Anda di halaman 1dari 17

REVITALISASI KAWASAN BEKAS

TAMBANG BATU DAN PASIR DI


KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN
WONOSOBO, JAWA TENGAH
Anton Merzy Shena
114130118

LOKASI

luas 98.468 ha (984,68 km2)

Latar Belakang
Kebutuhan akan bahan bangunan seperti pasir dan batu
meningkat seiring dengan peningkatan pertumbuhan
penduduk dan pengembangan wilayah di bidang
pembangunan. Sebagai bagian dari gunung Sindoro maka
Kabupaten Wonosobo memiliki potensi bahan galian pasir
dan batu yang merupakan produk alam dari aktivitas
gunung. Bahan galian pasir dan batu ini termasuk dalam
klasifikasi bahan galian C. Penambangan pasir memiliki
dampak negatif berupa perubahan fisik bentuk lahan
(topografi), bentang alam, meningkatnya run-off, hilangnya
lapisan tanah top soil, dan meningkatnya erosi.
Potensi tersebut seperti yang terjadi di wilayah Kecamatan
Kertek Kabupaten Wonosobo, terutama di dua desa, yaitu
Desa Candimulyo dan Desa Pagerejo.

Kondisi Sebelum di Revitalisasi

KONSEP
Konsep revitalisasi pada kawasan tambang ini akan
digunakan sebagai rest area, hal ini dipertimbangkan
dengan daerah tersebut
Merupakan jalur tengah antara penghubung kota-kota
terdekat.
Wonosobo merupakan daerah kawasan pariwisata yang
baru-baru ini menjadi populer.
Dampak yang ditimbulkan berupa keterlibatan
masyarakat.
Memudahkan pengemudi dalam memenuhi kebutuhan.

Tinjauan Pustaka
Upaya Revitalisasi pada kawasan tersebut dilakukan setelah
melakukan reklamasi secara fisik maupun biotis berupa
pemerataan tanah di kawasan bekas tambang, dan pengelolaan
tanah pucuk. Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya
berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tetapi juga
harus dilengapi dengan peningkatan ekonomi masyaraktnya serta
pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi
perlu adanya keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud
bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas yang
memerlukan adanya partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat
yang terlibat tidak hanya masyarakat di lingkungan tersebut saja,
tapi masyarakat dalam arti luas. (Laretna, 2002).
UU No 26 Tahun 2007 tentang "Penataan Ruang", perlunya
penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau, yang proporsi
luasannya ditetapkan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas
wilayah kota, yang diisi oleh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun yang sengaja ditanam.

Kondisi Setelah di Revitalisasi

KEBUTUHAN
1. Pom Bensin,

2. Bengkel,

3. Masjid

4. Rumah Makan
5. Tempat Perbelanjaan
6. Toilet

7. Tempat Istirahat

8. Refreshing

Daftar Pustaka

Yunar, Ignatus Ardi Nugrahanto, EFEKTIVITAS REVITALISASI LAHAN


BEKAS TAMBANG GALIAN C DI DESA CANDIMULYO KECAMATAN
KERTEK KABUPATEN WONOSOBO, Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta
Laretna, Adishakti. 2002. Revitalisasi Bukan Sekedar Beautification. Urdi
Vol.13, www.urdi.org (Urban and Reginal Development Institute)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang
"Penataan Ruang"

TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai