24pajak Untuk Pengelola Dipa - Depperin - Juli 2008
24pajak Untuk Pengelola Dipa - Depperin - Juli 2008
24pajak Untuk Pengelola Dipa - Depperin - Juli 2008
BENDAHARA
PENGELUARAN
OLEH:
HARI SUGIHARTO
Definisi Pajak
Pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
(Pasal 1 angka 1 UU KUP)
Undang-undang
KEWAJIBAN PERPAJAKAN
SEBAGAI PEMIKUL
BEBAN PAJAK,
pembayar dan pelapor
WP Badan
WP Orang Pribadi
BUT
SEBAGAI
PEMUNGUT/PEMOTONG,
penyetor, dan pelapor
WP Badan
WP Orang Pribadi
BUT
Bendaharawan/KPKN
KEWAJIBAN PERPAJAKAN
BENDAHARAWAN PENGELUARAN
KEWAJIBAN MATERIL
Menghitung
pajak terutang
KEWAJIBAN FORMIL
-Mendaftarkan diri
-Pembukuan
-Memungut/Memotong
-Menyetor
-Melapor
UU KUP
PPh Pasal 26
Atas penghasilan tersebut di bawah ini, dengan
nama dan dalam bentuk apapun, yang dibayarkan
atau yang terutang oleh badan pemerintah,
Subjek Pajak dalam negeri, kepada Wajib Pajak
luar negeri selain bentuk usaha tetap di
Indonesia, dipotong pajak sebesar 20% (dua
puluh persen) dari jumlah bruto oleh pihak yang
wajib membayarkan: a. dividen; b. bunga,
termasuk premium, diskonto, dan imbalan
PPN sehubungan dengan jaminan pengembalian
utang; c. royalti, sewa, dan penghasilan lain
Pajak
yang terutang
atas
penyerahan
Barang
sehubungan
dengan
penggunaan
harta;
d.
Kena Pajak
dan atau penyerahan
Kena Pajak
imbalan
sehubungan
dengan jasa,Jasa
pekerjaan,
dan
kepada Pemungut
PPN penghargaan;
dipungut, disetor,
dan
kegiatan;
e. hadiah dan
f. pensiun
dilaporkan
oleh Pemungut
PPN. (Pasal
16A
dan pembayaran
berkala lainnya.
(Pasal
26ayat
ayat1
UUUU
PPN)
(1)
PPh)
Pemungut PPN adalah bendaharawan
Pemerintah, badan, atau instansi Pemerintah
yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
(PPN) dan PAJAK
PENJUALAN atas BARANG
MEWAH (PPnBM)
Pasal 1
angka
27 UU
PPN
PEMUNGUT PPN
Bendaharawan
Pemerintah,
badan, atau
instansi
Pemerintah yang
ditunjuk oleh
Menteri
Keuangan
u
n
t
u
k
Memungut
,
menyetor,
dan
melaporka
n pajak
yang
terutang
Pasal 16A
UU PPN
1984
oleh PKP atas
penyerahan
BKP/JKP
kepada
bendaharawan
Pemerintah,
badan, atau
instansi
Pemerintah tsb
KMK
No:563/KMK.03/2003
Sejak 1 Januari 2004
PPN TERUTANG
ditetapkan dengan PP
a.
b.
c.
d.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Beras
dan
gabah
yaitu segala jenis beras dan gabah, seperti beras putih, beras merah, beras
ketan hitam / beras ketan putih, sepanjang berbentuk sbb: beras berkulit
(padi / gabah) selain untuk benih; digiling; beras setengah giling / digiling
seluruhnya, disosoh, dikilapkan maupun tidak; beras pecah; menir (groats)
dari beras.
Jagun
g
yaitu segala jenis jagung, seperti jagung putih, jagung kuning, jagung
kuning kemerahan / popcorn (jagung brondong), sepanjang berbentuk sbb:
Jagung yang telah dikupas/jagung tongkol & biji jagung/ jagung pipilan;
menir (groats)/beras jagung, sepanjang masih dlm bentuk butiran.
Sagu
yang berbentuk: empulur sagu; tepung, tepung kasar dan bubuk dari sagu
Kedel yaitu segala jenis kedelai, seperti kedelai putih, kedelai hijau, kedelai
kuning / kedelai hitam, sepanjang berbentuk kacang kedelai pecah / utuh.
ai
Garam baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium, baik berbentuk
curah maupun briket.
Tidak termasuk
untuk
kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen, dan hostel
PPN TERUTANG
atas penyerahan BARANG
KENA PAJAK atau JASA KENA
PAJAK oleh PENGUSAHA
KENA PAJAK
kepada bendaharawan Pemerintah
Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah
adalah Pengusaha Kena Pajak yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak kepada Bendaharawan Pemerintah
atau Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara.
PENGUSAHA:
Pungutan
tambahan
disampin
g PPN
Dikenakan
sekali
saat
penyeraha
n oleh PKP
Pabrikan
saat
impor
Terhadap BKP
Yang
Tergolong
Mewah
Kendaraan
bermotor &
selain
kendaraan
bermotor
Catatan:
Penyerahan BKP Tergolong Mewah kepada Bendahara
Pemerintah baru terutang PPN dan PPnBM jika dilakukan oleh
Pengusaha Kena Pajak PABRIKAN yaitu Pengusaha PABRIKAN
yang sudah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Tarif PPnBM
Kendaraan
bermotor
Selain
kendaraan
bermotor
Objek Pemungutan
KMK
No:563/KMK.03/2003
FASILITAS DI BIDANG
PPN
yang masih berlaku dan yang
berlaku sejak 1 Januari 2001
Pajak
terutang
tidak
dipungut
Proyek Pemerintah
yang dananya
berasal dari
bantuan luar negeri
Pasal
16B UU
PPN
Pembebasan
dari pengenaan
pajak
Impor dan atau
penyerahan BKP
Tertentu/JKP Tertentu
Impor dan atau
penyerahan BKP
Tertentu yang
bersifat Strategis
PP 146/2000 jo
PP 38/2003
PP 146/2000 jo
PP 38/2003
PP 146/2000 jo
PP 38/2003
Rp
Rp
Rp 1.000.000,00
Rp
Rp
900.000,00
Rp
90.000,00
Rp
180.000,00
Rp
Rp 800.000,00
Rp 80.000,00
Rp 80.000,00
Rp
Mekanisme Pemungutan
PKP Rekanan wajib membuat Faktur Pajak (rangkap 3) dan
SSP (rangkap 5) pada saat menyampaikan tagihan
SSP tersebut diisi dengan membubuhkan NPWP dan identitas
PKP Rekanan Pemerintah yang bersangkutan, tetapi
penandatangan SSP dilakukan oleh Bendaharawan Pemerintah
atau KPKN sebagai penyetor atas nama PKP Rekanan
Pemerintah.
Pada setiap lembar Faktur Pajak oleh Bendaharawan
Pemerintah yang melakukan pemungutan wajib dibubuhi cap
"Disetor tanggal ........." dan ditandatangani oleh
Bendaharawan Pemerintah.
Pemungut PPN wajib memungut pajak yang terutang pada
saat pembayaran
Pemungut PPN wajib menyetor pada:
Bendahara paling lambat 7 hari setelah bulan pembayaran
Pelaporan oleh Pemungut PPN:
Bendahara dengan SPT Masa bagi Pemungut paling lambat
20 hari setelah bulan pembayaran
Penagihan
Pembayara
n
Setor
Lapor
23/3/07
7/4/07
20/4/07
P
e
m
u
n
g
ut
a
n
Denga
n SSP
Dengan
SPT
MASA
PPN
1107
PUT
9/2/07
PKP membuat:
- FP tgl 9/2/07 diisi
lengkap (3 rgkp)
- SSP diisi identitas
& jumlah pajak (5
rgkp)
Dilaporkan
oleh PKP dlm
SPT Masa
Februari
2.
3.
4.
5.
7.
8.
9.
10
.
PAJAK
PENGHASILAN
(PPH) PASAL 21
PPh Pasal 21
Pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak atas
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa,
atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk
apapun yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri, wajib
dilakukan oleh :a. ;b. bendaharawan pemerintah
yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan,
dan pembayaran lain, sehubungan dengan pekerjaan,
jasa, atau kegiatan;
(Pasal 21 angka 1 UU PPh)
Petunjuk mengenai pelaksanaan pemotongan,
penyetoran, dan pelaporan pajak atas penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan
diatur dengan Keputusan Direktur Jenderal
Pajak.
(Pasal 21 angka 8 UU PPh)
Keputusan Dirjen Pajak Nomor:KEP-545/PJ./2000 diubah
dengan Peraturan Dirjen Pajak Nomor:15/PJ/2006.
