Anda di halaman 1dari 58

PENGALAMAN BELAJAR

LAPANGAN (PBL)

DEMAM TIDOID

Josua (1202006068)
Komang Agus Triyana (1202006073)
Pembimbing : dr. Made Susila Utama,
Sp.PD-KPTI.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS


UDAYANA
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM

BAB I
PENDAHULUA

LATAR BELAKANG
LATAR BELAKANG
MASALAH
MASALAH
Penyakit sistemik akut yang disebabkan
oleh infeksi Salmonella typhi atau
Salmonella paratyphi.
WHO insiden 17 juta per tahun;
mortalitas 600.000 70% Asia
Komplikasi perforasi usus, septikemia,
meningitis
Pemahaman menganenai patofisologi dan
perjalanan penyakit diagnosis dini dan
tatalaksana tepat mencegah
komplikasi

WHO. Guidelines for the Management of Typhoid Fever. 2011.Genewa: WHO


Widodo D. Demam Tifoid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Jakarta:
Interna Publishing; 2009. hal 2797-806.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI DAN
DEFINISI DAN
EPIDEMIOLOGI
EPIDEMIOLOGI
Entericfever
fever
bakteri
bakterigram
gramnegatif,
negatif,
Enteric
aerobataupun
ataupunanaeob
anaeobfakultatif
fakultatif
aerob
Salmonellatyphi
typhiatau
atauSalmonella
Salmonella
Salmonella
paratyphi.
paratyphi.
S.Paratyphi
Paratyphi
manifestasi
manifestasiklinis
klinislebih
lebih
S.
ringan
ringan
Infeksioleh
olehS.
S.typhi
typhi: :S.
S.paratyphi
paratyphi
10:1
10:1
Infeksi
Indonesia
insiden
insiden6.000
6.0001.300.000
1.300.000
Indonesia
pertahun
tahun
per
CFR
0,65%
0,65%
CFR
70%-80% pasien
pasien
12-30
12-30tahun,
tahun,10%10%70%-80%
20%
31-40
31-40tahun,
tahun,5510
10%
%
usia
usia>>
20%
40tahun
tahun
40

Widodo D. Demam Tifoid. Dalam: Sudoyo AW, dkk.


Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V.
Jakarta: Interna Publishing; 2009. hal 2797-806.

FAKTOR RESIKO
FAKTOR RESIKO
Makanmakanan
makananmentah,
mentah,
matang,
matang,
Makan
tidakdiolah
diolahdengan
denganhigienis,
higienis,tidak
tidak
tidak
disimpandengan
denganbaik
baik
disimpan
Minumair
airmentah
mentahdari
darisungai
sungai
Minum
Tinggaldidaerah
didaerahdengan
dengansanitasi
sanitasiburuk
buruk
Tinggal

WHO. Guidelines for the Management of Typhoid


Fever. 2011.Genewa: WHO
Brusch JL. Typhoid Fever. Emedicine. 2016 (Tersedia:
http://emedicine.medscape.com/article/231135-

Personalhygiene
hygienekurang
kurang
Personal
Individudengan
denganimundefisiensi
imundefisiensi
Individu
(menerimaterapi
terapisteroid
steroidatau
ataumenderita
menderita
(menerima
keganasan,HIV,
HIV,SLE)
SLE)
keganasan,
Merawatindividu
individudengan
dengandemam
demamtifoid
tifoid
Merawat

CARA PENULARAN
CARA PENULARAN

Penderita
tifoid
Karier kronis
Karier
kovalesens

S. thyphii
Produk urin,
feses,
muntahan

Kontaminasi
air dan
makanan
Tidak diolah
dengan benar
atau
disebarkan
lalat

105 109
kuman
tertelan
INFEKSI
TIFOID

WHO. Guidelines for the Management of Typhoid Fever. 2011.Genewa: WHO


Brusch JL. Typhoid Fever. Emedicine. 2016 (Tersedia: http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview)
Widodo D. Demam Tifoid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing;

PATOGENESIS
PATOGENESIS

1
S. typhi
masuk
ke
tubuh

3Menembus sel
epitel (sel M)
multiplikasi
5

4 Payer patch

multiplikasi

Plak peyeri ileum


distal
KGB Mesentrika

2 Respon IgA
kurang
Duktus torakikus
Mukosa usus
tukak for the Management of Typhoid Fever. 2011.Genewa: WHO
WHO. Guidelines

6 S. Typhi masuk ke
sirkulasi sistemik
bakterimia I
ASIMTOMATIK

Brusch JL. Typhoid Fever. Emedicine. 2016 (Tersedia: http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview)


Widodo D. Demam Tifoid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing;

PATOGENESIS
PATOGENESIS

S. typhi
menuju RES
multiplikasi

S. typhi
8 masuk ke
sirkulasi
GEJALA
sistemik
KLINIS
bakterimia
WHO. Guidelines for the Management of Typhoid Fever.
II 2011.Genewa: WHO

6 S. typhi masuk ke
sirkulasi sistemik
bakterimia I
ASIMTOMATIK

Brusch JL. Typhoid Fever. Emedicine. 2016 (Tersedia: http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview)


Widodo D. Demam Tifoid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing;

GEJALA DAN TANDA


GEJALA DAN TANDA

Demam step ladder,


38oC selama 3 hari

Thypoid Tongue
Rose Spot

Gangguan Saluran
Pencernaan

Bradikardi relatif

Gangguan Kesadaran

Hepatomegali

WHO. Guidelines for the Management of Typhoid Fever. 2011.Genewa: WHO


Brusch JL. Typhoid Fever. Emedicine. 2016 (Tersedia: http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview)
Widodo D. Demam Tifoid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing;

DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
Pasien dengan demam yang persisten selama 3
hari atau lebih, yang telah dikonfirmasi adanya
Confirmed
S. thypi dengan tes laboratorium
Case
Secara klinis dan tes laboratorium memiliki
hasil yang sesuai
Pasien dengan demam yang persisten selama 3
hari atau lebih, dengan hasil tes serodiagnosis
ataupun deteksi antigen positif namun tidak
Probable
dilakukan isolasi S. thypi
Case
Secara klinis yang biasanya dihubungkan
secara epidemiologi dengan adanya wabah di
daerah tersebut
Individu yang didapatkan S. thypi pada feses
WHO. Guidelines for the Management of Typhoid Fever. 2011.Genewa: WHO
atau
urin
yang
lebih dari 1 tahun setelah onset
Brusch JL. Typhoid Fever. Emedicine.
2016
(Tersedia:
http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview)
Widodo D.
Demam Tifoid. Dalam:
Sudoyo AW, dkk.
Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing;
demam
tifoid
akut
Chronic

PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PENUNJANG
Darah
Uji Widal
TUBEX

DL leukopenia, leukosit normal atau


DL leukopenia, leukosit normal atau
leukositosis.
leukositosis.
Kimia darah SGOT dan SGPT meningkat
Kimia darah SGOT dan SGPT meningkat
kembali normal setelah sembuh tidak
kembali normal setelah sembuh tidak
memerlukan penanganan khusus
memerlukan penanganan khusus

Kultur
IgM dipstik
WHO. Guidelines for the Management of Typhoid Fever. 2011.Genewa: WHO
Brusch JL. Typhoid Fever. Emedicine. 2016 (Tersedia: http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview)
Widodo D. Demam Tifoid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing;

PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PENUNJANG
Darah
Uji Widal
TUBEX
Kultur
IgM dipstik

Deteksi antibodi terhadap S. typhi (Aglutinin O dan


Deteksi antibodi terhadap S. typhi (Aglutinin O dan
H)pada serum darah Reaksi aglutinasi antara
H)pada serum darah Reaksi aglutinasi antara
antigen S. typhi dengan antibodi (agglutinin)
antigen S. typhi dengan antibodi (agglutinin)
Serum pasien dengan pengenceran tertentu
Serum pasien dengan pengenceran tertentu
diteteskan pada suspensi S. thypi (+) jika
diteteskan pada suspensi S. thypi (+) jika
terbentuk aglutinasi
terbentuk aglutinasi
Aglutinin terbentuk akhir minggu pertama
Aglutinin terbentuk akhir minggu pertama
demam, puncak pada minggu ke-empat. Aglutinin
demam, puncak pada minggu ke-empat. Aglutinin
O bertahan 4-6 bulan, aglutinin H 9-12 bulan
O bertahan 4-6 bulan, aglutinin H 9-12 bulan

WHO. Guidelines for the Management of Typhoid Fever. 2011.Genewa: WHO


Brusch JL. Typhoid Fever. Emedicine. 2016 (Tersedia: http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview)
Widodo D. Demam Tifoid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing;

PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PENUNJANG
Darah
Uji Widal
TUBEX
Kultur
IgM dipstik
WHO. Guidelines for the Management of Typhoid Fever. 2011.Genewa: WHO
Brusch JL. Typhoid Fever. Emedicine. 2016 (Tersedia: http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview)
Widodo D. Demam Tifoid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing;

PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PENUNJANG
Darah
Uji Widal
TUBEX

Mendeteksi antibodi anti-S.typhi 09. Hasil positif


Mendeteksi antibodi anti-S.typhi 09. Hasil positif
uji Tubex infeksi Salmonellae serogroup D
uji Tubex infeksi Salmonellae serogroup D
Deteksi terhadap anti-O9 dapat hari ke 4-5
Deteksi terhadap anti-O9 dapat hari ke 4-5
untuk infeksi primer dan hari ke 2-3 untuk infeksi
untuk infeksi primer dan hari ke 2-3 untuk infeksi
sekunder
sekunder

Kultur
IgM dipstik
WHO. Guidelines for the Management of Typhoid Fever. 2011.Genewa: WHO
Brusch JL. Typhoid Fever. Emedicine. 2016 (Tersedia: http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview)
Widodo D. Demam Tifoid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing;

PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PENUNJANG
Darah
Uji Widal
TUBEX
Kultur
IgM dipstik
WHO. Guidelines for the Management of Typhoid Fever. 2011.Genewa: WHO
Brusch JL. Typhoid Fever. Emedicine. 2016 (Tersedia: http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview)
Widodo D. Demam Tifoid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing;

PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PENUNJANG
Darah
Uji Widal
TUBEX
Kultur
IgM dipstik

Darah, tinja, sumsum tulang


Darah, tinja, sumsum tulang
Hasil biakan darah yang positif memastikan
Hasil biakan darah yang positif memastikan
demam tifoid, namun hasil negatif tidak
demam tifoid, namun hasil negatif tidak
menyingkirkan demam tifoid.
menyingkirkan demam tifoid.
Dua minggu pertama sakit, kemungkinan
Dua minggu pertama sakit, kemungkinan
mengisolasi kuman dari darah pasien lebih besar
mengisolasi kuman dari darah pasien lebih besar
dari pada minggu berikutnya
dari pada minggu berikutnya

WHO. Guidelines for the Management of Typhoid Fever. 2011.Genewa: WHO


Brusch JL. Typhoid Fever. Emedicine. 2016 (Tersedia: http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview)
Widodo D. Demam Tifoid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing;

PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PENUNJANG
Darah
Uji Widal
TUBEX
Kultur
IgM dipstik
WHO. Guidelines for the Management of Typhoid Fever. 2011.Genewa: WHO
Brusch JL. Typhoid Fever. Emedicine. 2016 (Tersedia: http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview)
Widodo D. Demam Tifoid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing;

PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PENUNJANG
Darah
Uji Widal
TUBEX
Kultur
IgM Dipstik

Mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap S. typhi


Mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap S. typhi
Menggunakan strip yang mengandung antigen
Menggunakan strip yang mengandung antigen
lipopolisakarida (LPS) S. typhi dan anti IgM
lipopolisakarida (LPS) S. typhi dan anti IgM
(sebagai kontrol)
(sebagai kontrol)
Sensitivitas sebesar 65-17% dan spesifisitas
Sensitivitas sebesar 65-17% dan spesifisitas
sebesar 95-100%
sebesar 95-100%
akurasi pemeriksaan dilakukan 1 minggu dari
akurasi pemeriksaan dilakukan 1 minggu dari
onset gejala
onset gejala

WHO. Guidelines for the Management of Typhoid Fever. 2011.Genewa: WHO


Brusch JL. Typhoid Fever. Emedicine. 2016 (Tersedia: http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview)
Widodo D. Demam Tifoid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing;

PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PENUNJANG
Darah
Uji Widal
TUBEX
Kultur
IgM Dipstik
WHO. Guidelines for the Management of Typhoid Fever. 2011.Genewa: WHO
Brusch JL. Typhoid Fever. Emedicine. 2016 (Tersedia: http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview)
Widodo D. Demam Tifoid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing;

PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN
Simtomatik
antipiretik
Suportif bed rest,
nutrisi, hidrasi
Definitif antibiotik

WHO. Guidelines for the Management of Typhoid Fever. 2011.Genewa: WHO


Widodo D. Demam Tifoid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing;

PENCEGAHAN
PENCEGAHAN

Safe water

Adequate
food
preparation

Sanitasi
lingkungan

Personal
higiene

Vaccination

Edukasi
kesehatan

WHO. Guidelines for the Management of Typhoid Fever. 2011.Genewa: WHO


Brusch JL. Typhoid Fever. Emedicine. 2016 (Tersedia: http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview)
Widodo D. Demam Tifoid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing;

BAB III

LAPORAN

IDENTITAS PASIEN

Dak

Nama
: INAP
Umur
: 33 tahun
: Laki-laki
Jenis Kelamin
Bangsa
: Indonesia
Suku
: Bali
Agama
: Hindu
Status Perkawinan: Belum Menikah
Pekerjaan
: Pegawai Swasta
Pendidikan
: SMK

Alamat
: Jalan Gunung Merbau Nomor 3
Denpasar

Tanggal MRS
: 20 September 2016
Tanggal Pemeriksaan : 26

ANAMNESIS

KELUHAN UTAMA
Demam
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Demam 7 hari SMRS, naik turun pada siang hari demam
membaik, namun pada malam hari demam naik kembali disertai
menggigil, awalnya sumer-sumer namun semakin hari suhu dirasakan
semakin meningkat, suhu tertinggi 38,6oC, demam turun dengan
penurun panas namun 2-3 jam kemudian demam naik kembali.
Mual dan muntah 3 hari SMRS. Frekuensi 2-3 kali, volume
setengah gelas belimbing, berisi makanan dan minuman yang
dikonsumsi. Mual muntah setiap makan.
Lemas 5 hari SMRS, dirasakan sepanjang hari, makin memberat,

ANAMNESIS

RIWAYAT
Belum buang
air besar
3 hari SMRS. Riwayat sakit perut dan
PENYAKIT
SEKARANG
diare disangkal.
Buang air kecil frekuensi 4-5 kali, volume 1 gelas aqua dan
berwarna kuning jernih.
Nafsu makan berkurang sejak 3 hari SMRS namun minum
dikatakan baik. Dalam sehari minum + 3 liter.
Saat ini kondisi pasien semakin baik. Keluhan demam dan lemas
masih dirasakan, keluhan mual dan muntah sudah tidak dirasakan
dan nafsu makan pasien sudah membaik. Pasien juga sudah dapat
RIWAYAT
PENYAKIT
buang
air besar.
Keluhan baru dikatakan tidak ada.
DAHULU
SLE (Systemic
Lupus Erythematosus) sejak bulan Juli 2016 rutin
kontrol di RSUP
Penyakit ginjal kronis sejak Juli 2016

ANAMNESIS

RIWAYAT PENGOBATAN
SLE Chloroquine 1x150 mg, Azathioprine 1x50 mg, dan
Metylprednisolone 1x4 mg.
CKD asam folat 2x2 mg, allopurinol 1x100 mg, dan kalium slow
release (KSR) 1x600 mg
RIWAYAT PENYAKIT
KELUARGA
Dikeluarga pasien dikatakan tidak ada yang mengalami keluhan seperti
dirinya.
RIWAYAT PRIBADI, SOSIAL,
LINGKUNGAN
Kebiasaan makan di luar (di emperan, di gerobak dorong) ada.
Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun terutama saat makan dengan
tangan jarang

PEMERIKSAAN FISIK

Status Present
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran
: Compos Mentis (GCS : E4V5M6 )
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 76 x/ menit
RR
: 18 x/ menit
Suhu badan
: 36,6 C
VAS
: 1/10
Tinggi badan
: 180 cm
Berat badan
: 90 kg
BMI
: 23,49 kg/m2

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis
Kepala : Bentuk normal, gerak normal
Wajah : Penampakan muka normal, malar rash (-)
Mata :
Kelopak mata : edema palpebra (-/-)
Pupil
: refleks pupil (+/+) isokor 3mm (kanan) 3mm (kiri)
Konjungtiva: Anemis (+/+) radang (-/-) cilliary injection (-/-)
Kornea
: Perselubungan (-/-) xeropthalmia (-/-) arcus senilis
(-/-)
Lensa
: Katarak (-/-)
Sklera
: Ikterus (-/-)

PEMERIKSAAN FISIK

Telinga
Parotis

: bentuk normal, tanda radang (-/-) hiperemis (-/-) bengkak


kemerahan (-/-)
sekret (-/-)
: Pembesaran kelenjar submandibula (-) pembesaran kelenjar
sublingua (-) pembesaran kelenjar liur minor (-)
: bentuk normal, sekret (-) epitaksis (-)

Hidung
Mulut
:
Bibir
: Sianosis (-) lesi (-)
Mukosa mulut
: stomatitis (-) ulkus (-)
Gigi Geligi
: Bentuk normal, ganggren gigi (-), nyeri ketok (-)
Gusi
: Hipertrofi gusi (-) perdarahan gusi (-)
Lidah
: Atrofi papil lidah (-) glositis (-) lidah tifoid (-),
tremor (-), fasikulasi (-)
Tonsil dan faring: Tonsil T1/T1, hiperemis (-), faring hiperemis (-)
Bau nafas : bau aseton (-) bau amoniak (-) bau busuk (-)

Leher
:
JVP : PR (5) + 0 cmH2O
Kelenjar tiroid
: tidak ada pembesaran
Pembesaran limph node : posterior auricular (-) occipital (-)
superficial
cervical (-) deep cervical (-)
preauricular (-)
parotid (-) tonsilar (-) submental
(-)
submandibular (-) subclavicular (-)
Thoraks
:
Cor
:
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi
: Iktus kordis teraba pada garis MCL kiri ICS V,
thrill (-)
Perkusi : Batas kanan : 1 cm lateral PSL kanan ICS V
Batas kiri : MCL kiri ICS V
Batas atas : ICS II kiri
Auskultasi : S1 S2 tunggal regular, murmur katup aorta (-)
murmur katup
pulmonal (-) murmur trikuspid (-) murmur
katup mitral (-)

Pulmo :
Inspeksi
: Gerakan nafas simetris (statis dan dinamis), barrel chest
(-),Pigeon chest -),
Funnel chest (-) benjolan (-), nyeri tekan (-),
retraksi otot-otot pernafasan-),
Palpasi
: Vocal fremitus dada N | N
N | N
N | N
Vocal fremitus punggung
N | N
N | N
N | N
Perkusi
: Sonor | Sonor
Sonor | Sonor
Sonor | Sonor
Auskultasi: Vesikuler + | + Rhonki - | - Whezing - | + | +
- | - | + | +
- | - | Pada daerah punggung : Vesikuler + | + Rhonki - | - Whezing - | + | +
- | - | + | +
- | - | -

PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-) ikterus (-) kering (-) colateral (-)
spider navi (-) caput medusa (-), striae (-)
meteorismus (+)
Auskultasi : BU (+) N 18 kali/menit, metalic sound (-),
bruits aorta (-)
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, ginjal tidak teraba
ballotmet (-/-), nyeri ketok CVA (+/+), nyeri supra
pubis (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor pada seluruh regio abdomen, Shifting
dullness (-), Tes undulasi (-).
Ekstremitas : pembesaran lymph node (-), tofus (-), tanda-tanda
radang (-), atropi otot (-), poilinokia (-), fraktur (-)
Hangat + | + Oedema - | -

PEMERIKSAAN PENUNJANG

RBC

Hasil
22/09/1
20/09/16
6
21,03
23,58 ()
()
86,56 ()
77,92
13,03
8,09 ()
4,54
6,92
0,21
1,53
0,60
0,61
4,03
4,08

HGB

12,25 ()

HCT

35,55 ()

MCV
MCH

87,09
30,00

Parameter
WBC
Ne
Ly
Mo
Eo
Ba

12,14
()
35,02
()
86,94
30,13

Darah Lengkap
Satua
n

Nilai Rujukan

10^3/
l
%
%
%
%
%
10^6/
l
g/dL

4,10-11,0

36,00-46,00

fL
g/dL

80,0-100,0
26,0-34,0

47,0-80,0
13-40
2.0-11.0
0,00-5.0
0,0-2,0
4,0-5,2
13,5-16,0

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Kimia Klinik

Hasil
Satuan
20/09/16 21/09/16 22/09/16 23/09/16 25/09/16

20.00
U/L
AST/SGOT

28.70
U/L
ALT/SGPT

4.01
g/dL
Albumin
23.00 24.00 ()

19.00
mg/dL
BUN

2.96 () 3.07 () 2.83 ()


mg/dL
Kreatinin

0.74 ()

mg/dL
Asam Urat 12.9 ()
Kalsium

9.22
mg/dL
(Ca)
Natrium
131()
122 () 128 () 132 () 131()
mmol/L
(Na)
Kalium (K) 2.08 () 2.13 () 2.57 () 2.48 () 2.75 () mmol/L

mmol/L
Clorida (Cl) 73.2 ()
Fosfor

2.3 ()
mg/dL
anorganik

1.9 ()
mmol/L
Mg

99.00
mg/dL
Parameter

Nilai Rujukan
11,00 27,00
11,00 34,00
3,40 4,80
8,00 23,00
0,50 0,90
2,00 5,70
8,40 9,70
136 145
3.50 5.10
94.00 110.00
2,5 4,5
0.70 1.07
70,00 140,00

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Parameter
pH
pCO2
pO2
BEecf
HCO3SO2c
TCO2
Natrium (Na)
Kalium (K)
Klorida (Cl)

Hasil

Satuan

7,49
41.5

mmHg

215.40

mmHg

7.6
30.90
99,5
32.2
127
1.92
82

mmol/L
mmol/L
%
mmol/L
mmol/L
mmol/L
mmol/L

Analisis Gas Darah


(24 September
2016)
Nilai
Rujukan
7,35 7,45
35,00 45,00
80,00
100,00
-2 2
22,00 26,00
95% - 100%
24,00 30,00
136 145
3,50 5,10
96 108

Remarks
Tinggi

Tinggi

Tinggi

Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Parameter
Berat Jenis
pH
Leukosit
Nitrit
Protein
Glukosa
Keton
Darah
Urobilinogen
Bilirubin
Warna

Hasil

Urinalisis
(20 September
2016)

Satuan Nilai Rujukan


Urin Lengkap
1.002

1.003 = 1.035
7.00

4.5 8
Positif
Leuco/uL
Negatif
(3+)
Negatif

Negatif
Negatif

Negatif
Normal

Normal
Negatif

Negatif
Negatif

Negatif
Normal

Normal
Negatif

Negatif
Pale yellow
Colorless

Remarks
Rendah

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Parameter

Hasil

Leukosit
Leukosit sedimen
Eritrosit
Eritrosit sedimen
Sel Epitel
Sel Epitel
sedimen
Silinder
Silinder sedimen
Bakteri

227.8
41.00
6.20
1.10
85.80

Urinalisis
(20 Septembe
2016)

Satuan Nilai Rujukan


Sedimen Urin
/uL
< 5.8
/HPF
<2
/uL
< 6.4
/HPF
<2
/uL
< 3.5

Remarks
Tinggi
Tinggi

Tinggi

15.40

/HPF

<1

Tinggi

1.04
3.02
61.70

/uL
/LPF
/uL

< 0.47
<2
<23.0

Tinggi
Tinggi
Tinggi

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Parameter

Hasil

Anti salmonella thypi

Positif

IgM

score 6

Satuan

Imunoserologi
(20 September
2016)

Nilai Rujukan
Negatif score 2-3

Remarks

Positif lemah score

4
Positif kuat score
6-10

DIAGNOSIS KERJA

Febris
Febriset
etcausa
causathypoid
thypoidfever
fever(membaik)
(membaik)
Sistemic
Sistemiclupus
lupuserythematosus
erythematosus(SLE)
(SLE)on
ontreatment
treatment
Chronic
Chronickidney
kidneydisease
diseasestage
stageIII
IIIet
etcausa
causalupus
lupusnefritis
nefritischronic
chronic
- -Hyperuricemia
Hyperuricemia(membaik)
(membaik)
Observasi
Observasihipokalemia
hipokalemiaet
etcausa
causasuspect
suspectloss
loss
Observasi
Observasihyponatremia
hyponatremiaet
etcausa
causasuspect
suspectloss
loss

PENATALAKSANAAN

TERAPI
Ceftriaxone 3 gram dalam D5% 100 cc habis dalam 30 menit setiap 24
jam selama 7 hari
Parasetamol 500 miligram setiap 8 jam intraoral
Metilprednisolon 4 miligram setiap 24 jam intraoral
Azathioprine 50 miligram setiap 24 jam intraoral
Chloroquine 150 mg setiap 24 jam intraoral
Asam folat 2 miligram tiap 12 jam intraoral
Allupurinol 100 miligram tiap 24 jam intraoral
Drip KCl 25 meq 20 tetes / menit dalam 500 cc NaCl 0.9%

PENATALAKSANAAN

MONITORING
Keluhan
Vital sign
Na dan K (setiap 6 jam selama koreksi)
KIE
Menjelaskan penyakit yang dialami oleh pasien serta pengobatan
yang diberikan
Gaya hidup sehat, mengurangi makan / jajan sembarangan,
meningkatkan personal hygiene misalnya dengan mencuci tangan
dengan sabun sebelum makan.

PENATALAKSANAAN

PROGNOSIS
Ad vitam

: dubius ad bonam

Ad functionam

: dubius ad bonam

Ad sanationum

: dubius ad bonam

BAB IV
DISKUSI HASIL

Alur kunjungan
Kunjungan dilakukan pada
tanggal 15 Oktober 2016
langsung ke tempat tinggal
pasien yang berada di Jalan
Gunung Merbabu Nomor 3
Denpasar.. Pasien
mengalami demam tifoid,
yang mana dipengaruhi oleh
faktor lingkungan dan
kebiasaan pasien sendiri.
Prinsip-prinsip umum
pengelolaan demam tifoid
bukan hanya terbatas pada
terapi farmakologis, namun
juga memerlukan terapi nonfarmakologis yaitu
pendekatan bio-psiko-sosial.

Intervensi yang dilakukan


a. Edukasi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien
beserta keluarganya tentang demam tifoid,
b. Menyadarkan pasien beserta keluarganya akan pentingnya menjaga
kesehatan dengan memenuhi kebutuhan nutrisi serta beraktivitas
dengan baik, dan
c. Menyadarkan pasien beserta keluarganya akan pentingnya menjaga
sanitasi dan perilaku hidup bersih.

Daftar permasalahan
1. Pasien masih kurang paham tentang penyakitnya, meliputi faktor resiko dan gejalagejalanya.
2. Pasien kurang memperhatikan kebersihannya; pasien biasanya makan menggunakan
tangan dan terkadang lupa mencuci tangan sebelum maupun setelah makan.
Penggunaan sabun untuk cuci tangan tidak selalu dilakukan.
3. Dapur pasien jarang dibersihkan
4. Pasien yang sering membeli makanan di warung-warung sekitar rumahnya yang belum
terjamin kebersihannya.

Analisis Kebutuhan
Kebutuhan fisik
biomedis
Kecukupan Gizi

Akses Pelayanan
Kesehatan

Menurut pengakuan pasien, dalam sehari pasien makan


dua kali yaitu makan siang dan makan malam. Pasien
mengaku tidak makan pagi karena tidak terbiasa. Pasien
lebih sering membeli makanan di warung-warung sekitar
rumahnya daripada memasak dirumah. Pasien selalu
makan dengan lauk dan sayur yang cukup setiap harinya .
Akses pelayanan kesehatan dikatakan cukup mudah untuk
dijangkau. Puskesmas, RSU Wangaya, maupun RSUP
Sanglah sebagai pusat layanan kesehatan juga dalam
wilayah yang dapat dijangkau pasien. Pasien juga memiliki
transportasi yaitu sepeda motor.

Analisis Kebutuhan
Kebutuhan
fisik
biomedis
Lingkungan

Saat ini Pasien beserta ibunya tinggal di rumah dengan 2 kamar


tidur, 1 kamar mandi, ruang tamu dan dapur. Rumah pasien sudah
berlantai keramik namun pada ruang tengah masih tanah dan sudah
beratapkan genteng. Sistem ventilasi di kamar dan rumah sudah
cukup baik.
Untuk tempat mencuci pakaian dan alat-alat masak pasien
melakukannya di kamar mandi. Sumber air MCK untuk keluarga
pasien adalah dari air sumur bor sedangkan sumber air minum
adalah air mineral kemasan galon. Dapur merupakan ruangan
tersendiri yang berada di sebelah kamar mandi. Keadaan dapur
terlihat jarang dibersihkan dan terdapat banyak barang-barang.
Kemudian disebelah dapur terdapat ruangan seperti gudang yang

Kebutuhan bio-psikososial
Lingkungan Biologis

Dalam lingkungan keluarga pasien, tidak ada yang mengalami


keluhan yang sama dengan pasien. Kondisi rumah pasien yang
kurang terjaga kebersihannya, misalnya di dapur yang jarang
dibersihkan merupakan faktor resiko terjadinya demam tifoid
mengingat penyakit ini sangat erat kaitannya dengan faktor
kebersihan. Tempat pencucian pakaian dan alat makan yang
dilakukan di kamar mandi juga menjadi salah satu faktor resiko.
Kecukupan gizi dari pasien tergolong cukup. Namun, pola makan
pasien yang selalu membeli makanan diluar perlu diperhatikan
karena hal ini merupakan faktor resiko terpenting

Faktor Psikologis dan


Sosial

Kegiatan sehari-hari pasien adalah diam dirumah dan terkadang


membantu membersihkan rumah. Semenjak mengetahui
kondisinya yang menderita SLE pasien berhenti bekerja dan hanya
melakukan aktivitas di rumah. Pasien sebelumnya bekerja di
restoran di Ubud.
Keluarga pasien cukup memahami kondisi pasien saat ini serta
mendukung kesembuhan pasien. Keluarga pasien cukup
memahami bahwa penyakit pasien dipengaruhi oleh factor
kebersihan makanan dan sanitasi. Maka dari itu, pasien dan

Saran dan KIE


Pasien lebih mengetahui Demam tifoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella
dan memahami tentang
typhi atau Salmonella paratyphi. Penularan bakteri ini
demam tifoid.
sebagian besar melalui makanan atau minuman yang
KIE yang diberikan:
tercemar oleh tinja atau urin yang berasal dari penderita
atau karier.
Gejala yang muncul bervariasi, biasanya diawali oleh lemas
dan nyeri kepala. Kemudian diikuti oleh gejala lain seperti
demam yang meningkat pada malam hari, lidah berwarna
putih, perut kembung, nyeri perut, penurunan berat badan,
bahkan penurunan kesadaran. Gejala tersebut berlangsung
selama kurang lebih 3 minggu. Apabila terjadi agar segera
ke tempat pelayanan kesehatan.
Pasien lebih
memperhatikan

Sebaiknya pasien menjaga kebersihan dapur dan mulai


memasak makanan sendiri serta dimasak dengan matang

Saran dan KIE


Pasien lebih menjaga
kebersihan diri dan
lingkungannya.
KIE yang diberikan:

Kebiasaan cuci tangan sebelum dan setelah makan


wajib dilakukan, dengan menggunakan air mengalir
dan sabun. Saat mencuci tangan, jangan melupakan
area sela jari dan kuku. Cuci tangan juga dilakukan
setelah bersih-bersih dan setelah membasuh usai
BAB.
Kebersihan tempat pencucian peralatan pasien
sebaiknya dirawat dengan baik dan pasien sebaiknya
melakukan pencucian peralatan masak dan makan
menggunakan sabun hingga bersih. Selain itu akan
lebih baik apabila tempat mencuci peralatan berbeda
dengan kamar mandi.
Kebersihan kamar mandi juga harus dijaga, selalu
tersedia sabun untuk mencuci tangan.
Pasien perlu lebih fokus menjaga kebersihan diri

Saran dan KIE


Pasien lebih menjaga kondisi
tubuh agar tetap bugar.
KIE yang diberikan:

Pola dan jadwal makan harus baik


dengan gizi yang seimbang sesuai
dengan yang dianjurkan serta
mempertahankan berat badannya yang
sudah ideal. Jenis lauk dan sayuran dapat
bervariasi agar tidak merasa bosan,
namun tetap memperhatikan
proporsinya.
Pasien dapat tetap melakukan aktifitas
sehari-hari dan tidak membiarkan diri
merasa terlalu lelah dengan diimbangi
istirahat secara berkala. Pengendalian
stres psikologis juga dibutuhkan.

Denah Rumah Pasien

Foto Kunjungan

Foto Kunjungan

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Saran

Demam tifoid adalah penyakit yang

sangat dipengaruhi oleh higienitas


individu dan sanitasi lingkungan
seperti higiene makanan,
lingkungan yang kumuh, kebersihan
tempat-tempat umum yang kurang
serta perilaku masyarakat yang
tidak mendukung untuk hidup sehat.
Penatalaksanaan demam tifoid dapat
dengan istirahat dan perawatan, diet
dan terapi penunjang serta dengan
pemberian antibiotik. Pencegahan
demam tifoid dapat dilakukan
dengan menjaga higienitas pribadi
dan sanitasi lingkungan serta
dengan vaksin.

Pasien sebaiknya lebih menjaga


kebersihan rumah dengan
membersihkan rumah secara
perlahan-lahan. Pasien
menggunakan sabun dalam mencuci
peralatan makan dan memiliki
tempat khusus dalam mencuci
peralatan makan sehingga tidak di
kamar mandi.
Pasien sebaiknya memasak makanan
di rumah sehingga terjamin
kebersihannya dan dapat
mengurangi kemungkinan pasien
sakit akibat mengkonsumsi makanan
yang tidak terjamin kebersihannya.
Pasien memperbaiki pola hidupnya
menjadi pola hidup yang lebih sehat
dan membiasakan diri untuk
mencuci tangan dengan sabun
sebelum dan setelah makan, setelah

TERIMA KASIH
ATAS
PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai