakan sebuah kateter kecil dengan balony yang dapat digembungkan dengan
saline pada ujung distalnya. Panjang dari kateter karet ini sekitar 1 inch dengan
diameter No. 10 French Foley kateter. Balon di ujung dapat menampung sekitar 3-4 mL
larutan saline

3. Marsupialisasi
Tindakan ini tidak dilakukan ketika terdapat tanda-tanda abses akut. Kekambuhan
kista Bartolini setelah pprosedur marsupialisasi sekitar 5-10%.
Cara :
Disinfeksi dinding kista sampai labia dengan menggunakan betadine
Dilakukan local anestesi dengan menggunakan lidokain 1%
Dibuat insisi vertical pada kulit labium sedalam 0,5 cm (insisi sampai diantara
jaringan kulit dan kista/abses) pada sebelah lateral dan sejajar dengan dasar
selaput himen
Dilakukan insisi pada kista dan dinding kista dijeput dengan klem pada 4 sisi,
sehingga rongga kista terbuka dan kemudian dinding kista diirigasi dengan
cairan salin
Dinding kista dijahit dengan kulit labium dengan atraumatic catgut. Jika
memungkinkan muara baru dibuat sebesar mungkin (masuk 2 jari tangan), dan
dalam waktu 1 minggu muara baru akan mengecil separuhnya, dan dalam
waktu 4 minggu muara baru akan mempunyai ukuran sama dengan muara
saluran kelenjar bartolini sesungguhnya.

4. Eksisi (Bartoliniectomy)
Eksisi bisa dipertimbangkan pada pasien tidak berespon terhadap drainase,
namun prosedur ini harus dilakukan saat tidak ada infeksi aktif. Eksisi memiliki
risiko perdarahan.

9.2. Pengobatan Medikamentosa


Antibiotik sebagai terapiempiris untuk pengobatan penyakit menular seksual biasanya
digunakan untuk mengobati gonococcal dan chlamydia.
9.3. Komplikasi
Komplikasi yang paling umum dari abses bartolini adalah kekambuhan.
Pada beberapa kasus dilaporkan necrotizing fasciitis setelah dilakukan drainase abses
Perdarahan terutama pada pasien dengan koagulopati
Timbul jaringan parut

KESIMPULAN
Kista bartolini merupakan tumor kistik jinak dan ditimbulkan akibat saluran Bartolini
yang mengalmai sumbatan. Sumbatan biasanya disebabkan oleh infeksi. Kuman
yang sering menginfeksi kelenjar Bartolini adalah Neisseria gonorrhoeae. Kelenjar
bartolini bisa tersumbat Karena berbagai alasan, seperti infeksi, peradangan atau
iritasi jangka panjang. Kista bartolini seringkali bersifat asimptomatis. Jika terdapat
infeksi sekunder, maka bisa diberikan antibiotic spectrum luas, diberikan antibiotic
yang sesuai bila belum terjadi abses. Jika bernanah, harus dikeluarkan dengan
sayatan menggunakan kateter word, teknik marsupialisasi, maupun eksisi.

Anda mungkin juga menyukai