e
f
e
r
a
t
ASMA BRONKIAL
Definisi
Definisi
Inflamasi kronik menyebabkan hiperresponsif jalan
napas yang menimbulkan gejala episodik
berulang berupa mengi, sesak napas, dada
terasa berat dan batuk-batuk terutama malam
dan atau dini hari.
Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi
jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali
bersifat
reversibel
dengan
atau
tanpa
pengobatan
Epidemiologi
Epidemiologi
WHO tahun 2013 memperkirakan bahwa terdapat
sekitar 235 juta orang menderita asma saat ini.
Asma tidak hanya menyerang negara-negara
dengan pendapatan yang tinggi tetapi juga
menyerang negara-negara dengan pendapatan
yang menengah dan bahkan rendah. Dikatakan
bahwa kematian yang berhubungan dengan
asma terjadi paling banyak di Negara-negara
dengan pendapatan menengah dan rendah.
Epidemiologi
Pada tahun 1993, UPF Paru RSUD dr. Sutomo
Surabaya melakukan penelitian di lingkungan 37
puskesmas di Jawa Timur, Seluruhnya 6662
responden usia 13-70 tahun (rata-rata 35,6
tahun) mendapatkan prevalensi asma sebesar
7,7%, dengan rincian laki-laki 9,2% dan
perempuan 6,6%.
Faktor Resiko
Faktor Lingkungan
Mencetuskan
eksaserbasi
dan
menyebabkan gejala-gejala asma menetap
Alergen di dalam dan di luar ruangan
atau
Faktor Lingkungan
Mempengaruhi berkembangnya
dengan predisposisi asma
Alergen di dalam ruangan
Mite domestik
Alergen binatang
Alergen kecoa
asma
pada
individu
Patofisiologi
Proses terjadinya asma:
Inflamasi
Bronkokonstriksi
Hipersekresi mukus
Hiperresponsivitas
Patofisiologi
Derajat Asma
Gejala
Intermiten
Bulanan
Gejala 1x/minggu
Tanpa gejala di luar
serangan
Serangan singkat
Persisten Ringan Mingguan
Gejala 1x/minggu,
tetapi 1x/hari
Serangan dapat
mengganggu aktivitas
dan tidur
Persisten
Harian
Sedang
Gejala setiap hari
Serangan mengganggu
aktivitas dan tidur
Membutuhkan
bronkodilator setiap
hari
Persisten Berat
Kontinyu
Gejala
Malam
2x
sebulan
>2x
sebulan
Faal Paru
APE 80%
VEP1 80% nilai
prediksi APE 80%
nilai terbaik
Variabiliti APE < 20%
APE > 80%
VEP1 80% nilai
prediksi APE 80%
nilai terbaik
Variabiliti APE 20-30%
> 1x/
APE 60-80%
seminggu VEP1 60- 80% nilai
prediksi APE 60-80%
nilai terbaik
Variabiliti APE > 30%
Sering
APE 60%
Manifestasi Klinis
Sesak cenderung pada malam hari
Usia muda
Riwayat alergi (+)
Napas berbunyi ngik ngik
Batuk meningkat pada kondisi tertentu
(contoh: terpapar alergen)
Merasa berat di dada
Ada episode normal
Penurunan BB tidak signifikan
Keadaan
Mengancam
Jiwa
Ringan
Sedang
Berat
Sesak napas
Berjalan
Berbicara
Istirahat
Posisi
Duduk
Duduk membungkuk
Cara berbicara
Dapat tidur
terlentang
Satu kalimat
Beberapa kata
Kesadaran
Mungkin gelisah
Gelisah
Gelisah
Frekuensi napas
< 20/menit
20-30/menit
>30 menit
Nadi
< 100
100-120
>120
Bradikardia
+/- 10-20mmHg
+ >25mmHg
Kelelahan otot
Torakoabdominal
paradoksal
Silent chest
Pulsus Paradoksus
10mmHg
Akhir ekspirasi
APE
>80%
60-80%
Inspirasi dan
ekspirasi
<60%
PaO2
>80mmHg
80-60mmHg
<60mmHg
PaCO2
<45mmHg
<45mmHg
>45mmHg
SaO2
>95%
91-95%
<90%
Mengantuk, gelisah,
kesadaran menurun
Diagnosis
Anamnesis
Diagnosis Banding
Bronkitis kronik
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Emfisema paru
Gagal jantung kiri akut
Emboli paru
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan asma:
Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
Mencegah eksaserbasi akut
Meningkatkan dan mempertahankan faal paru
se-optimal mungkin
Mengupayakan aktivitas normal termasuk
exercise
Menghindari efek samping obat
Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara
(airflow limitation) irreversibel
Mencegah kematian karena asma.
Penatalaksanaan
Program penatalaksanaan asma, yang
meliputi 7 komponen:
Edukasi
Menilai dan monitor berat asma secara berkala
Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
Merencanakan dan memberikan pengobatan
jangka panjang
Menetapkan pengobatan pada serangan akut
Kontrol secara teratur
Pola hidup sehat
Penatalaksanaan
Pengontrol (Controllers)
Pengontrol (Controllers)
Kortikosteroid inhalasi
Kortikosteroid sistemik
Kromolin (Sodium kromoglikat dan
Nedokromil sodium)
Metilsantin (Teofilin/Aminofilin)
Agonis beta-2 kerja lama
(Formoterol/Salmoterol)
Leukotrien modifiers
Kortikosteroid inhalasi
Merupakan pilihan bagi pengobatan asma persisten
(ringan-berat)
Efek samping steroid inhalasi adalah efek samping
lokal seperti kandidiasis orofaring, disfonia, dan batuk
karena iritasi saluran napas atas. Semua efek samping
tersebut dapat dicegah dengan penggunaan spacer,
atau mencuci mulut dengan berkumur-kumur dan
membuang keluar setelah inhalasi
Penggunaan spacer dapat menurunkan bioavailabilitas
sistemik dan mengurangi efek samping sistemik untuk
semua glukokortikosteroid inhalasi
Beclomethasone dipropionate, budesonide, fluticasone
Kortikosteroid sistemik
Oral atau parenteral.
Pengontrol pada keadaan asma persisten
berat (setiap hari atau selang sehari), tetapi
penggunaannya terbatas mengingat risiko
efek sistemik seperti osteoporosis,
hipertensi, supresi aksis adrenal pituitari
hipotalamus, katarak, glaukoma, obesitas,
penipisan kulit, striae, dan kelemahan otot
Prednison, metilprednisolone, prednisolone
Metilsantin (Teofilin/Aminofilin)
Leukotrien modifiers
Merupakan obat anti-asma yang relatif baru
dan pemberiannya melalui oral.
Sebagai terapi tambahan, leukotrien
modifiers tidak se-efektif agonis beta-2
kerja lama
Monitor fungsi hati dianjurkan apabila
diberikan terapi zileuton.
Zafirlukast, montelukast
Pelega (Reliever)
relaksasi otot
menghambat
gejala akut
batuk, tidak
menurunkan
Pelega (Reliever)
Agonis beta-2 kerja singkat
Kortikosteroid sistemik
Anti-kolinergik
Aminofilin
Adrenalin
Antikolinergik
Adrenalin
Tidak perlu
Asma
Persisten
Ringan
Glukokortikosteroid inhalasi
(200-400 mg BB/hari)
Asma
Persisten
Sedang
Kombinasi inhalasi
Glukokortikosteroid (400800 mg BB/hari) dan agonis
beta-2 kerja lama
Asma
Berat
Persisten
Kombinasi inhalasi
Glukokortikosteroid (> 800
mg/BB) dan agonis beta-2
kerja lama, ditambah 1 di
bawah ini:
Teofilin lepas lambat
Leukotriene modifiers
Glukokortikosteroid
oral
Semua tahapan: bila tercapai asma terkontrol, pertahankan terapi paling tidak 3 bulan, kemudian turunkan bertahap sampai
mencapai terapi seminimal mungkin dengan kondisi asma tetap terkontrol.
Metered-dose Inhaler
Dry-powder Inhaler
Komplikasi
Ateletaksis
Bronkiektasis
Emfisema
Pneumothoraks
Pneumomediastinum
Gagal nafas
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
Permanent hypoxic brain damage
Prognosis
Prognosis
Pencegahan
Pencegahan primer yaitu mencegah
tersensitisasi dengan bahan yang
menyebabkan asma
Pencegahan sekunder adalah mencegah
yang sudah tersensitisasi untuk tidak
berkembang menjadi asma;
Pencegahan tersier adalah mencegah agar
tidak terjadi serangan / bermanifestasi klinis
asma pada penderita yang sudah menderita
asma.
Kesimpulan
Kesimpulan
Kesimpulan
Saran
Penderita asma sebaiknya menghindari
faktor pencetus asma agar tidak terjadi
eksaserbasi.
Dokter harus dapat memahami dengan
sangat baik tentang penyakit asma dan
tatalaksananya.
Dokter seharusnya memberikan edukasi
yang lebih intensif kepada masyarakat,
khususnya penderita asma.
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
TERIMAKASIH