Rpxxx
dikurangi:
Biaya jabatan
(Rpxxx)
Iuran THT/JHT
(Rpxxx)
Penghasilan neto
Rpxxx
dikurangi:
PTKP
(Rpxxx)
Penghasilan Kena Pajak
Rpxxx
Ditanggung
Pemerintah (PP Nomor 45/1994)
PPh terutang
(tarif Ps. 17)
Rpxxx
Catatan:
PPh terutang sebulan (dibagi 12)
Penghitungan tersebut berlaku juga bagi pegawai honorer (bukan PNS)
Rpxxx
yang memperoleh
penghasilan tetap secara berkala seperti gaji, hanya
atas PPh terutangnya tidak ditanggung Pemerintah.
BIAYA JABATAN
Biaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan
setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa
memandang mempunyai jabatan ataupun tidak.
Keterangan
Untuk diri Wajib Pajak
Tambahan pegawai kawin
Tambahan anggota keluarga
sedarah & semenda dlm grs
keturunan lurus, anak angkat,
maximum 3 orang
Setahun
13.200.000
1.200.000
Sebulan
1.100.000
100.000
1.200.000
100.000
Rp1.250.000
10% x Rp25juta
Rp2.500.000
15% x Rp50juta
Rp7.500.000
25% x Rp90juta
Rp22.500.000
Rp33.750.000
Contoh:
Setelah satu tahun takwim berakhir bendahara
menghitung kembali PPh Pasal 21 terutang Sudiro
(gol III/b), dengan perhitungan sbb (asumsi jumlah
penghasilan selalu tetap):
Pengh. bruto setahun
39.600.000
Pengurangan:
Biaya jabatan (maksimum)
(1.296.000)
Iuran pensiun
(1.200.000)
Penghasilan neto setahun
37.104.000
PTKP (K/0)
(14.400.000)
PKP
22.704.000
PPh terutang (5% x
1.135.200
Rp22.704.000,00)
1.135.000
PPh yang telah dipotong (Rp94.600
-x 12)
Diisikan pada form
1721 A2 (Lbr 3 diberikan ke Sudiro)
Kurang/(lebih)
dipotong
dan dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh Pasal 21.
16.500.000
(540.000)
(500.000)
15.460.000
(14.400.000)
1.060.000
53.000
473.000
(420.000)
PPh Pasal 21 atas honorarium yang diterima
Pejabat Negara, PNS, anggota ABRI dari
APBN/APBD
15 % x Penghasilan Bruto
bersifat FINAL
kecuali yang dibayarkan kepada PNS golongan II/d
ke bawah, dan anggota TNI/POLRI berpangkat
Pembantu Letnan Satu ke bawah atau Ajun Inspektur
Tingkat Satu ke bawah
Contoh:
Disamping memperoleh penghasilan
tetap berupa gaji dan tunjangan, Sudiro
juga memperoleh honorarium mengajar
di Pusdiklat selama bulan Maret 2006
sebesar Rp1.000.000,00. PPh atas honor
mengajar tersebut adalah:
15% X Rp1.000.000,00 =
Rp150.000,00
Jumlah PPh yang dipotong bendahara dan kepada
Sudiro diberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 saat
dilakukan pemotongan. Selanjutnya dilaporkan
dalam SPT Masa Maret 2005 PPh Pasal 21.
Pengurang =Rp110.000,00.
Apabila penghasilan dalam satu bulan takwim melebihi
Rp1.100.000,00, maka besarnya pengurang adalah
1/360 x PTKP.
1.080.000
(990.000)
Upah harian terutang PPh=
90.000
PPh pasal 21 : 5% x 90.000=
4.500
PPh Pasal 21 sehari
Jumlah
500 PPh yang dipotong bendahara dan kepada
Rasyid diberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21
saat
dilakukan
pemotongan.
Selanjutnya
dilaporkan dalam SPT Masa Maret 2006 PPh Pasal
21.
1.680.000
Pengurang: 14x(14.400.000/360)
(560.000)
Upah harian terutang PPh=
1.120.000
PPh pasal 21 : 5% x 1.120.000=
Jumlah
56.000PPh yang dipotong bendahara dan kepada
diberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21
Rasyid
PPh Pasal 21 sehari
saat
dilakukan
pemotongan.
Selanjutnya
4.000
dilaporkan dalam SPT Masa Maret 2006 PPh Pasal
21.
7,5% x Rp100.000.000,00 =
Rp7.500.000,00
Jumlah PPh yang dipotong bendahara dan kepada
Ir. Mukhlis diberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal
21 saat dilakukan pemotongan. Selanjutnya
dilaporkan dalam SPT Masa Maret 2001 PPh Pasal
21.
Satriyono,
MBA
adalah
seorang
penceramah
yang
memberikan
ceramah pada suatu lokakarya sehari
yang diselenggarakan oleh Depkeu,
honorarium yang dibayarkan adalah
sebesar Rp2.500.000,00.
PPh Pasal 21 yang terutang : 5% x
Rp2.500.000,00 = Rp125.000,00
Jumlah PPh yang dipotong bendahara dan kepada
Satriyono diberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21
saat
dilakukan
pemotongan.
Selanjutnya
dilaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21.
Batas pelaporan
PAJAK
PENGHASILAN
(PPH) PASAL 22
PPH PASAL 22
Menteri Keuangan dapat menetapkan
bendaharawan pemerintah untuk memungut
pajak sehubungan dengan pembayaran
Contoh
Rp11.000.000
Rp10.000.000
Batas pelaporan
PAJAK
PENGHASILAN
(PPH) PASAL 23
dan PASAL 4 ayat
2
PPH PASAL 23
Adalah pajak atas; dividen, bunga, royalti,
hadiah dan penghargaan selain yang
telah dipotong PPh Pasal 21, bunga
simpanan yang dibayarkan koperasi,
sewa dan penghasilan lain sehubungan
dengan penggunaan harta, imbalan
sehubungan dengan jasa teknik, jasa
manajemen, jasa konstruksi, dan jasa lain
selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal
21; yang dibayarkan atau terutang oleh badan
pemerintah, Subjek Pajak badan dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, BUT, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya kepada WP
dalam negeri atau BUT.
15%
PERKIRAAN PENGHASILAN
NETO
JENIS PENGHASILAN
PERKIRAAN
PENGHASILAN
NETO
10% dari
JUMLAH
BRUTO tidak
termasuk PPN
2.
30% dari
JUMLAH
BRUTO tidak
termasuk PPN
JENIS PENGHASILAN
PERKIRAAN
PENGHASILAN
NETO
1.
30%
2.
30%
3.
4.
PER-70/PJ/2007
20%
10%
JENIS PENGHASILAN
PERKIRAAN
PENGHASILAN
NETO
1.
26 2/3%
2.
13 1/3%
3.
Jasa catering
10%
Tanah dan
Bangunan
Harta selain
Kendaraan,
Tanah dan
Bangunan
Pasal 23
Pasal 4 (2)
Pasal 23
CONTOH
Depkeu menyewa sebuah bus dari PT Buskita (PKP)
sebuah perusahaan persewaan bus dengan
pembayaran pada tanggal 10 April 2007 sebesar
Rp4.000.000,00 (termasuk PPN).
PPh Pasal 23 adalah:
Jumlah pembayaran (termasuk PPN)
Rp4.000.000,00
Objek PPh Ps 23:
100/110 x Rp4.000.000,00
Rp3.636.364,00
PPh Ps 23:
1,5%
Jumlah
x Rp3.636.364,00
PPh Pasal 23 yang dipotong bendahara
Rp
dan
54.545,00
kepada PT ABC diberikan Bukti Pemotongan PPh
Pasal 23 (lb ke-1) saat dilakukan pemotongan.
Selanjutnya dilaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal
23.
CONTOH:
Depkeu pada tanggal 20 Maret 2007 membayar jasa
catering kepada CV Salmah (PKP) sebuah
perusahaan jasa boga, untuk kegiatan diklat dengan
pembayaran sebesar Rp14.300.000,00 (termasuk
PPN)
PPh Pasal 23 adalah:
Jumlah pembayaran (termasuk PPN)
Rp14.300.000,00
Objek PPh Pasal 23:
100/110 x Rp14.300.000,00
Rp13.000.000,00
PPh Pasal 23:
Jumlah
PPh Pasal
23 yang dipotong Rp195.000,00
bendahara dan
15%
x 10%
x Rp13.000.000,00
kepada CV Salmah diberikan Bukti Pemotongan
PPh Pasal 23 (lb ke-1) saat dilakukan pemotongan.
Selanjutnya dilaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal
23.
PPh Pasal 23
TIDAK FINAL
CONTOH
Setelah melalui lelang, Depkeu menyetujui kontrak atas
jasa konstruksi bangunan kantor senilai Rp990juta
(termasuk PPN) dgn PT Perkasa Raya (PKP) sebuah
perusahaan di bidang jasa konstruksi.
2% x Rp100juta = Rp2juta.
Kepada PT Perkasa Raya diberikan bukti pemotongan PPh.
JASA
PERAWATAN/PEMELIHARAAN/PERBAIKAN
Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan mesin,
listrik/telepon/air/gas/AC/TV kabel;
Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan peralatan;
Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan alat-alat
transportasi/kendaraan;
Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan bangunan;
kecuali yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkup
pekerjaannya di bidang konstruksi dan mempunyai
izin/sertifikat sebagai pengusaha konstruksi;
Contoh:
Bendahara Depkeu pada tanggal 20 Maret 2007 membayar sebesar
Rp6juta kepada PT Resik Jaya atas pemeliharaan bangunan kantor.
Apabila PT Resik Jaya tidak
mempunyai izin/sertifikasi
sebagai pengusaha konstruksi,
maka terutang PPh Pasal 23 atas
jasa pemeliharaan sebesar 4,5% x
Rp6juta = Rp270.000,00
Batas pelaporan
PAJAK PENGHASILAN
(PPH) ATAS
PENGALIHAN HAK ATAS
TANAH dan/atau
BANGUNAN
CONTOH
Departemen Keuangan mempunyai proyek pembangunan
kantor baru dan harus melakukan pembebasan tanah
milik PT Textindo (sebuah perusahaan tekstil). Dalam
pelaksanaan proyek tersebut Depkeu harus membayar
Rp200juta untuk pembebasan tanah. Pembayaran
dilakukan tanggal 10 Maret 2005
WP PERUSAHAAN
PELAYARAN
LUAR NEGERI
APBN/D
PPh terutang
DITANGGUNG
PEMERINTAH
Bendahara mengisi
formulir Bukti
Pemotongan PPh,
menandatangani dan
memberi cap
DITANGGUNG
PEMERINTAH
Dilakukan Pemotongan/
Pemungutan oleh
Bendahara pada saat
pembayaran sesuai
ketentuan
Contoh
Kontrak pemborongan/ pengadaan barang dengan nilai
kontrak Rp10.000.000,00 (tidak termasuk PPN).
Pengadaan barang tersebut dibiayai dengan pinjaman
luar negeri sebesar 40% dan rupiah murni sebesar
60%.
Nilai kontrak
=
Rp10.000.000,00
Terdiri dari:
Porsi pinjaman LN: 40% x Rp10.000.000,00
=Rp4.000.000,00
Porsi Rp murni: 60% x Rp10.000.000,00
-Perhitungan PPh Pasal 22:
=Rp6.000.000,00
Ditanggung Pemerintah
: 1,5% x Rp4.000.000,00 =
Rp60.000,00
Dipungut
SANKSI PERPAJAKAN
SANKSI PERPAJAKAN
SANKSI
ADMINISTRASI
SANKSI PIDANA
DENDA
KURUNGAN
BUNGA
PENJARA
KENAIKAN
ADMISNISTRASI
SPT tidak disampaikan dalam
jangka waktunya dikenai sanksi
administrasi berupa denda
sebesar Rp500.000,00 (lima
ratus ribu rupiah) untuk Surat
Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai,
Rp100.000,00 (seratus ribu
rupiah) untuk Surat
Pemberitahuan Masa lainnya.
Apabila(Pasal
SPT tidak
7 UUdisampaikan
KUP)
dalam jangka waktunya dan
setelah ditegur secara tertulis
tidak disampaikan pada
waktunya sebagaimana
ditentukan dalam Surat Teguran;
maka jumlah pajak yang kurang
dibayar ditagih dengan SKPKB
ditambah sanksi administrasi
berupa kenaikan sebesar 50%
untuk PPh, 100% untuk PPh
PotPut, 100% untuk PPN dan
PIDANA
menimbulkan kerugian
negara
Karena kealpaan tidak menyampaikan SPT
atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak
benar, didenda paling sedikit 1 (satu) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar dan paling banyak 2 (dua)
kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar, atau dipidana kurungan
paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama
1 (satu) tahun . (Pasal 38)
TERIMA KASIH
SAMPAI JUMPA