Anda di halaman 1dari 49

PERTEMUAN I

Konsep Struktur Beton


Bertulang

Oleh : A.A.M.

Beton dan Beton Bertulang


Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil

atau batu pecah, atau agregat-agregat lain yang dicampur


menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari semen
dan air yang membentuk suatu massa mirip batuan.
Bahan lain (admixtures) dapat ditambahkan pada campuran
beton untuk meningkatkan workability, durability, dan
waktu pengerasan.
Beton mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, dan
kekuatan tarik yang rendah.
Beton dapat retak karena adanya tegangan tarik akibat
beban, susut yang tertahan, atau perubahan temperatur.
Beton bertulang adalah kombinasi dari beton dan baja,
dimana baja tulangan memberikan kekuatan tarik yang
tidak dimiliki beton. Baja tulangan juga dapat memberikan
tambahan kekuatan tekan pada struktur beton.

Beton bertulang (reinforced concrete)


Beton dan Baja Tulangan

Kuat dalam menahan gaya


tekan (compression), namun
lemah dalam menahan gaya
tarik.

Memperkuat dan menahan


gaya tarik

Perbedaan beton tidak bertulang dan beton bertulang

Beton tidak bertulang:

Beton bertulang:

Terjadi retak/patah pada


bagian tarik, meskipun P
masih kecil
Keruntuhan mendadak

Retak kecil, jumlah lebih banyak


Mampu menahan beban yang
lebih besar
Keruntuhan tidak mendadak

Beton

Bahan Penyusun beton

semen

air

agregat halus (pasir),


ukuran butir 5 mm

agregat kasar (kerikil, batu belah),


ukuran butir > 5 mm

bahan tambah (admixture)

Bahan Penyusun beton

semen

air

agregat halus (pasir),


ukuran butir 5 mm

agregat kasar (kerikil, batu belah),


ukuran butir > 5 mm

bahan tambah (admixture)

Faktor yang berpengaruh terhadap mutu beton

umur beton

faktor air semen (water cement ratio)

proporsi campuran bahan penyusun


dan bahan tambah

sifat mudah dikerjakan (workability)

perawatan beton (curing)

Kuat Tekan beton

pengujian silinder standar


(diameter 15 cm, tinggi 30 cm)
pada saat umur mencapai 28
hari.

30 cm

15 cm
P

Tegangan
(Mpa)

(b) Pengujian tekan

fc

0,45 fc
Ec
1
c

cu

(a) Diagram tegangan -regangan beton

regangan

Beberapa penentu sifat-sifat beton dan nilainya


adalah sebagai berikut (berdasarkan SNI 02):

Tegangan tekan fc

Modulus elastisitas untuk beton, Ec secara umum: w c 1,5 0,043 fc'


4.700 fc'

untuk beton normal Ec =


(berat isi 23 kN/m3)

Regangan c = 0,002 atau 0,2 %

Regangan cu = 0,003 atau 0,3 %

wc : berat isi beton (kg/m3)


fc : kuat tekan beton (MPa)

Pengujian Lentur
P

f cr

My
I

dengan:
M : momen lentur
y : jarak dari grs. Netral
Diagram momen

ke sisi terluar
I : momen inersia
tegangan tekan

gn.

tegangan tarik

Kuat tekan beton untuk perancangan


Untuk perancangan struktur beton bertulang, kuat tekan
beton silinder standar didasarkan pada hasil statistik
pengujian tekan beton dari sejumlah benda uji (minimal
30 buah). Dengan asumsi bahwa data terdistribusi secara
normal, maka kuat tekan beton didapatkan dari rumus:

f c ' f 'cr 1,34 s


dengan:
fcr : kuat tekan rata-rata
s : standar deviasi

Kuat tekan beton untuk perancangan


Untuk perancangan struktur beton bertulang, kuat tekan
beton silinder standar didasarkan pada hasil statistik
pengujian tekan beton dari sejumlah benda uji (minimal
30 buah). Dengan asumsi bahwa data terdistribusi secara
normal, maka kuat tekan beton didapatkan dari rumus:

f c ' f 'cr 1,34 s


dengan:
fcr : kuat tekan rata-rata
s : standar deviasi

Properties Beton Bertulang


Kekuatan tekan
Modulus Elastisitas
Rasio Poisson
Susut (Shrinkage)
Rangkak (Creep)
Kekuatan tarik
Kekuatan geser

Kekuatan Tekan (fc)


Tipikal kurva tegangan-regangan beton

Kekuatan Tekan (fc)


Kurva tegangan regangan bersifat linier hingga 1/3

sampai 1/2 dari kekuatan tekan ultimate, setelah itu


kurva bersifat non linier
Tidak terdapat titik leleh yang jelas, kurva cenderung
smooth
Kekuatan tekan ultimate tercapai pada regangan
sebesar 0.002
Beton hancur pada regangan 0.003 sampai 0.004.
Untuk perhitungan, diasumsikan regangan ultimate
beton adalah 0.003
Beton mutu rendah lebih daktail dari beton mutu
tinggi, yaitu mempunyai regangan yang lebih besar
pada saat hancur

Kekuatan Tekan (fc)


Ditentukan berdasarkan tes benda uji silinder

beton (ukuran 15 x 30 cm) usia 28 hari


Dipengaruhi oleh:

Perbandingan air/semen (water/cement ratio)


Tipe semen
Admixtures/bahan tambahan
Agregat
Kelembaban pada waktu beton mengeras
Temperatur pada waktu beton mengeras
Umur beton
Kecepatan pembebanan

Modulus Elastisitas, Ec
Beberapa definisi:
Modulus awal, yaitu slope atau kemiringan kurva tegangan

regangan di titik awal kurva


Modulus tangen, yaitu slope atau kemiringan di suatu titik pada
kurva tegangan regangan, misalkan pada kekuatan 50% dari
kekuatan ultimate
Nilai Modulus Elastisitas:
Ec = wc1.5 (0.043) fc
Ec = wc1.5 (33) fc

(SI Unit)
(Imperial Unit)

Untuk beton normal, wc = 2320 kg/m3 (atau 145 lb/ft3 ):


Ec = 4700 fc
(SI Unit)
Ec = 57000 fc
(Imperial Unit)

Susut (Shrinkage)
Pada saat adukan beton mengeras, sebagian dari air akan

menguap. Akibatnya beton akan menyusut dan retak.


Retak dapat mengurangi kekuatan elemen struktur, dan dapat
menyebabkan baja tulangan terbuka sehingga rawan terhadap
korosi.
Susut berlangsung pada waktu yang lama, tetapi 90% terjadi pada
tahun pertama.
Semakin luas permukaan beton yang terbuka, semakin tinggi
tingkat susut yang terjadi.
Untuk mengurangi susut:

Gunakan air secukupnya pada campuran beton


Permukaan beton harus terus dibasahi selama pengeringan berlangsung

(curing)
Pengecoran elemen besar (plat, dinding, dll) dilangsungkan secara
bertahap
Gunakan sambungan struktur untuk mengontrol lokasi retak
Gunakan tulangan susut
Gunakan agregat yang padat dan tidak berongga (porous)

Rangkak (Creep)
Pada saat mengalami beban, beton akan terus berdeformasi

sejalan dengan waktu. Deformasi tambahan ini disebut


dengan rangkak atau plastic flow.
Pada saat struktur dibebani, deformasi elastis akan
langsung terjadi pada struktur,
Jika beban terus bekerja, deformasi akan terus bertambah,
hingga deformasi akhir dapat mencapai dua atau tiga kali
deformasi elastis.
Jika beban dipindahkan, struktur akan kehilangan deformasi
elastisnya, tetapi hanya sebagian kecil dari deformasi
tambahan/rangkak yang akan hilang.
Sekitar 75% dari rangkak terjadi pada tahun pertama.

Primary

Strain

Creep Behavior changes with


Stress
High Temperature

Tertiary
Secondary

Low Stress
Time

Baja Tulangan

Baja tulangan
Diagram tegangan-regangan baja tarik secara umum
diperlihatkan pada gambar di bawah.
tegangan
fmaks

Modulus
elastisitas:

fy

Es

fy

= 200.000 MPa

Es

maks

regangan

Diagram tegangan-regangan baja tulangan yang dibebani


tekan dianggap mempunyai bentuk yang sama.

Stress Strain Curve

Modulus of
Elasticity

Modulus of Toughness:
Total absorbed energy
before rupture

Mutu baja tulangan baja tulangan:


Jenis

Simbol

fy minimum [MPa]

Polos

BJTP 24

240

BJTP 30

300

BJTD 24

240

BJTD 30

300

BJTD 35

350

BJTD 40

400

BJTD 50

500

Deform

Tegangan leleh minimum sering digunakan sebagai dasar


perencanaan. Dalam perencanaan beton bertulang tidak boleh
didasarkan pada kuat leleh tulangan fy yang melebihi 550 MPa,
kecuali untuk tendon pratekan.

Macam-macam bentuk baja tulangan deform

Ukuran Baja Tulangan Polos

Ukuran Baja Tulangan Deform

BETON BERTULANG
f
baja

beton

Komponen Struktur Beton


Bertulang

Keuntungan Penggunaan Beton


Bertulang untuk Material Struktur
Mempunyai kekuatan tekan yang tinggi dibandingkan

kebanyakan material lain.


Cukup tahan terhadap api dan air.
Sangat kaku dan kokoh.
Pemeliharaan yang mudah.
Umur bangunan yang panjang.
Mudah diproduksi, terbuat dari bahan-bahan yang tersedia
lokal (batu pecah/kerikil, pasir, dan air), dan sebagian kecil
semen dan baja tulangan yang dapat didatangkan dari
tempat lain.
Dapat digunakan untuk berbagai bentuk elemen struktur
(balok, kolom, pelat, cangkang, dll).
Ekonomis, terutama untuk struktur pondasi, basement, pier,
dll.
Tidak memerlukan tenaga kerja dilatih khusus.

Kerugian Penggunaan Beton


Bertulang untuk Material Struktur
Mempunyai kekuatan tarik yang rendah sehingga

memerlukan baja tulangan untuk menahan tarik.


Memerlukan cetakan/bekisting serta formwork
sampai beton mengeras, yang biayanya bisa cukup
tinggi.
Struktur umumnya berat karena kekuatan yang
rendah per unit berat.
Struktur umumnya berdimensi besar karena
kekuatan yang rendah per unit volume.
Properties dan karakteristik beton bervariasi sesuai
dengan proporsi campuran dan proses mixing.
Berubah volumenya sejalan dengan waktu (adanya
susut dan rangkak).

Pemilihan bahan struktur yang akan digunakan untuk bangunan tertentu


dipengaruhi oleh :

Tinggi dan bentang struktur


Ketersediaan bahan di pasaran
Kondisi Pondasi
Peraturan bangunan setempat
Pertimbangan arsitektural
Untuk bangunan < 4 tingkat , baik beton bertulang, baja, maupun
dinding penahan sama-sama menguntungkan.
Untuk bangunan 4 20 lantai, beton bertulang dan baja sama
baiknya.
Untuk bangunan > 20 lantai, struktur baja lebih baik.

Peraturan desain yang digunakan :


1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002
2. Baja Tulangan SNI 07-2052-2002
2. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Bangunan
Gedung (PPIUG) 1983
3. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung RSNI3 03-1726-201x

Perencanaan Struktur
Tujuan Disain: Struktur harus

memenuhi kriteria berikut,


Sesuai dengan fungsi/kebutuhan
Ekonomis
Layak secara struktural
Pemeliharaan mudah

Proses Disain:
Definisi kebutuhan dan prioritas
Pengembangan konsep sistem struktur
Disain elemen-elemen struktur

Prinsip Dasar Disain


Kekuatan > beban
Berlaku untuk semua gaya dalam, yaitu

momen lentur, gaya geser, dan gaya


aksial
Rn > 1S1 + 2S2 +
adalah faktor reduksi
kekuatan/tahanan, i adalah faktor beban
bervariasi sesuai dengan sifat gaya,
Lentur, = 0.90
Geser dan torsi, = 0.85
Aksial tarik, = 0.90
Aksial tekan, dengan tulangan spiral, = 0.75
Aksial tekan, dengan tulangan lain, = 0.70

Prinsip Dasar Disain


bervariasi sesuai dengan sifat

beban dan peraturan


Beban yang umum bekerja:
Beban
Beban
Beban
Beban
Beban
Beban

mati atau berat sendiri (D)


hidup (L)
atap (Lr)
hujan (R)
gempa (E)
angin (W), dll

Kombinasi beban yang umum

dipakai:

U = 1.4D
U = 1.2D + 1.6 L + E

Mekanisme Struktur Beton dan Beton


Bertulang

Retak terjadi pada


beton karena tidak
kuat memikul
tegangan tarik

Baja tulangan tarik


diberikan untuk
memikul tegangan
tarik pada struktur
beton bertulang

Pembebanan pada Struktur


Jenis beban:
Beban mati/Dead Loads (DL) : berat sendiri
struktur, beban permanen
Beban hidup/Live Loads (LL) : berubah besar
dan lokasinya
Beban lingkungan : gempa (E), angin (W), hujan
(R), dll
Kombinasi beban ditentukan oleh

peraturan, misal:
1.4 D
1.2 D + 1.6 L

Analisis Lentur
Balok Beton Bertulang
Balok mengalami 3 tahap sebelum

runtuh:

Sebelum retak (uncracked concrete stage)


Setelah retak tegangan elastis (concrete

cracked-elastic stresses stage),


Kekuatan ultimate (ultimate strength
stage)

Keruntuhan Balok Beton Bertulang


Tension failure
tulangan leleh sebelum beton hancur
balok bersifat under-reinforced
Compression failure
beton hancur sebelum tulangan leleh
balok bersifat over-reinforced
Balanced failure
beton hancur dan tulangan leleh secara
bersamaan
balok bersifat balanced-reinforced

Perencanaan Balok
(Komponen Struktur Lentur)
pada SNI

Komponen Struktur Lentur (Balok)


Persyaratan Gaya:

Gaya aksial tekan


terfaktor pada komponen struktur
'
0,1Ag f c
tidak melebihi

Persyaratan Geometri:

Bentang bersih komponen struktur tidak boleh


kurang dari empat kali tinggi efektifnya.

Perbandingan lebar terhadap tinggi 0,3.

Lebar penampang haruslah


(a) 250 mm,
(b) lebar kolom ditambah jarak pada tiap sisi
kolom yang tidak melebihi tiga perempat tinggi
komponen struktur lentur

Persyaratan Tulangan Lentur


Jumlah

tulangan atas dan bawah tidak boleh kurang dari


tulangan minimum atau 1,4bwd/fy, dan rasio tulangan tidak
boleh melebihi 0,025. Harus ada minimum dua batang tulangan
atas dan dua batang tulangan bawah yang dipasang secara
menerus
Kuat lentur positif balok pada muka kolom harus setengah
kuat lentur negatifnya. Kuat lentur negatif dan positif pada
setiap penampang di sepanjang bentang harus seperempat
kuat lentur terbesar pada bentang tersebut.
Sambungan lewatan pada tulangan lentur harus diberi tulangan
spiral atau sengkang tertutup yang mengikat sambungan
tersebut.
Sambungan lewatan tidak boleh digunakan (a) pada daerah
hubungan balok-kolom (b) pada daerah hingga jarak dua kali
tinggi balok dari muka kolom, dan (c) pada tempat-tempat yang
berdasarkan analisis, memperlihatkan kemungkinan terjadinya
leleh lentur akibat perpindahan lateral inelastis struktur rangka

Tulangan Lentur (Longitudinal) Balok

Persyaratan Tulangan Transversal


Sengkang tertutup harus dipasang:
Pada daerah hingga dua kali tinggi balok diukur dari

muka tumpuan
Di sepanjang daerah dua kali tinggi balok pada kedua
sisi dari suatu
penampang yang berpotensi
membentuk sendi plastis
Sengkang tertutup pertama harus dipasang tidak lebih
dari 50 mm dari muka tumpuan. Spasi sengkang tertutup
tidak boleh melebihi (a) d/4,
(b) delapan kali diameter terkecil tulangan
memanjang
(c) 24 kali diameter batang tulangan sengkang
tertutup, dan
(d) 300 mm.

Tulangan Transversal Balok


(Confinement/Kekangan)

Contoh Sengkang Tertutup yang


Dipasang Bertumpuk
6db ( 75 mm)

Detail
A
A
ul
a
n
g

6db

Detail
B

Pengikat-pengikat silang berurutan


yang mengikat tulangan longitudinal
yang sama harus mempunyai kait
90oyang dipasang selang-seling

Detail
C
A C
la
n
g
a

Persyaratan Kuat Geser


Gaya Rencana
Gaya geser rencana Ve harus ditentukan dari
peninjauan gaya statik pada bagian komponen
struktur antara dua muka tumpuan
Tulangan transversal
Tulangan transversal harus dirancang untuk
memikul geser dengan menganggap Vc = 0 bila:
a. Gaya geser akibat gempa mewakili setengah
atau lebih daripada kuat geser perlu
maksimum di sepanjang daerah tersebut, dan
b. Gaya aksial tekan terfaktor, termasuk akibat
gempa, lebih kecil dari

Ag f c' / 20

Anda mungkin juga menyukai