Anda di halaman 1dari 50

R

e
f
e
r
a
t

ASMA BRONKIAL

Achmad Risaryo Maruto Putro


1102011003
Pembimbing: dr. H. Rizki Drajat, Sp.P

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD CILEGON

Definisi

Asma adalah gangguan inflamasi kronik


saluran napas yang melibatkan banyak sel
dan elemennya.

Definisi
Inflamasi kronik menyebabkan hiperresponsif jalan
napas yang menimbulkan gejala episodik
berulang berupa mengi, sesak napas, dada
terasa berat dan batuk-batuk terutama malam
dan atau dini hari.
Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi
jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali
bersifat
reversibel
dengan
atau
tanpa
pengobatan

Epidemiologi

Faktor-faktor yang mempengaruhi prevalensi


asma:
Jenis kelamin
Umur pasien
Status atopi
Faktor keturunan
Faktor lingkungan

Epidemiologi
WHO tahun 2013 memperkirakan bahwa terdapat
sekitar 235 juta orang menderita asma saat ini.
Asma tidak hanya menyerang negara-negara
dengan pendapatan yang tinggi tetapi juga
menyerang negara-negara dengan pendapatan
yang menengah dan bahkan rendah. Dikatakan
bahwa kematian yang berhubungan dengan
asma terjadi paling banyak di Negara-negara
dengan pendapatan menengah dan rendah.

Epidemiologi
Pada tahun 1993, UPF Paru RSUD dr. Sutomo
Surabaya melakukan penelitian di lingkungan 37
puskesmas di Jawa Timur, Seluruhnya 6662
responden usia 13-70 tahun (rata-rata 35,6
tahun) mendapatkan prevalensi asma sebesar
7,7%, dengan rincian laki-laki 9,2% dan
perempuan 6,6%.

Faktor Resiko

Risiko berkembangnya asma merupakan


interaksi antara faktor pejamu (host factor)
dan faktor lingkungan

Faktor Lingkungan
Mencetuskan
eksaserbasi
dan
menyebabkan gejala-gejala asma menetap
Alergen di dalam dan di luar ruangan

atau

Polusi udara di dalam dan di luar ruangan


Infeksi pernapasan
Exercise dan hiperventilasi
Perubahan cuaca
Sulfur dioksida
Makanan, aditif (pengawet, penyedap, pewarna
makanan), obat-obatan
Ekspresi emosi yang berlebihan
Asap rokok
Iritan (parfum, bau-bauan merangsang, household
spray)

Faktor Lingkungan
Mempengaruhi berkembangnya
dengan predisposisi asma
Alergen di dalam ruangan
Mite domestik

Alergen binatang

Alergen kecoa

Jamur (fungi, molds, yeasts)

Alergen di luar ruangan


Tepung sari bunga
Jamur (fungi, molds, yeasts)

asma

pada

individu

Patofisiologi
Proses terjadinya asma:
Inflamasi
Bronkokonstriksi
Hipersekresi mukus
Hiperresponsivitas

Patofisiologi

Klasifikasi derajat berat Asma berdasarkan gambaran


klinis

Derajat Asma

Gejala

Intermiten

Bulanan
Gejala 1x/minggu
Tanpa gejala di luar
serangan
Serangan singkat
Persisten Ringan Mingguan
Gejala 1x/minggu,
tetapi 1x/hari
Serangan dapat
mengganggu aktivitas
dan tidur
Persisten
Harian
Sedang
Gejala setiap hari
Serangan mengganggu
aktivitas dan tidur
Membutuhkan
bronkodilator setiap
hari
Persisten Berat
Kontinyu

Gejala terus menerus


Sering kambuh
Aktivitas fisik terbatas

Gejala
Malam
2x
sebulan

>2x
sebulan

Faal Paru

APE 80%
VEP1 80% nilai
prediksi APE 80%
nilai terbaik
Variabiliti APE < 20%
APE > 80%
VEP1 80% nilai
prediksi APE 80%
nilai terbaik
Variabiliti APE 20-30%

> 1x/
APE 60-80%
seminggu VEP1 60- 80% nilai
prediksi APE 60-80%
nilai terbaik
Variabiliti APE > 30%

Sering

APE 60%

VEP1 60% nilai prediksi


APE 60-% nilai terbaik

Variabiliti APE > 30%

Manifestasi Klinis
Sesak cenderung pada malam hari
Usia muda
Riwayat alergi (+)
Napas berbunyi ngik ngik
Batuk meningkat pada kondisi tertentu
(contoh: terpapar alergen)
Merasa berat di dada
Ada episode normal
Penurunan BB tidak signifikan

Klasifikasi berat serangan Asma Akut


Gejala dan
Tanda

Berat Serangan Akut

Keadaan
Mengancam
Jiwa

Ringan

Sedang

Berat

Sesak napas

Berjalan

Berbicara

Istirahat

Posisi

Duduk

Duduk membungkuk

Cara berbicara

Dapat tidur
terlentang
Satu kalimat

Beberapa kata

Kata demi kata

Kesadaran

Mungkin gelisah

Gelisah

Gelisah

Frekuensi napas

< 20/menit

20-30/menit

>30 menit

Nadi

< 100

100-120

>120

Bradikardia

+/- 10-20mmHg

+ >25mmHg

Kelelahan otot
Torakoabdominal
paradoksal
Silent chest

Pulsus Paradoksus

10mmHg

Otot bantu napas


dan retraksi
suprasternal
Mengi

Akhir ekspirasi paksa

Akhir ekspirasi

APE

>80%

60-80%

Inspirasi dan
ekspirasi
<60%

PaO2

>80mmHg

80-60mmHg

<60mmHg

PaCO2

<45mmHg

<45mmHg

>45mmHg

SaO2

>95%

91-95%

<90%

Mengantuk, gelisah,
kesadaran menurun

Diagnosis
Anamnesis

Diagnosis Banding
Bronkitis kronik
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Emfisema paru
Gagal jantung kiri akut
Emboli paru

Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan asma:
Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
Mencegah eksaserbasi akut
Meningkatkan dan mempertahankan faal paru
se-optimal mungkin
Mengupayakan aktivitas normal termasuk
exercise
Menghindari efek samping obat
Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara
(airflow limitation) irreversibel
Mencegah kematian karena asma.

Penatalaksanaan
Program penatalaksanaan asma, yang
meliputi 7 komponen:

Edukasi
Menilai dan monitor berat asma secara berkala
Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
Merencanakan dan memberikan pengobatan
jangka panjang
Menetapkan pengobatan pada serangan akut
Kontrol secara teratur
Pola hidup sehat

Penatalaksanaan

Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan


mencegah gejala obstruksi jalan napas, terdiri
atas pengontrol dan pelega.

Pengontrol (Controllers)

Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang


untuk mengontrol asma, diberikan setiap hari untuk
mencapai dan mempertahankan keadaan asma
terkontrol pada asma persisten

Pengontrol (Controllers)
Kortikosteroid inhalasi
Kortikosteroid sistemik
Kromolin (Sodium kromoglikat dan
Nedokromil sodium)
Metilsantin (Teofilin/Aminofilin)
Agonis beta-2 kerja lama
(Formoterol/Salmoterol)
Leukotrien modifiers

Kortikosteroid inhalasi
Merupakan pilihan bagi pengobatan asma persisten
(ringan-berat)
Efek samping steroid inhalasi adalah efek samping
lokal seperti kandidiasis orofaring, disfonia, dan batuk
karena iritasi saluran napas atas. Semua efek samping
tersebut dapat dicegah dengan penggunaan spacer,
atau mencuci mulut dengan berkumur-kumur dan
membuang keluar setelah inhalasi
Penggunaan spacer dapat menurunkan bioavailabilitas
sistemik dan mengurangi efek samping sistemik untuk
semua glukokortikosteroid inhalasi
Beclomethasone dipropionate, budesonide, fluticasone

Kortikosteroid sistemik
Oral atau parenteral.
Pengontrol pada keadaan asma persisten
berat (setiap hari atau selang sehari), tetapi
penggunaannya terbatas mengingat risiko
efek sistemik seperti osteoporosis,
hipertensi, supresi aksis adrenal pituitari
hipotalamus, katarak, glaukoma, obesitas,
penipisan kulit, striae, dan kelemahan otot
Prednison, metilprednisolone, prednisolone

Kromolin (Sodium kromoglikat dan


Nedokromil sodium)

Digunakan sebagai pengontrol pada asma


persisten ringan.
Dapat memperbaiki faal paru dan gejala,
menurunkan hiperresponsif jalan napas
walau tidak se-efektif glukokortikosteroid
inhalasi.
Efek samping umumnya minimal seperti
batuk atau rasa obat tidak enak saat
melakukan inhalasi.

Metilsantin (Teofilin/Aminofilin)

Teofilin juga digunakan sebagai


bronkodilator tambahan pada serangan
asma berat. Sebagai pelega,
teofilin/aminofilin oral diberikan
bersama/kombinasi dengan agonis beta-2
kerja singkat.

Agonis beta-2 kerja lama


(Formoterol/Salmoterol)
Mempunyai efek relaksasi otot polos,
meningkatkan pembersihan mukosiliar,
menurunkan permeabilitas pembuluh darah
dan memodulasi pelepasan mediator dari sel
mast dan basofil.
Penambahan agonis beta-2 kerja lama
inhalasi pada pengobatan harian dengan
glukokortikosteroid inhalasi, memperbaiki
gejala, menurunkan kebutuhan agonis beta-2
kerja singkat (pelega) dan menurunkan
frekuensi serangan asma.

Leukotrien modifiers
Merupakan obat anti-asma yang relatif baru
dan pemberiannya melalui oral.
Sebagai terapi tambahan, leukotrien
modifiers tidak se-efektif agonis beta-2
kerja lama
Monitor fungsi hati dianjurkan apabila
diberikan terapi zileuton.
Zafirlukast, montelukast

Pelega (Reliever)

Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui


polos,
memperbaiki
dan
atau
bronkokonstriksi yang berkaitan dengan
seperti mengi, rasa berat di dada, dan
memperbaiki inflamasi jalan napas atau
hiperresponsif jalan napas.

relaksasi otot
menghambat
gejala akut
batuk, tidak
menurunkan

Pelega (Reliever)
Agonis beta-2 kerja singkat
Kortikosteroid sistemik
Anti-kolinergik
Aminofilin
Adrenalin

Agonis beta-2 kerja singkat

Termasuk golongan ini adalah salbutamol,


terbutalin, fenoterol, dan prokaterol.
Pemberian dapat secara inhalasi atau oral,
pemberian inhalasi mempunyai onset yang lebih
cepat dan efek samping minimal/tidak ada.
Merupakan terapi pilihan pada serangan akut
dan sangat bermanfaat sebagai pra-terapi pada
exercise-induced asthma.
Kebutuhan yang meningkat atau bahkan setiap
hari adalah pertanda perburukan asma dan
menunjukan perlunya terapi anti-inflamasi.

Antikolinergik

Pemberiannya secara inhalasi


Onsetnya lama dan dibutuhkan 30-60 menit
untuk mencapai efek maksimum
Tidak berpengaruh terhadap inflamasi
Disarankan menggunakan kombinasi inhalasi
antikolinergik dan agonis beta-2 kerja singkat
sebagai bronkodilator pada terapi awal serangan
asma berat atau pada serangan asma yang
kurang respons dengan agonis beta-2 saja,
sehingga dicapai efek bronkodilatasi maksimal.
Tidak bermanfaat diberikan jangka panjang

Adrenalin

Dapat digunakan sebagai pilihan pada asma


eksaserbasi sedang sampai berat, bila tidak
tersedia agonis beta-2, atau tidak respons
dengan agonis beta-2 kerja singkat.

Pengobatan Asma Sesuai Berat Asma


Semua tahapan: ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila dibutuhkan, tidak melebihi 3-4 kali
sehari.
Berat Asma
Medikasi pengontrol harian
Alternatif/Pilihan lain
Alternatif lain
Asma Intermiten

Tidak perlu

Asma
Persisten
Ringan

Glukokortikosteroid inhalasi
(200-400 mg BB/hari)

Teofilin lepas lambat


Kromolin
Leukotriene modifiers

Asma
Persisten
Sedang

Kombinasi inhalasi
Glukokortikosteroid (400800 mg BB/hari) dan agonis
beta-2 kerja lama

Glukokortikosteroid inhalasi (400-800


mg BB) ditambah teofilin lepas lambat,
atau
Glukokortikosteroid inhalasi (400-800
mg BB) ditambah agonis beta-2 kerja
lama oral, atau
Glukokortikosteroid inhalasi dosis tinggi
(<800 mg BB), atau
Glukokortikosteroid inhalasi (400-800
mg BB) ditambah leukotriene modifiers

Asma
Berat

Persisten

Kombinasi inhalasi
Glukokortikosteroid (> 800
mg/BB) dan agonis beta-2
kerja lama, ditambah 1 di
bawah ini:
Teofilin lepas lambat
Leukotriene modifiers
Glukokortikosteroid
oral

Ditambah agonis beta-2


kerja lama oral, atau
Ditambah teofilin lepas
lambat

Prednisolon/metilprednisolon oral selang


sehari 10 mg ditambah agonis beta-2 kerja
lama oral, ditambah teofilin lepas lambat

Semua tahapan: bila tercapai asma terkontrol, pertahankan terapi paling tidak 3 bulan, kemudian turunkan bertahap sampai
mencapai terapi seminimal mungkin dengan kondisi asma tetap terkontrol.

Indikator asma tidak terkontrol


Asma malam, terbangun malam hari karena
gejala-gejala asma
Kunjungan ke Instalasi Gawat Darurat, ke
dokter karena serangan akut
Kebutuhan obat pelega meningkat (bukan
akibat infeksi pernapasan, atau exerciseinduced asthma).

Pelangi Asma, monitoring keadaan asma secara mandiri


Hijau
Kondisi baik, asma terkontrol
Tidak ada/gejala minimal
APE: 80-100% nilai dugaan/terbaik
Pengobatan bergantung berat asma, prinsipnya pengobatan dilanjutkan. Bila
tetap berada pada warna hijau minimal 3 bulan, maka pertimbangkan turunkan
terapi
Kuning
Berarti hati-hati, asma tidak terkontrol, dapat terjadi serangan
akut/eksaserbasi
Dengan gejala asma (asma malam, aktivitas terhambat, batuk, mengi, dada
terasa berat baik saat aktivitas maupun istirahat) dan/ atau APE 60-80%
prediksi/ nilai terbaik
Membutuhkan peningkatan dosis medikasi atau perubahan medikasi
Merah
Berbahaya
Gejala asma terus menerus dan membatasi aktivitas sehari-hari
APE < 60% nilai dugaan/terbaik
Penderita membutuhkan pengobatan segera sebagai rencana pengobatan
yang disepakati dokter-penderita secara tertulis. Bila tetap tidak ada respons,
segera hubungi dokter atau ke rumah sakit.

Metered-dose Inhaler

Dry-powder Inhaler

Komplikasi
Ateletaksis
Bronkiektasis
Emfisema
Pneumothoraks
Pneumomediastinum
Gagal nafas
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
Permanent hypoxic brain damage

Prognosis

Sebelum dipakai kortikosteroid, secara


umum angka kematian penderita asma
wanita dua kali lipat penderita asma pria.

Pada penderita yang mengalami serangan


intermitten angka kematiannya 2%,
sedangkan angka kematian pada penderita
yang dengan serangan terus menerus
angka kematiannya 9%.

Prognosis

Angka kematian pada serangan asma


dengan usia tua lebih banyak, kalau
serangan asma diketahui dan dimulai sejak
kanak kanak dan mendapat pengawasan
yang cukup kira-kira setelah 20 tahun,
hanya 1% yang tidak sembuh dan di dalam
pengawasan tersebut kalau sering
mengalami serangan common cold 29%
akan mengalami serangan ulang.

Pencegahan
Pencegahan primer yaitu mencegah
tersensitisasi dengan bahan yang
menyebabkan asma
Pencegahan sekunder adalah mencegah
yang sudah tersensitisasi untuk tidak
berkembang menjadi asma;
Pencegahan tersier adalah mencegah agar
tidak terjadi serangan / bermanifestasi klinis
asma pada penderita yang sudah menderita
asma.

Kesimpulan

Asma adalah gangguan inflamasi kronik


saluran napas yang melibatkan banyak sel
dan elemennya.

Prevalensi asma dipengaruhi oleh banyak


faktor, antara lain jenis kelamin, umur
pasien, status atopi, faktor keturunan, serta
faktor lingkungan

Kesimpulan

Klasifikasi derajat berat Asma berdasarkan


gambaran klinis: Intermiten, Persisten
Ringan, Persisten Sedang, dan Persisten
Berat.

Risiko berkembangnya asma merupakan


interaksi antara faktor pejamu (host factor)
dan faktor lingkungan

Kesimpulan

Diagnosis banding: bronkitis kronik, emboli


paru, emfisema paru, gagal jantung kiri akut
dan penyakit lainnya.

Komplikasi asma: atelektasis,


pneumothoraks, pneumodiastinum, dan lainlain.

Saran
Penderita asma sebaiknya menghindari
faktor pencetus asma agar tidak terjadi
eksaserbasi.
Dokter harus dapat memahami dengan
sangat baik tentang penyakit asma dan
tatalaksananya.
Dokter seharusnya memberikan edukasi
yang lebih intensif kepada masyarakat,
khususnya penderita asma.

Daftar Pustaka
1.

2.

3.

4.

5.

6.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis


dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia. PDPI. Jakarta, 2003
Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. 2009
World
Health
Organization.
2013.
Asthma.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs307/en/
(Diakses pada tanggal 2 Juli 2015)
Sundaru H, Sukamto. 2014. Asma Bronkial. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi 6 Jilid 1. EGC. Jakarta; 478-488.
Global Initiative For Asthma (GINA). Pocket Guide For
Asthma Management and Prevention. Canada, 2012.
Anonim.
Asthma
Pathophysiology.
http://www.alvesco.com/en/About-Asthma/Asthma-pathophys
iology
(Diakses pada tanggal 2 Juli 2015)

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai