PPT PBL Blok 27 Vita

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 33

Dokter Harus Memiliki Etika

dalam Melayani Pasien


Victor Morando N
102013392

Skenario 7
Dr. P adalah seorang dokter spesialis obgin yang
berpengalaman. Beliau baru saja akan menyelesaikan tugas
jaga malamnya di sebuah rumah sakit, ketika seorang wanita
muda datang dengan ditemani oleh ibunya untuk berobat. Si
pasien lalu menceritakan keluhannya itu yaitu mengalami
perdarahan pervaginam dan sangat kesakitan. Dr.P kemudian
melakukan pemeriksaan dan menduga bahwa kemungkinan
pasien mengalami keguguran atau mencoba melakukan
aborsi. Dr. P segera melakukan dilatasi dan curettage dan
mengatakan kepada suster untuk menanyakan kepada pasien
apakah dia bersedia diopname di RS sampai keadaannya
benar-benar baik. Tidak lama kemudian Dr.Q datang untuk
menggantikan dr.P, yang langsung pulang tanpa berbicara
kepada pasien.

MIND MAPPING
Tindakan
Dokter

Aspek
Medis

Aspek Etika

Aspek
Hukum

ASPEK HUKUM
Di daDi dalam
praktekORkedokteran
PROFESSIONAL
MISCONDUCT
UNREASONABLE
terdapat
LACK OFaspek
SKILL. etik dan aspek hukum yang
yang
sering PROFESSIONAL
tumpang-tindih
sangat
FAILUREluas,
OF ONE
RENDERING
pada suatu
issue tertentu.
Aspek
etikAND
SERVICES
TO EXERCISE
THAT DEGREE
OF SKILL
ARTINYA
: UNDER ALLdari
LEARNING
COMMONLY
APPLIED
THE
seringkali
tidak
dapat
dipisahkan
CIRCUMSTANCES
IN THE
COMMUNITY
BY THE
aspek
hukumnya,
oleh
karena banyaknya
LALAI
MENGAKIBATKAN
AVERAGE
PRUDENT
MEMBER
OF THE
norma etik yang REPUTABLE
telah diangkat
menjadi
PROFESSION
WITH THEKERUGIAN
RESULT OF INJURY, LOSS OR
CEDERA/
norma
hukum,
atau
sebaliknya
norma
DAMAGE TO THE RECIPIENT OF THOSE SERVICES OR
hukum
yang
mengandung
nilai-nilai
TO THOSE
ENTITLED
TO RELY UPON
THEM. etika

Kemungkinan terjadinya peningkatan ketidakpuasan pasien


terhadap layanan dokter / RS /tenaga kesehatan dapat terjadi
sebagai akibat dari :

semakin tinggi pendidikan rata-rata masyarakat sehingga


membuat mereka lebih tahu tentang haknya dan lebih asertif
semakin tingginya harapan masyarakat kepada layanan
kedokteran sebagai hasil dari luasnya arus informasi
komersialisasi dan tingginya biaya layanan kedokteran dan
kesehatan sehingga masyarakat semakin tidak toleran
terhadap layanan yang tidak sempurna, dan provokasi oleh
ahli hukum dan oleh tenaga kesehatan sendiri.

Aturan aborsi di Indonesia yang


berlaku hingga saat ini yaitu :
Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1946
tentang Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP) yang menjelaskan
dengan alasan apapun, aborsi adalah
tindakan melanggar hukum. Sampai
saat ini masih diterapkan.

Informed Consent
Informed Consent terdiri dari dua kata
yaitu: informed yang berarti telah
mendapat penjelasan atau
keterangan (informasi), dan
consent yang berarti persetujuan
atau memberi izin.
Jadi informed consent mengandung
pengertian suatu persetujuan yang
diberikan setelah mendapat informasi

Dengan demikian informed consent dapat


didefinisikan

Persetujuan yang diberikan oleh


pasien dan atau keluarganya atas
dasar penjelasan mengenai
tindakan medis yang akan
dilakukan terhadap dirinya serta
resiko yang berkaitan dengannya

Tujuan informed Consent

1. Perlindungan pasien untuk segala


tindakan medik
2. Perlindungan tenaga kesehatan
terhadap terjadinya akibat yang
tidak terduga serta dianggap
meragukan pihak lain

Bentuk Informed
Consent
1. Implied Constructive Consent (Keadaan Biasa)
Tindakan yang biasa dilakukan, telah diketahui, telah dimengerti oleh
masyarakat umum, sehingga tidak perlu lagi dibuat tertulis. Misalnya
pengambilan darah untuk laboratorium, suntikan, atau hecting luka terbuka.

2. Implied Emergency Consent (Keadaan Gawat


Darurat)
Bila pasien dalam kondiri gawat darurat sedangkan dokter perlu melakukan
tindakan segera untuk menyelematkan nyawa pasien sementara pasien dan
keluarganya tidak bisa membuat persetujuan segera. Seperti kasus sesak nafas

3. Expressed Consent (Bisa Lisan/Tertulis


Bersifat Khusus)
Persetujuan yang dinyatakan baik lisan ataupun tertulis, bila yang akan
dilakukan melebihi prosedur pemeriksaan atau tindakan biasa. Misalnya
pemeriksaan vaginal, pencabutan kuku, tindakan pembedahan/operasi

Hak-hak pasien dalam


pemberianinform consent adalah:
Hak atas informasi
Informasi yang diberikan meliputi diagnosis penyakit
yang diderita, tindakan medik apa yang hendak
dilakukan, prognosanya, perkiraan biaya pengobatan

Hak atas persetujuan (Consent)


Kriteriaconsentyaitu tertulis, ditandatangani oleh
klien / orang yang betanggung jawab, penjelasan
tentang kondisi, prosedur dan konsekuensinya.

Dalam melakukan tindakan medis pada


pasien, dokter harus menjelaskan
beberapa hal :
Diagnosis
Tujuan dan prospek keberhasilan tindakan medis yang
ada dilakukan (purhate of medical procedure)
Tata cara tindakan medis yang akan dilakukan
(consenpleated medical procedure)
Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
Alternatif tindakan medis lain yang tersedia dan risikorisikonya (alternative medical procedure and risk)
prognosis penyakit, bila tindakan dilakukan

Penjelasan seharusnya diberikan oleh


dokter yang akan melakukan tindakan
medis itu sendiri, bukan oleh orang lain,
misalnya perawat.
Penjelasan diberikan dengan bahasa dan
kata-kata yang dapat dipahami oleh
pasien sesuai dengan tingkat pendidikan
Dokter harus berusaha mengecek apakah
penjelasannya memang dipahami dan
diterima pasien.

ASPEK ETIKA
Dokter sebagai tenaga professional
bertanggung jawab dalam setiap tindakan
medis yang dilakukan terhadap pasaien.
Dalam menjalankan tugas profesionalnya
didasarkan pada niat baik yaitu berupaya
dengan sungguh-sungguh berdasarkan
pengetahuannya yang dilandasi dengan
sumpah dokter, kode etik kedokteran dan
standar profesinya untuk menyembuhkan
atau menolong pasien.

Prinsip etika di dalam informed


concent :
Autonomy
dokter menghargai otonomi pasien

Non-maleficence
dokter tidak boleh secara sengaja
menyebabkan perburukan / cedera pada
pasien, baik akibat tindakan (commission) atau
tidak dilakukannya tindakan (omission)

Beneficence
Kewajiban petugas kesehatan untuk memberikan
keslamatan, kebaikan, benefit bagi pasien, dan
juga untuk mengambil langkah positif mencegah
dan menghilangkan kecederaan dari pasien.

Justice
Dalam informed consent, penjelasan bagi pasien
harus diberikan sampai dengan pengobatan yang
mungkin saja tidak terjangkau .

ASPEK MEDIS
Dalam dunia kedokteran, dikenal
istilah abortus, yaitu
menggugurkan kandungan, yang
berarti pengeluaran hasil
konsepsi (pertemuan sel telur
dan sel sperma) sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan.

Jenis Jenis aborsi


Abortus Spontan
Aborsi Provokatus (sengaja)
- Abortus provocatus medicinalis /theurapeticus
penghentian kehamilan dengan tujuan agar kesehatan si-ibu
baik agar nyawanya dapat diselamatkan, dilakukan atas dasar
pengobatan (indikasi medis)
- Abortus provocatus criminalis
tindakan abortus yang tidak mempunyai alasan medis yang
dapat dipertanggungjawabkan atau tanpa mempunyai arti medis
yang bermakna

Jenis Malpraktik dalam Hubungannya


dengan Hukum
1. Malpraktik sipil (civil malpractice)
2. Malpraktik administrasi
(administration malpractice)
3. Criminal malpractice (apabila
perbuatan tersebut memenuhi
rumusan delik pidana )

1. CIVIL MALPRACTICE
Jika dokter tidak melaksanakan
kewajibannya (ingkar janji) , yaitu tidak
memberikan prestasinya sebagaimana yang
telah disepakati

2. ADMINISTRATIVE
MALPRACTICE
Bila dokter melanggar hukum tata usaha negara
Contoh yang dapat dikategorikan :
1.
2.
3.
4.

Menjalankan Prak.ked tanpa lisensi/ijin


Tindakan medik yg tdk sesuai lisensi/ijin
Melakukan prak.ked dgn mengunakan lisensi/ijin yg sdh kadaluwarsa
Tidak membuat rekam medik

3. CRIMINAL MALPRACTICE
Crim.Malp yg ceroboh (recklessness)
melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien
informed consent
Crim.malp yg negligence kurang hati-hati
luka, cacat atau meninggalnya pasien

INTENTIONAL (secara sadar)


PROFESSIONAL MISCONDUCTS
NEGLIGENCE
MALFEASANCE, MISFEASANCE, NONFEASANCE
LACK OF SKILL
DI BAWAH STANDAR KOMPETENSI
DI LUAR KOMPETENSI

Malfeasance berarti melakukan


tindakan yang melanggar hukum
atau tidak tepat/layak
(unlawfulatauimproper), misalnya
melakukan tindakan medis tanpa
indikasi yang memadai (pilihan
tindakan medis tersebut
sudahimproper).

Misfeasanceberarti melakukan
pilihan tindakan medis yang tepat
tetapi dilaksanakan dengan tidak
tepat (improper performance), yaitu
misalnya melakukan tindakan medis
dengan menyalahi prosedur.
Nonfeasance adalah tidak melakukan
tindakan medis yang merupakan
kewajiban baginya.

PROFESSIONAL MISCONDUCT

Pelangaran disiplin profesi


Pelanggaran standar secara sengaja
Pelangaran perilaku profesi

LACK OF SKILL
Kompetensi kurang / di luar kompetensi / kewenangan
Sering menjadi penyebab ERROR / kelalaian
Sering dikaitkan dengan kompetensi institusi
Kadang dapat dibenarkan pd sesuatu-kondisi lokal
tertentu (Locality rule, Limited Resources)
Tuntutan berupa Kelalaian

KELALAIAN MEDIK
Jenis Malpraktik tersering
Bukan kesengajaan
Tidak melakukan yang seharusnya dilakukan,
melakukan yang seharusnya dilakukan oleh
orang-orang yang sekualifikasi pd situasi &
kondisi yg identik

KESIMPULAN
Pada kasus di atas, pasien wanita muda
tersebut melanggar KUHP Bab XIX pasal 346
yang berbunyi Seorang wanita yang sengaja
menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain
untuk itu, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun sesuai dengan
Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1946tentang
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
yang menjelaskan dengan alasan apapun,
aborsi adalah tindakan melanggar hukum.

Dalam masalah tindakan medis


dilatasi kuretase yang dilakukan oleh
dokter, maka dokter tidak dianggap
bersalah sebab sesuai dengan
Undang-undang RI No. 23 Tahun
1992 pasal 15 ayat 3tentang
kesehatan yang menuliskan dalam
kondisi tertentu, bisa dilakukan
tindakan medis tertentu (aborsi)

Permasalahan tidak adanya persetujuan /


inform consent, dokter juga tidak dapat
dinyatakan bersalah terkait pasal 11 BAB IV
Peraturan Menteri Kesehatan No.585 yang
menyatakan Untuk pasien dalam keadaan
tidak sadar, atau pingsan serta tidak
didampingi oleh keluarga terdekat dan
secara medis berada dalam keadaan gawat
atau darurat yang memerlukan tindakan
medis segera, maka tidak diperlukan
persetujuan dari siapapun.

Namun, dalam segi etika dan disiplin


kedokteran dokter P dianggap tidak
profesional karena menyalahi ikatan antara
dokter-pasien dengan tidak melanjutkan
pemberian pelayanan dan keterangan yang
cukup baik kepada pasien maupun kepada
dokter pengganti yang merupakan
pelanggaran kewajiban dokter sehingga
tidak terpenuhinya hak-hak pasien.

Anda mungkin juga menyukai