Informal Fungisida
Kelompok 4
Nama kelompok
Elien Dwi Septalita
101311133240
Nabila Permata S.
101311133176
Nuurul Iman
101311133149
Rio Surya Christian
101311133210
Rizki Prasetya W.
101311133226
Tria Melissa
101311133198
Pengertian Fungisida
Berasal dari kata,
fungus : jamur
sida
: racun
Fungisida: pestisida yang digunakan
untuk mengendalikan jamur
penyebab penyakit pada tanaman.
Klasifikasi Fungisida
1. Berdasar bahan pembuatnya:
a. Fungisida alami/ organik
b. Fungisida sintetis
2. Berdasar sifatnya:
a. Selektif
b. Non selektif
Cont
3. Berdasar cara kerjanya:
a. Kontak
b. Translaminar
c. Sistemik
4. Berdasar fungsi kerjanya:
a. Fungisida
b. Fungistatik
c. Genestatik
Sifat Fungisida
Sifat fisik secara umum berbentuk cair, gas atau padat
Sifat Kimia, contoh:
Jenis
: Cupric sulphate-tricupric hydroxide-hemihydrate
Rumus Empiris : Cu H O S
Berat Molekul : 461,27
Warna : Biru kehijau-hijauan
Berat Jenis : 1,27 g/cm pada suhu 20C
Kekentalan : 2500 mPas pada suhu 20C
Kandungan bahan aktif : 345 g/L copper oxy sulfate
pH : 6-8
Flammabilitas : Tidak mudah terbakar
Explosivitas : Tidak mudah terbakar
Sumber Fungisida
Fungisida anorganik
Dengan menggunakan logam berat seperti
Tembaga (Cu) dapat menyebabkan
koagulasi protoplas pathogen dan punya
daya oligodinamik yaitu proses
penghambatan ion logam terhadap
pertumbuhan mikroba khususnya jamur
akan tetapi sumber fungisida dari logam
berat sudah ditinggalkan karena dampak
yang besar bagi tumbuhan dan pekerja
Sumber Fungisida
Fungisida organik
Dengan menggunakan belerang dan
klor. Fungsida organik lebih tidak toksik
daripada fungsisida anorganik dan
lebih manjur karena aman bagi
lingkungan, sifat toksik rendah.
Belerang dicampur dengan kapur akan
menghasilkan bubur kalifornia sebagai
fungisida
Sumber Fungisida
Fungsisida nabati
Dibuat dari menggunakan ekstrak dari
tanaman seperti daun mindi, daun
sirih, daun cengkeh, dan batang serai.
Fungisida ini sangatlah terjangkau dan
dapat diapplikasikan langsung oleh
petani maupun bidang pertanian.
Fase Eksposisi
Saluran pencernaan
Makanan atau minuman yang
tertelan
Saluran pernapasan
Arsenik bercampur dengan debu
Kulit
Paparan arsenik yang sering terjadi
Fase Toksikokinetik
Absrobsi
- Lebih mudah jika lapisan stratum corneum rusak
atau jika integritas kulit terganggu
- Senyawa yang larut dalam air diabsorbsi oleh
seluruh selaput lendir
Distribusi
- Arsen mengikat globulin dalam darah
- Dapat ditemukan dalam konsentrasi tinggi di
beberapa organ tubuh
- Arsen mengikat gugus sulfhidril (-SH)
- Sebagian kecil menembus blood-brain barrier
Fase Toksikokinetik
Ekskresi
- Diekskresikan melalui ginjal,
metobolit urine empat arsenat,
arsenit, dan trivalen arsenik
- Hasil detokfikasi berupa asam
monomethylarsenic dan dimerik
asam arsenik
Toksikodinamik
Arsen mampu menghambat kerja enzim yang
terikat dengan transfer energi
Sebagian arsen menggantikan gugus fosfat
sehingga terjadi gangguan oksidasi fosforilasi
Menyebabkan paralisis kapiler, dilatasi, dan
peningkatan permeabilitas
Menimbulkan petekie subepikardial dan
subendokardial
Menyebabkan serangkaian respon kongesti,
statis, dan trombosis
Fase Eksposisi
Saluran pencenaan
Tertelan makanan yang mengandung
merkuri
Saluran pernapasan
Merkuri yang terhirup akan mengisi
ruang dari paru-paru dan berikatan
dengan darah
Kulit
Merkuri akan berikatan dengan sel
Fase Toksikokinetik
Absorbsi
- Sekitar 80% uap merkuri yang
terinhalasi dan diasorbsi
- Sebagian kecil merkuri yang tertelan
diabaikan
- Senyawa merkuri yang larut air mudah
diasorbsi
- Beberapa senyawa merkuri organik dan
anorganik dapat diasorbsi melalui kulit
Fase Toksikokinetik
Distribusi
- Ditemukan dalam ginjal dan hati
- Dapat melewati darah, otak, dan plasenta
- Mempunyai afinitas yang kuat terhadap otak
- Sekitar 90% terdapat dalam eritrosit
Ekskresi
- Unsur merkuri dan senyawa anorganik lebih
banyak dieleminasi melalui kemih
- Senyawa anorganik terutama diekskresi
melalui feses
Toksikodinamik
Keracunan akut merkuri
- Umum terjadi pada pekerja di
beberapa bidang
- Gejala yang muncul: peradangan pada
tenggorokan, rasa sakit pada perut,
mual, & muntah.
Keracunan kronis merkuri
- Sistem pencernaan dan sistem saraf
sering mengalami gangguan
Studi kasus
Dari hasil pemeriksaan cholinesterase pada
petani melon di Kecamatan Penawangan
Kabupaten Grobogan diperoleh rata-rata hasil
pemeriksaan sekitar 8.288 U/L dan hasil
pemeriksaan tertinggi 11.350 U/L dengan
standar normal untuk laki-laki 4.620- 11.500
U/L, hal ini berarti kandungan pestisida dalam
darah petani ada yang mendekati ambang
batas tertinggi. Tingginya kadar cholinesterase
dalam darah petani dapat menimbulkan
gangguan kesehatan (Yuantari, dkk, 2012).
Jenis Fungisida
Jenis fungisida yang digunakan
antara lain Nativo, Antracol, Folirfos,
Indar dan Heksa.
Dampak Penggunaan
Fungisida
Dermal: iritasi dan dermatitis.
Menyebabkan iritasi pada saluran
pernafasan, selaput lendir,
membrane mata dan hidung.
Semua fungisida bersifat sitotoksik
dan karena mutagenik, maka dapat
menyebabkan mutasi, kanker dan
teratogenik.
Kesimpulan
Fungisida berasal dari kata fungus
yang berarti jamur, dan sida yang
berarti racun. Sehingga pengertian
fungisida adalah pestisida yang
digunakan untuk mengendalikan
jamur penyebab penyakit
Sumber fungisida terdapat beberapa
jenis yaitu fungisida anorganik,
fungisida organik, fungisida nabati
Kesimpulan
fase toksikologi fungisida yaitu pekerja akan
terpapar bahan kimia fungisida ini lalu masuk
melalui ingesti, inhalasi dan kontak langsung
lalu diabsopsi dan di distribusikan melalui
pembuluh darah dan di ekskresikan melalui
ekshalasi, urine dan feses.
Dalam studi kasus di atas banyak kejadian
petani keracunan fungisida melalui inhalasi
karena penyemprotan dan melalui ingesti
karena tidak mencuci tangan sehabis
mencampurkan fungisida dengan pestisida
Saran
Dalam memberikan fungisida sesuai dengan
aturan, jika tidak maka kerugian akan timbul.
Petani merugi karena tidak ada yang membeli
dan konsumen pun juga tidak mau membeli
karena terdapat banyak pestisida yang
menempel di sayuran atau buah-buahan
Untuk proses pengadukan antara fungisida
dengan bahan lain diharapkan menggunakan
alat atau pelindung tangan (sarung tangan)
agar tidak kontak langsung dengan bahan kimia
tersebut dan apabila pada waktu mengaduk
campuran pestisida setelah itu wajib cuci
tangan menggunakan sabun agar tidak
keracunan apabila memegang
makanan/minuman
saran
Pada waktu penyemprotan juga harus melihat
arah angin. Harus searah dengan arah angin
agar bahan kimia tersebut tidak terkena
pekerja itu sendiri dan menggunakan masker
Menggunakan pestisida yang kandungannya
tidak terlalu toksik dengan menggunakan
fungisida yang organic dan yang alami
Pekerja khususnya para petani harus sering
memeriksakan kesehatan secara berkala ke
puskesmas terdekat agar bila terjadi penyakit
dapat teratasi lebih dahulu