Anda di halaman 1dari 10

Norm & religious aspect in reproductive

health care believe

Upasaka Pandita
Dr. Effendie Tanumihardja

Kehamilan
Terjadinya makhluk hidup :
a) Mata utuni hoti : masa subur seorang
wanita
b) Mata pitaro hoti : terjadinya
pertemuan sel telur dan sperma
c) Gandhabo paccuppatthito : adanya
gandarwa, kesadaran penerusan dalam
siklus kehidupan baru (pantisandhi-citta)
kelanjutan dari kesadaran ajal (cuti
Vinnan
citta), yang memiliki energi
karma
a
Ovu

1m
Sper
m

Syarat hamil yang baik


Dari medis umur reproduksi sehat 20-35 th.
Wanita hamil 20 < atau > 35 kriteria risiko
tinggi.
Hubungan pria wanita yang sah (berdasar
agama dan hukum negara) berpegang
pada:
1. Kamesumichachara veramani
sikhapadang samadiyami

Kesehatan Janin
Mahluk hidup = Nama (Bathin) + Rupa
(Jasmani)
Kesehatan Jasmani melalui
makanan/minuman, suplemen, vitamin, obat
dsb.
Kesehatan Bathin melalui pembersihan bathin
(sembayang/doa, berpikir, berucap dan
berbuat/ bersikap baik, meditasi dll).
Kesehatan bathin dan jasmani dari calon
mahluk hidup (sperma, ovum dan persipan
vinnana yang akan masuk) merupakan
tanggung jawab kedua orang tua calon janin.

Aborsi
Dasar penolakan:
Majjhima Nikaya 135 tentang akibat manusia
yang suka berbuat kejam, menganiaya dan
membunuh
Sutta-nipatta: Manusia seharusnya tidak
menghancurkan kehidupan
Dhammapada: Jangan berbuat jahat - Sucikan
hati dan pikiran - Tambahlah kebaikan
Yang penting CETANA (Niat/kehendak murni)

Latar belakang perbuatan (secara umum)


1. Keluarga yang tidak siap karena ekonomi
2. Masyarakat cenderung menyisihkan/
menyudutkan/menyalahkan wanita yang
hamil di luar nikah
3. Aturan perusahaan yang melarang
karyawatinya hamil (walau bersuami)
4. Pergaulan bebas hamil (malu, berhenti
sekolah, tekanan masyarakat)
5. Pandangan sebagian orang bahwa tanda
kehidupan janin antara lain adanya detak
jantung pada umur janin sekitar 3 bulan.

Aborsi
Pandangan Buddha:
Aborsi = membunuh makhluk hidup yang sudah ada
dalam rahim seorang ibu karena melanggar Panatipata
Lima syarat terjadinya pembunuhan:
1. Ada makhluk hidup (pano)
2. Mengetahui atau menyadari ada makhluk hidup
(pannasanita)
3. Ada kehendak (cetana) untuk membunuh
(vadhabacittam)
4. Melakukan pembunuhan (upakkamo)
5. Makhluk itu mati karena tindakan embunuhan (tena
maranam)

Majjhima Nikaya 135 Buddha bersabda: "Seorang


pria dan wanita yang membunuh makhluk hidup,
kejam dan gemar memukul serta membunuh
tanpa belas kasihan kepada makhluk hidup,
akibat perbuatan yang telah dilakukannya itu ia
akan dilahirkan kembali sebagai manusia di
mana saja ia akan bertumimbal lahir, umurnya
tidaklah akan panjang".
Sila pertama Pancasila Buddha:
Panatipata veramani sikhapadang samadiyami

Kekecualian
Kalau tidak dilakukan:
1. Ibunya meninggal/sakit parah
2. Anak lahir cacat/sakit yg mengerikan dan
hidupnya tidak lama
3. Anak lahir membawa bibit penyakit yang
membahayakan manusia
Walau secara Dhamma tidak dibenarkan tetapi
manusia diberikan kebebasan berpikir untuk
mengambil keputusan secara bijaksana berdasar
kondisi yang paling baik bagi semua. Yang utama
adalah CETANA (niat/kehendak) saat memutuskan
dan melaksanakan.

Penutup
Mudah-mudahan masyarakat luas dan umat
Buddha pada khususnya dapat memahami hal
ini sehingga tidak terjerumus pada perbuatan
buruk yang merugikan diri sendiri dan makhluk
lain.
Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitata
Semoga semua makhluk berbahagia
Sadhu sadhu - sadhu
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai