Anda di halaman 1dari 23

By : Ahmad Hasan Basri,.M.Kep.

Miastenia gravis
adalah suatu penyakit autoimun dimana
persambungan otot dan saraf ( neuromuscular
junction ) berfungsi secara tidak normal dan
menyebabkan kelemahan otot menahun.

B. Etiologi
1.
2.
3.
4.
5.

Autoimun : direct mediated antibody


Virus
Pembedahan
Tumor mediastinum
Obat-obatan :
Antibiotik (Aminoglycosides,
ciprofloxacin, ampicillin,
erythromycin)
blocker (propranolol)

Patofisiologi
Sistem kekebalan yang membentuk Antibodi tubuh (Ig G)

menyerang reseptor Ach yang terdapat pada sisi otot dari


neuromuscular junction (persimpangan)

akibatnya terjadi kekurangan relatif dari Ach (asetilkolin) di


pelat ujung motoris dari otot lurik

Kelemahan otot

Patofisiologi (lanjutan)
- melibatkan T-cell, B-cell dan tjd
hiperplasia kelenjar timus (timoma)
- ditemukannya antibodi anti Ach-R (anti
asetilkolin reseptor).

Pathophysiology
T-cell mediated immunity has some influence
Thymic hyperplasia and thymomas are
recognized in myasthenic patients*

Kelainan lainnya :
1. Sindrom Eaton-Lambert
merupakan penyakit nmj akibat pelepasan Ach yang
tidak adekuat , biasanya akibat efek samping dari
jenis kanker ttt terutama kanker paru-paru.
2. Botulisme
akibat keracunan makanan yang tercemar bakteri
Clostridium botulinum yg melumpuhkan otot-otot
dengan cara menghambat pelepasan Ach dr saraf.
3. Dosis antibiotik ttt yang sangat tinggi.

EPIDEMIOLOGI

- Lebih sering terjadi pada wanita ( F:M = 6 :


4 ) dan biasanya timbul pada usia 20-40
tahun.
- Prevalensi di dunia 1 : 10.000

GEJALA KLINIS
1. Kelemahan pada otot wajah
2. Kelemahan pada kelopak mata
( kelopak mata jauh )
3. Kelemahan pada otot mata, sehing
ga terjadi penglihatan ganda.
4. Kelemahan pada lengan dan tung
kai.
5. Kelelahan otot yang berlebihan
setelah melakukan olahraga.
6. Bisa terjadi kesulitan dalam berbi
cara dan menelan.
Sekitar 10% penderita mengalami kelemahan otot yang
diperlukan untuk pernafasan.

GEJALA KLINIS

Diagnosa
1. Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala, yaitu jika
seseorang mengalami kelemahan umum.
2. Tes edrofonium ( Pharmacological testing )
3. Elektromiogram
4. Tes darah untuk mengetahui adanya antibodi dalam
terhadap asetilkolin.
5. CT scan dada untuk menemukan adanya timoma.

G.Penatalaksanan
1. Periode istirahat yang sering selama siang hari menghemat
kekuatan.
2. Obat antikolinesterase diberikan untuk memperpanjang
waktu paruh asetilkolin di taut neuro moskular. Obat harus
diberikan sesuai jadwal seetiap hari untuk mencegah
keletihan dan kolaps otot.
3. Obat anti inflamasi digunakan untuk membatasi serangan
autoimun.
4. Krisis miastenik dapat diatasi dengan obat tambahan,dan
bantuan pernapasan jika perlu.
5. Krisis diatasi dengan atropin (penyekat asetilkolin) dan
bantuan pernapasan,sampai gejala hilang. Terapi
antikolinesisterase ditunda sampaikadar toksik obat diatasi.

H. Komplikasi
1.
2.
3.
4.

Gagal nafas
Disfagia
Krisis miastenik
Komplikasi sekunder dari terapi obat Penggunaan
steroid yang lama :
Osteoporosis, katarak, hiperglikemi
Gastritis, penyakit peptic ulcer
Pneumocystis carinii

Pengkajian
1. Identitas klien yang meliputi nama,alamat,umur,jenis
kelamin,dannstatus
2. Keluhan utama : kelemahan otot
3. Riwayat kesehatan : diagnosa miastenia gravis
didasarkan pada riwayat dan presentasi klinis. Riwayat
kelemahan otot setelah aktivitas dan pemulihan
kekuatan parsial setelah istirahat sangatlah
menunjukkan miastenia gravis, pasien mungkin
mengeluh kelemahan setelah melakukan pekerjaan
fisik yang sederhana. Riwayat adanya jatuhnya
kelopak mata pada pandangan atas dapat menjadi
signifikan, juga bukti tentang kelemahan otot.

4. Pemeriksaan fisik :
B1(breathing): dispnea,resiko terjadi aspirasi dan gagal
pernafasan akut, kelemahan otot diafragma
B2(bleeding) : hipotensi / hipertensi .takikardi /
bradikardi
B3(brain) : kelemahan otot ekstraokular yang
menyebabkan palsi okular,jatuhnya mata atau dipoblia
B4(bladder) : menurunkan fungsi kandung
kemih,retensi urine,hilangnya sensasi saat berkemih
B5(bowel) : kesulitan mengunyah-menelan,disfagia,
dan peristaltik usus turun, hipersalivasi,hipersekresi
B6(bone) : gangguan aktifitas / mobilitas
fisik,kelemahan otot yang berlebih

Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan
kelemahan otot pernafasan
2. Gangguan persepsi sensori bd ptosis,dipoblia
3. Resiko tinggi cedera bd fungsi indra penglihatan tidak
optimal
4. Gangguan aktivitas hidup sehari-hari yang
berhubungan dengan kelemahan fisik umum, keletihan
5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
disfonia,gangguan pengucapan kata, gangguan
neuromuskular, kehilangankontrol tonus otot fasial
atau oral
6. Gangguan citra diri berhubungan dengan ptosis,
ketidakmampuan komunikasi verbal

Intervensi
DP

INTERVENSI

RASIONAL

a. Kaji kemampuan
Ventilasi

Untuk klien dengan penurunan


kapasitas ventilasi, perawat
mengkaji frekuensi pernapasan,
kedalaman, dan bunyi nafas,pantau
hasil tes fungsi paru-paru tidal,.

b. Kaji kualitas,
frekuensi,Dan kedalaman
pernapasan,laporkan setiap
perubahan yang terjadi.

Dengan mengkaji kualitas, frekuensi,


dan kedalaman pernapasan, kita
dapat mengetahui sejauh mana
perubahan kondisi klien.

c. Baringkan klien dalam


posisi yang nyaman dalam
posisi duduk

Penurunan diafragma memperluas


daerah dada sehingga ekspansi paru
bisa maksimal.

d. Observasi tanda-tanda

Peningkatan RR dan takikardi


merupakan indikasi adanya
penurunan fungsi paru

vital (nadi,RR)

DP
2

INTERVENSI

RASIONAL

Tentukan kondisi patologis


klien

untuk mengetahui tipe dan lokasi


yang mengalami gangguan

Kaji gangguan penglihatan


terhadap perubahan
persepsi

untuk mempelajari kendala yang


berhubungan dengan disorientasi
klien.

Berbicaralah dengan klien


secara tenang dan gunakan
kalimat-kalimat pendek

memfokuskan perhatian klien,


sehingga setiap masalah dapat
dimengerti.

Observasi respon perilaku


klien, seperti menangis,
bahagia, bermusuhan,
halusinasi setiap saat

Untuk mengetahui keaadaan emosi


klien.

Kaji kemampuan klien dalam Menjadi data dasar dalam


melakukan aktivitas
melakukan intervensi selanjutnya
Evaluasi Kemampuan
aktivitas motorik

Menilai tingkat keberhasilan dari


terapi yang boleh diberikan

DP
4

INTERVENSI

RASIONAL

Kaji komunikasi verbal klien.

Kelemahan otot-otot bicara klien


krisis miastenia gravis dapat
berakibat pada komunikasi

Lakukan metode komunikasi


yang ideal sesuai dengan kondis
iklien.

Teknik untuk meningkatkan


komunikasi meliputi mendengarkan
klien.

Antisipasi dan bantu kebutuhan


klien.

Membantu menurunkan frustasi oleh


karenaketergantungan atau
ketidakmampuanberkomunikasi

Kaji perubahan dari gangguan


persepsi dan hubungan dengan
derajat ketidakmampuan

Menentukan bantuan individual


dalammenyusun rencana perawatan
ataupemilihan intervensi.

Identifikasi arti dari Kehilangan


atau disfungsi pada klien.

Sebagian klien dapat menerima dan


mengatur beberapa fungsi secara
efektif dgn sedikit penyesuain diri.

Anjurkan orang yang Terdekat


untuk mengizinkan klien
melakukan hal untuk dirinya

Menghidupkan kembali perasaan


kemandirian dan membantu
perkembanganharga diri serta

Implementasi Keperawatan
1. Mengkaji kemampuan Ventilasi
2. Mengobservasi respon perilaku klien,seperti menangis.
3. Mengkaji kemampuan klien dalam melakukan
aktivitas.
4. Mengkaji komunikasi verbal klien.
5. Mengkaji perubahan dari gangguan persepsi dan
hubungan dengan derajat ketidakmampuan

Evaluasi
1. Dalam waktu 1x24 jam setelah diberikan
intervensi,pola pernafasan klien kembali efektif .
2. Meningkatnya persepsi sensorik secara optimal.
3. Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk
menurunkan faktor resiko dan melindungi diri dari
cedera.
4. Klien dapat menunjukkan pengertian terhadap
masalahkomunikasi, mampu mengekspresikan
perasaannya, mampumenggunakan bahasa isyarat
5. Klien mampu menyatakan atau mengkomunikasikan
denganorang terdekat tentang situasi dan
perubahan yang sedang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai