24pajak Untuk Pengelola Dipa - Depperin - Juli 2008

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 107

ASPEK PERPAJAKAN

BENDAHARA
PENGELUARAN

OLEH:
HARI SUGIHARTO

Definisi Pajak
Pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
(Pasal 1 angka 1 UU KUP)

Undang-undang

Hak dan kewajiban di bidang


perpajakan

KEWAJIBAN PERPAJAKAN
SEBAGAI PEMIKUL
BEBAN PAJAK,
pembayar dan pelapor

WP Badan
WP Orang Pribadi
BUT

SEBAGAI
PEMUNGUT/PEMOTONG,
penyetor, dan pelapor

WP Badan
WP Orang Pribadi
BUT
Bendaharawan/KPKN

KEWAJIBAN PERPAJAKAN
BENDAHARAWAN PENGELUARAN
KEWAJIBAN MATERIL

Menghitung
pajak terutang

-Pasal 21/26 UU PPh


-Pasal 22 UU PPh
-Pasal 23/26 UU PPh
-Pasal 4 (2) UU PPh
-UU PPN dan PPnBM

KEWAJIBAN FORMIL

-Mendaftarkan diri
-Pembukuan
-Memungut/Memotong
-Menyetor
-Melapor

UU KUP

DASAR HUKUM PENUNJUKAN BENDAHARA PEMERINTAH


SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK-PAJAK NEGARA

PPh Pasal 26
Atas penghasilan tersebut di bawah ini, dengan
nama dan dalam bentuk apapun, yang dibayarkan
atau yang terutang oleh badan pemerintah,
Subjek Pajak dalam negeri, kepada Wajib Pajak
luar negeri selain bentuk usaha tetap di
Indonesia, dipotong pajak sebesar 20% (dua
puluh persen) dari jumlah bruto oleh pihak yang
wajib membayarkan: a. dividen; b. bunga,
termasuk premium, diskonto, dan imbalan
PPN sehubungan dengan jaminan pengembalian
utang; c. royalti, sewa, dan penghasilan lain
Pajak
yang terutang
atas
penyerahan
Barang
sehubungan
dengan
penggunaan
harta;
d.
Kena Pajak
dan atau penyerahan
Kena Pajak
imbalan
sehubungan
dengan jasa,Jasa
pekerjaan,
dan
kepada Pemungut
PPN penghargaan;
dipungut, disetor,
dan
kegiatan;
e. hadiah dan
f. pensiun
dilaporkan
oleh Pemungut
PPN. (Pasal
16A
dan pembayaran
berkala lainnya.
(Pasal
26ayat
ayat1
UUUU
PPN)
(1)
PPh)
Pemungut PPN adalah bendaharawan
Pemerintah, badan, atau instansi Pemerintah
yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk


PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
(PPN) dan PAJAK
PENJUALAN atas BARANG
MEWAH (PPnBM)

Pasal 1
angka
27 UU
PPN

PEMUNGUT PPN

Bendaharawan
Pemerintah,
badan, atau
instansi
Pemerintah yang
ditunjuk oleh
Menteri
Keuangan

Bendahara Pemerintah &


KPPN

u
n
t
u
k

Memungut
,
menyetor,
dan
melaporka
n pajak
yang
terutang

Pasal 16A
UU PPN
1984
oleh PKP atas
penyerahan
BKP/JKP
kepada
bendaharawan
Pemerintah,
badan, atau
instansi
Pemerintah tsb

KMK
No:563/KMK.03/2003
Sejak 1 Januari 2004

Bendaharawan Pemerintah adalah Bendaharawan atau Pejabat


yang melakukan pembayaran yang dananya berasal dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, yang terdiri dari Bendaharawan
Pemerintah Pusat dan Daerah baik Propinsi, Kabupaten, atau
Kota.

PPN TERUTANG

atas penyerahan BARANG


KENA PAJAK atau JASA KENA
PAJAK oleh PENGUSAHA
KENA PAJAK
kepada bendaharawan Pemerintah

BARANG KENA PAJAK


Pasal 1 angka 2 & 3 UU PPN 1984

Barang berwujud yang menurut sifat


atau hukumnya dapat berupa
barang bergerak atau barang tidak bergerak
maupun barang tidak berwujud
yang dikenakan pajak berdasarkan UU ini.
jenis barang yang tidak dikenakan pajak
ditetapkan dengan PP (Pasal 4a)

BARANG KENA PAJAK


semua barang adalah
barang kena pajak
kecuali

ditetapkan dengan PP
a.
b.
c.
d.

Brng hasil tambang/pengeboran yg diambil langsung dari sumbernya


Barang2 kebutuhan pokok yg sangat dibutuhkan rakyat banyak
Makanan & minuman yg disajikan di hotel, restoran, RM, warung dll
Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga

PP Nomor 144 tahun 2000

PP Nomor 144 tahun 2000


Jenis barang yang tidak dikenakan pajak

BRG HASIL PERTAMBANGAN/PENGEBORAN


YG DIAMBIL LANGSUNG DARI SUMBERNYA

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Minyak mentah (crude oil);


Gas bumi, tidak termasuk yg siap dikonsumsi seperti elpiji;
Panas bumi;
Pasir dan kerikil;
Batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan
Biji besi, biji timah, biji emas, biji tembaga, biji nikel, dan
biji perak serta biji bauksit.

PP Nomor 144 tahun 2000


Jenis barang yang tidak dikenakan pajak
BARANG KEBUTUHAN POKOK YANG SANGAT
DIBUTUHKAN OLEH RAKYAT BANYAK

Beras
dan
gabah

yaitu segala jenis beras dan gabah, seperti beras putih, beras merah, beras
ketan hitam / beras ketan putih, sepanjang berbentuk sbb: beras berkulit
(padi / gabah) selain untuk benih; digiling; beras setengah giling / digiling
seluruhnya, disosoh, dikilapkan maupun tidak; beras pecah; menir (groats)
dari beras.

Jagun
g

yaitu segala jenis jagung, seperti jagung putih, jagung kuning, jagung
kuning kemerahan / popcorn (jagung brondong), sepanjang berbentuk sbb:
Jagung yang telah dikupas/jagung tongkol & biji jagung/ jagung pipilan;
menir (groats)/beras jagung, sepanjang masih dlm bentuk butiran.

Sagu

yang berbentuk: empulur sagu; tepung, tepung kasar dan bubuk dari sagu

Kedel yaitu segala jenis kedelai, seperti kedelai putih, kedelai hijau, kedelai
kuning / kedelai hitam, sepanjang berbentuk kacang kedelai pecah / utuh.
ai
Garam baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium, baik berbentuk
curah maupun briket.

KMK No: 653/KMK.03/2001 jo. Kep Dirjen Pajak Nomor KEP-

PP Nomor 144 tahun 2000


Jenis barang yang tidak dikenakan pajak

MAKANAN dan MINUMAN yang DISAJIKAN di HOTEL,


RESTORAN, RUMAH MAKAN, WARUNG, dan sejenisnya
BAIK DIKONSUMSI di TEMPAT MAUPUN TIDAK

Tidak termasuk

makanan dan minuman yang diserahkan


oleh usaha jasa boga atau catering

PP Nomor 144 tahun 2000


Jenis barang yang tidak dikenakan pajak

UANG, EMAS BATANGAN,


SURAT BERHARGA

JASA KENA PAJAK


Pasal 1 angka 5 dan 6
adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan
suatu perikatan atau perbuatan hukum yang
menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau
kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai,
termasuk jasa yang dilakukan untuk
menghasilkan barang karena pesanan atau
permintaan dengan bahan dan atas petunjuk
dari pemesan.

yang dikenakan pajak berdasarkan UU ini.


jenis jasa yang tidak dikenakan pajak
ditetapkan dengan PP (Pasal 4a)

JASA KENA PAJAK


semua jasa adalah jasa kena pajak
kecuali
ditetapkan dengan PP
a. jasa di bidang pelayanan kesehatan medik;
b. jasa di bidang pelayanan sosial;
c. jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko;
d. jasa di bidang perbankan, asuransi, & sewa guna usaha dgn
hak opsi;
e. jasa di bidang keagamaan;
f. jasa di bidang pendidikan;
g. jasa di bidang kesenian & hiburan yang telah dikenakan pajak
tontonan;
h. jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan;
i. jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air;
j. jasa di bidang tenaga kerja;
k. jasa di bidang perhotelan;
l. jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka
PP secara
Nomorumum."
144 tahun 2000
menjalankan pemerintahan

Jenis jasa yang tidak dikenakan PPN

Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko

Jasa pengiriman surat dengan perangko yang dilakukan


oleh PT Pos Indonesia, yaitu jasa yang merupakan tugas
PT Pos Indonesia (persero) dalam rangka melaksanakan
penyelenggaraan pos oleh negara yang terdiri dari kegiatan
menerima, membawa, dan atau menyampaikan surat yang
merupakan satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan
yang atas penyerahan jasanya dikenakan tarif jasa pos
yang cara pelunasan tarif jasa posnya dengan perangko
atau pengganti perangko.

Jenis jasa yang tidak dikenakan PPN

Jasa di bidang PENDIDIKAN


meliputi

jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah,


seperti jasa penyelenggaraan pendidikan umum,
pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan
kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik,
dan pendidikan profesional

jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah,


seperti kursus-kursus

Jenis jasa yang tidak dikenakan PPN

Jasa di bidang penyiaran yg bukan


bersifat iklan
adalah

Jasa penyiaran radio atau televisi yang


dilakukan oleh instansi Pemerintah atau
swasta yang bukan bersifat iklan dan
tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan
komersial.

j Jenis jasa yang tidak dikenakan PPN

Jasa di bidang TENAGA KERJA


meliputi

Jasa tenaga kerja


Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang Pengusaha
penyedia tenaga kerja tidak bertanggungjawab atas
hasil kerja dari tenaga kerja tersebut
Dalam hal:
a) Pengusaha penyedia tenaga kerja tidak melakukan
pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
sejenisnya kepada tenaga; atau
b) Tenaga kerja tersebut tercantum dalam daftar struktur
kepegawaian pengusaha pengguna tenaga kerja.
(SE-05/PJ.53/2003)

Jasa penyelenggaraan latihan bagi tenaga kerja

k Jenis jasa yang tidak dikenakan PPN

Jasa di bidang PERHOTELAN


meliputi

Jasa persewaan kamar termasuk

tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel,


losmen, hostel, serta fasilitas yg terkait dgn
kegiatan perhotelah untuk tamu yg menginap

Jasa persewaan ruangan

untuk
kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen, dan hostel

PPN TERUTANG
atas penyerahan BARANG
KENA PAJAK atau JASA KENA
PAJAK oleh PENGUSAHA
KENA PAJAK
kepada bendaharawan Pemerintah
Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah
adalah Pengusaha Kena Pajak yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak kepada Bendaharawan Pemerintah
atau Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara.

PENGUSAHA:

Orang pribadi atau badan yang dalam kegiatan usaha


atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor
barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan
barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan
usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah
Pabean. (Pasal 1 angka 14 UU PPN)

PENGUSAHA KENA PAJAK:

adalah PENGUSAHA yang melakukan penyerahan BKP dan


atau penyerahan JKP yang dikenakan pajak berdasarkan UU
ini, tidak termasuk Pengusaha Kecil, kecuali Pengusaha Kecil
yang memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP. (Pasal 1 angka 15
UU PPN)
PENGUSAHA KECIL:
adalah pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan
penyerahan BKP dan atau JKP dengan jumlah peredaran bruto
dan atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp600.000.000,00
(enam ratus juta rupiah). (Kep. Menkeu No:571/KMK.03/2003)
Catatan:
Penyerahan BKP/JKP kepada Bendahara Pemerintah baru terutang
PPN jika dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak yaitu Pengusaha
yang sudah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Pajak Penjualan atas Barang


Mewah (PPnBM)
PASAL 5 UU PPN

Pungutan
tambahan
disampin
g PPN

Dikenakan
sekali
saat
penyeraha
n oleh PKP
Pabrikan

saat
impor

Terhadap BKP
Yang
Tergolong
Mewah
Kendaraan
bermotor &
selain
kendaraan
bermotor

Catatan:
Penyerahan BKP Tergolong Mewah kepada Bendahara
Pemerintah baru terutang PPN dan PPnBM jika dilakukan oleh
Pengusaha Kena Pajak PABRIKAN yaitu Pengusaha PABRIKAN
yang sudah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Tarif PPnBM

Kendaraan
bermotor

Selain
kendaraan
bermotor

10%, 20%, 30%,


40%, 50%, 60%,
75%

10%, 20%, 30%,


40%, 50%, 75%

PP NOMOR 145/2000 diubah terakhir dengan PP


NOMOR 12/2006

BKP yang tergolong mewah


Kendaraan pengangkutan orang sampai dengan 15 (lima belas) orang
termasuk pengemudi, kendaraan Double Cabin, kendaraan khusus,
kendaraan bermotor beroda 2 (dua) dengan kapasitas silinder lebih
dari 250 CC
Kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas
Kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen,kondominium,
town house, dan sejenisnya.
Kelompok pesawat penerima siaran televisi dan antena serta
reflektor antena.
Kelompok mesin pengatur suhu udara, mesin pencuci piring, mesin
pengering, pesawat elektromagnetik, dan instrumen musik
Kelompok wangi-wangian
Kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano,
kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum
Kelompok peralatan dan perlengkapan olahraga
Kelompok minuman yang mengandung alkohol
Kelompok barang yang terbuat dari kulit atau kulit tiruan
Kelompok permadani yang terbuat dari sutra atau woll
Kelompok barang kaca dari kristal timbal dari jenis yang digunakan
untuk meja, dapur, rias, kantor, dekorasi dalam ruangan atau
keperluan semacam itu.
Peraturan Menkeu
No:620/PMK.03/2004

PEMUNGUT PPN (Bendahara Pemerintah &


KPPN)

Objek Pemungutan
KMK
No:563/KMK.03/2003

Setiap pembayaran yang dilakukan


PEMUNGUT PPN
kecuali

Pembayaran yang jumlahnya tidak lebih dari Rp1juta


termasuk PPN/PPnBM, dan tidak merupakan jumlah yang
terpecah-pecah
Pembayaran untuk pembebasan tanah, kecuali
pembayaran atas penyerahan tanah oleh real estat
Pembayaran atas penyerahan BKP/JKP yang mendapat
fasilitas: PPN tidak dipungut / dibebaskan dari
pengenaan PPN
Pembayaran untuk penyerahan BBM dan bukan BBM oleh
Pertamina

Pembayaran atas rekening telepon


Pembayaran untuk jasa angkutan udara yang
diserahkan oleh perusahaan penerbangan
Menurut ketentuan tidak terutang PPN

FASILITAS DI BIDANG
PPN
yang masih berlaku dan yang
berlaku sejak 1 Januari 2001

Pajak
terutang
tidak
dipungut
Proyek Pemerintah
yang dananya
berasal dari
bantuan luar negeri

Pasal
16B UU
PPN

Pembebasan
dari pengenaan
pajak
Impor dan atau
penyerahan BKP

Tertentu/JKP Tertentu
Impor dan atau
penyerahan BKP

Tertentu yang
bersifat Strategis

Proyek Pemerintah yang Dananya berasal dari


hibah atau pinjaman LN
PPN dan PPnBM yang terutang atas penyerahan Barang dan
Jasa dalam rangka pelaksanaan Proyek Pemerintah yang
dibiayai dengan hibah atau dana pinjaman luar negeri,
tidak dipungut.
PPN dan PPn BM yang terutang penyerahan BKP dan/atau
JKP oleh Kontraktor Utama sehubungan dengan pelaksanaan
Proyek Pemerintah yang sebagian dananya dibiayai dengan
hibah atau dana pinjaman luar negeri, tidak dipungut
hanya atas bagian dari proyek Pemerintah yang dananya
dibiayai dengan hibah atau pinjaman luar negeri
tersebut.
Atas penyerahan BKP dan/atau JKP yang tidak dipungut
PPN dan PPn BM, Kontraktor Utama wajib membuat Faktur
Pajak yang dibubuhi cap "PPN dan PPn BM tidak
dipungut".

PP No: 42/ 1995

PP 146/2000 jo
PP 38/2003

Penyerahan BKP Tertentu yang


dibebaskan dari pengenaan pajak

Senjata, amunisi, alat angkutan di air, bawah air, udara, darat,


kend lapis baja, kend patroli & angkutan khusus lainnya serta suku
cadang yg diserahkan kepada Dephan, TNI, Polri, atau pihak lain
yg ditunjuk dan komponen/bahan yg belum dibuat di dlm negeri
kepada PT Pindad untuk pembuatan senjata & amunisi untuk
Dephan, TNI atau Polri
Kereta api & sk cadang serta peralatan untuk perbaikan/
pemeliharaan serta prasarana yg diserahkan kepada PT Kereta
Api Indonesia dan Komponen/bahan yg diserahkan kepada
pihak yg ditunjuk oleh PT KAI yg digunakan untuk pembuatan
Kereta api, sk cadang untuk perbaikan/ pemeliharaan serta
prasaranana
yg digunakan
oleholeh
PT KAI
Peralatan berikut
sk cadang
yg digunakan
Dephan, TNI
untuk penyediaan data batas & photo udara wilayah NKRI untuk
mendukung hanas, yg diserahkan kepada Dephan, TNI atau
pihak lain yg ditunjuk

Vaksin polio dalam rangka PIN

PP 146/2000 jo
PP 38/2003

Penyerahan BKP Tertentu yang


dibebaskan dari pengenaan pajak

Kapal laut, kapal angkut sungai, danau, penyeberangan sungai,


kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang;
suku cadang serta alat keselamatan pelayaran/ keselamatan
manusia, yg diserahkan kepada & digunakan oleh
perusahaan: a) pelayaran niaga nasional; b) penangkapan
ikan nasional; b) penyelenggara jasa kepelabuhanan
nasional; d) penyelenggara jasa angkutan sungai, danau,
& penyeberangan nasional
Pswt udara & sk cadang serta alat keselamatan penerbangan/
keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan/pemeliharaan
yg digunakan oleh perusahaan angkutan udara niaga
nasional, dan suku cadang serta peralatan perbaikan/
pemeliharaan pswt udara yg diserahkan kepada oleh pihak yg
Rumah
sederhana,
RSS, Rumah
Susun sederhana,
Pondok
Boro,
ditunjuk
oleh perusahaan
angkutan
udara niaga
nasional
asrama mahasiswa & pelajar serta perum lainnya yang
batasannya ditetapkan oleh Menkeu setelah mendengar
pertimbangan Menkimpraswil

Buku Pelajaran Umum, agama dan


kitab suci

PP 146/2000 jo
PP 38/2003

Penyerahan JKP Tertentu yang


dibebaskan dari pengenaan pajak

Jasa pemborong bangunan: a) Rumah sederhana, RSS, Rumah


Susun Sederhana, Pondok Boro, asrama dst; b) semata-mata
untuk keperluan tempat ibadah
Jasa sehubungan dengan penyediaan data batas & photo udara wil
neg RI untuk mendukung hanas kepada dephan atau TNI
Jasa persewaan rumah susun sederhana, rumah sederhana, dan
rumah sangat sederhana
Jasa: 1. Persewaan kapal; 2. Kepelabuhan meliputi jasa tunda,
pandu tambat, dan labuh; 3. Perawatan/reparasi (docking)
kapal, kepada perusahaan: a. angkutan Laut Nasional; b.
Penangkapan Ikan Nasional; c. Penyelengg. Jasa Kepelabuhan
Nasional; d. Penyelengg. Jasa angkutan sungai, danau, &
penyeberangan Nasional.
Jasa: a. persewaan pesawat udara; b. perawatan/reparasi pesawat
udara kepada perush. Angkutan Udara Niaga Nasional
Jasa perawatan/reparasi kereta api kepada PT KAI

DIBEBASKAN dari pengenaan PPN


atas penyerahan

BKP Tertentu yg bersifat


STRATEGIS
Bahan baku/makanan ternak, unggas dan ikan
Bibit/benih dari barang pertanian, perkebunan,
kehutanan, peternakan, penangkaran, atau
perikanan
Barang hasil pertanian sebagaimana terlampir
Air bersih melalui pipa oleh PAM
Listrik kecuali untuk rumah>6600 watt
PP 12/2001 jo PP 7/2007

LAMPIRAN BARANG HASIL PERTANIAN YANG DIBEBASKAN


DARI PENGENAAN PPN SESUAI PP NOMOR 7 TAHUN 2007
PERKEBUNAN: Kakao; Kopi; Kelapa Sawit; Aren; Jambu Mete; Lada;
Pala; Cengkeh; Getah Karet; Daun The; Daun Tembakau; Tebu;
Kapas; Kapuk; Rami, Rosella, Jute, Kenaf, Abaca & lainnya;
Kayumanis; Kina, Panili; Nilam; Jarak Pagar; Sereh; Atsiri; Kelapa;
tanaman perkebunan & sejenisnya.
BUAH-BUAHAN: Pisang; Jeruk (siam, keprok, pamelo); Mangga;
Salak; Nanas; Belimbing; Manggis; Rambutan; Durian; Melon,
semangka, pepaya dan sejenisnya; Duku, bangkuang, nangka,
cempedak dan sejenisnya.
SAYURAN: sayuran daun; sayuran buah; sayuran umbi; sayuran
jamur.
TANAMAN HIAS dan OBAT: Tanaman Hias; Tanaman potong;
Tanaman obat.
TANAMAN PANGAN: Padi; Jagung; Kacang Tanah; Ubi kayu; Ubi
jalar; Kacang hijau, gude, dan kacang lainnya; Talas, Garut,
gembili dan umbi lainnya.
PETERNAKAN: Sapi, Kerbau, Kambing/domba, Babi, dan Ternak
lainnya; Unggas (ayam, itik, puyuh dll); Ternak Perah (Susu)
HASIL HUTAN KAYU: Kayu; Kelapa Sawit; Karet; Bambu.
HASIL HUTAN BUKAN KAYU: Rotan; Gaharu; Agathis; Shorea;
Kemiri; Tengkawang.

JUMLAH PPN ATAU PPnBM YANG


DIPUNGUT
Dalam jumlah pembayaran yang dilakukan oleh
Bendaharawan Pemerintah atau Kantor Perbendaharaan
dan Kas Negara termasuk jumlah Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang
terutang.
Dalam hal penyerahan BKP hanya terutang PPN, maka
jumlah PPN yang dipungut adalah 10/110 bagian dari
jumlah pembayaran.
Contoh:
Jumlah pembayaran
11.000.000,00

Rp

Jumlah PPN : 10/110 x Rp 11.000.000,00 Rp


1.000.000,00
Sisa yang dibayarkan kepada PKP rekanan

Dalam hal penyerahan BKP yang tergolong mewah dari


pengusaha yang menghasilkan BKP yang tergolong mewah
tersebut, di samping terutang PPN juga terutang PPnBM,
maka jumlah PPN dan PPnBM yang dipungut adalah sebagai
berikut:
Dalam hal terutang PPnBM sebesar 20%, maka jumlah PPN
yang dipungut sebesar 10/130 bagian dari jumlah
pembayaran sedangkan jumlah PPnBM yang dipungut sebesar
20/130 bagian dari jumlah pembayaran.
Contoh :
PPnBM dengan tarif 20% Jumlah pembayaran
13.000.000,00
Jumlah PPN yang dipungut:
(10/130 x Rp13.000.000,00)
Jumlah PPnBM yang dipungut:
(20/130 x Rp13.000.000,00)
2.000.000,00
Sisa yang dibayarkan kepada PKP rekanan:

Rp

Rp 1.000.000,00
Rp

Dalam hal pembayaran berjumlah paling banyak Rp1.000.000,00


(termasuk PPN dan PPnBM) dan tidak merupakan jumlah yang
terpecah-pecah, maka PPN dan PPnBM tidak perlu dipungut oleh
Bendaharawan.
Contoh 1:
Harga Jual

Rp

900.000,00

PPN : 10% x Rp 900.000,00

Rp

90.000,00

PPnBM (Misal terutang dengan tarif 20%)

Rp

180.000,00

Harga Jual termasuk PPN dan PPnBM


1.170.000,00

Rp

Meskipun Harga Jual Rp900.000,00 tetapi karena pembayaran


termasuk PPN dan PPn BM berjumlah Rp1.170.000,00 (di atas
Rp1.000.000,00), maka PPN dan PPn BM yang terutang harus
dipungut oleh Bendaharawan.
Contoh 2:
Harga Jual

Rp 800.000,00

PPN : 10% x Rp 800.000,00

Rp 80.000,00

PPnBM (Misal terutang dengan tarif 10%)

Rp 80.000,00

Harga Jual termasuk PPN dan PPnBM


960.000,00

Rp

PEMUNGUT PPN (Bendahara Pemerintah)

Mekanisme Pemungutan
PKP Rekanan wajib membuat Faktur Pajak (rangkap 3) dan
SSP (rangkap 5) pada saat menyampaikan tagihan
SSP tersebut diisi dengan membubuhkan NPWP dan identitas
PKP Rekanan Pemerintah yang bersangkutan, tetapi
penandatangan SSP dilakukan oleh Bendaharawan Pemerintah
atau KPKN sebagai penyetor atas nama PKP Rekanan
Pemerintah.
Pada setiap lembar Faktur Pajak oleh Bendaharawan
Pemerintah yang melakukan pemungutan wajib dibubuhi cap
"Disetor tanggal ........." dan ditandatangani oleh
Bendaharawan Pemerintah.
Pemungut PPN wajib memungut pajak yang terutang pada
saat pembayaran
Pemungut PPN wajib menyetor pada:
Bendahara paling lambat 7 hari setelah bulan pembayaran
Pelaporan oleh Pemungut PPN:
Bendahara dengan SPT Masa bagi Pemungut paling lambat
20 hari setelah bulan pembayaran

Mekanisme Pemungutan Pajak oleh


Bendahara selaku Pemungut PPN
Penyeraha
n BKP/JKP
20/1/07

Penagihan

Pembayara
n

Setor

Lapor

23/3/07

7/4/07

20/4/07

P
e
m
u
n
g
ut
a
n

Denga
n SSP

Dengan
SPT
MASA
PPN
1107
PUT

9/2/07

PKP membuat:
- FP tgl 9/2/07 diisi
lengkap (3 rgkp)
- SSP diisi identitas
& jumlah pajak (5
rgkp)
Dilaporkan
oleh PKP dlm
SPT Masa
Februari

Contoh pengisian SPT Masa 1107


PUT
1.

10/4/2007 Melakukan pembayaran kepada PT KOMPUTIN


(01.487.773.1-023.000) pedagang besar komputer
(sudah dikukuhkan sebagai PKP) atas pembelian
sejumlah komputer tanggal 25 Februari 2007 dengan
jumlah pembayaran Rp6.600.000,00 (termasuk PPN).
Pembayaran dilakukan berdasarkan Nota Tagihan dan
Faktur Pajak (Nomor Seri : 020-000-07-00000109)
tertanggal 9 Maret 2007. PPN yang dipungut disetor
tanggal 20 April 2007.

2.

11/4/2007 Melakukan pembayaran rekening listrik bulan Maret


2007 sebesar Rp1.000.000,00.

3.

11/4/2007 Melakukan pembayaran rekening telepon bulan Maret


2007 sebesar Rp1.100.000,00 (termasuk PPN).

4.

14/4/2007 Melakukan pembayaran melalui KPPN kepada PT


JAYATEVE (01.237.876.6-023.000) pedagang besar teve
(sudah dikukuhkan sebagai PKP) atas pembelian
sejumlah teve tanggal 10 Maret 2007 sebesar
Rp15.400.000,00 (termasuk PPN). Pembayaran
dilakukan berdasarkan Nota Tagihan dan Faktur Pajak
(Nomor Seri :020-000-07-00000120) tertanggal 20
Maret 2007. PPN dipungut melalui KPPN.

5.

20/4/2007 Melakukan pembayaran kepada toko buku Murni


(sudah dikukuhkan sebagai PKP) atas pembelian kertas
dan tinta sebesar Rp990.000,00 (termasuk PPN).

Contoh pengisian SPT Masa 1107


PUT
6.

24/4/2007 Melakukan pembayaran kepada sebuah toko kecil


(bukan PKP) atas pembelian peralatan kantor senilai
Rp1.200.000,00.

7.

30/4/2007 Melakukan pembayaran kepada CV ANUGERAH


(NPWP:01.676.320.8-023.000, sudah dikukuhkan
sebagai PKP) atas penyerahan jasa catering sebesar
Rp7.700.000,00 (termasuk PPN) pada bulan Maret 2007
dengan Nota Tagihan dan Faktur Pajak (Nomor Seri:
020-000-07-00000102) tertanggal 26 Maret 2007. PPN
yang dipungut disetor tanggal 7 Mei 2007.

8.

30/4/2007 Melakukan pembayaran atas pembelian 2 unit AC


kepada PT ELEKTRINDO (NPWP:01.932.876.1-024.000,
pabrikan AC) sebesar Rp7.200.000,00 (termasuk PPN
dan PPnBM). Atas penyerahan AC tersebut disamping
terutang PPN 10% juga terutang PPnBM 10%.
Pembayaran dilakukan berdasarkan Nota Tagihan dan
Faktur Pajak (Nomor Seri: 020-000-07-00000119)
tertanggal 10 April 2007. PPN dan PPnBM yang
dipungut disetor tanggal 7 Mei 2007.

9.

30/4/2007 Melakukan pembayaran kepada Hotel Sidodadi atas


persewaan ruangan untuk pertemuan sebesar
Rp8.000.000,00.

10
.

30/4/2007 Melakukan pembayaran kepada maskapai penerbangan


Garuda pengisian
atas tiket pesawat
ke Jakarta
Lakukan
SPT Masa
PPNuntuk
1107perjalanan
dinas pegawai sebesar Rp4.400.000,00 (termasuk PPN).

Contoh pengisian SPT Masa 1107


PUT
Tanggal 10 April 2007:
Melakukan pembayaran kepada PT KOMPUTIN pedagang besar
komputer (sudah dikukuhkan sebagai PKP) atas pembelian
sejumlah komputer tanggal 25 Februari 2007 dengan jumlah
pembayaran Rp6.600.000,00 (termasuk PPN). Pembayaran
dilakukan berdasarkan Nota Tagihan dan Faktur Pajak (Nomor
Seri : 020-000-07-00000109) tertanggal 9 Maret 2007. PPN yang
dipungut disetor tanggal 20 April 2007.

DPP sebesar Rp6.000.000,00


dan PPN terutang sebesar
Rp600.000,00

Form 1107 PUT 1 B

Contoh pengisian SPT Masa 1107


PUT
Tanggal 11 April 2007:
Melakukan pembayaran rekening listrik bulan Maret 2007
sebesar Rp1.000.000,00.

PPN terutang tidak perlu dipungut karena listrik termasuk BKP


Tertentu yang bersifat Strategis yang atas penyerahannya
dibebaskan dari pengenaan PPN.

Tanggal 11 April 2007:


Melakukan pembayaran rekening telepon bulan Maret 2007
sebesar Rp1.100.000,00 (termasuk PPN).

PPN terutang atas pembayaran rekening telepon tidak perlu


dipungut oleh Bendahara Pemerintah.

Contoh pengisian SPT Masa 1107


PUT
Tanggal 14 April 2007:
Melakukan pembayaran melalui KPPN kepada PT JAYATEVE
pedagang besar teve (sudah dikukuhkan sebagai PKP) atas
pembelian sejumlah teve tanggal 10 Maret 2007 sebesar
Rp15.400.000,00 (termasuk PPN). Pembayaran dilakukan
berdasarkan Nota Tagihan dan Faktur Pajak (Nomor Seri :020000-07-00000120) tertanggal 20 Maret 2007. PPN dipungut
melalui KPPN.

DPP sebesar Rp14.000.000,00


dan PPN terutang sebesar
Rp1.400.000,00

Form 1107 PUT 1 A

Contoh pengisian SPT Masa 1107


PUT
Tanggal 20 April 2007:
Melakukan pembayaran kepada toko buku Murni (sudah
dikukuhkan sebagai PKP) atas pembelian kertas dan tinta
sebesar Rp990.000,00 (termasuk PPN).

PPN terutang tidak perlu dipungut karena nilai pembayarannya


tidak lebih dari Rp1.000.000,00.

Tanggal 24 April 2007:


Melakukan pembayaran kepada sebuah toko kecil (bukan PKP)
atas pembelian peralatan kantor senilai Rp1.200.000,00.

PPN tidak perlu dipungut karena transaksi yang dilakukan


bukan oleh PKP tidak terutang PPN

Contoh pengisian SPT Masa 1107


PUT
Tanggal 30 April 2007:
Melakukan pembayaran kepada CV ANUGERAH (sudah
dikukuhkan sebagai PKP) atas penyerahan jasa catering
sebesar Rp7.700.000,00 (termasuk PPN) pada bulan Maret
2007 dengan Nota Tagihan dan Faktur Pajak (Nomor Seri: 020000-07-00000102) tertanggal 26 Maret 2007. PPN yang
dipungut disetor tanggal 7 Mei 2007.

DPP sebesar Rp7.000.000,00


dan PPN terutang sebesar
Rp700.000,00

Form 1107 PUT 1 B

Contoh pengisian SPT Masa 1107


PUT
Tanggal 30 April 2007:
Melakukan pembayaran atas pembelian 2 unit AC kepada PT
ELEKTRINDO (pabrikan AC) sebesar Rp7.200.000,00 (termasuk
PPN dan PPnBM). Atas penyerahan AC tersebut disamping
terutang PPN 10% juga terutang PPnBM 10%. Pembayaran
dilakukan berdasarkan Nota Tagihan dan Faktur Pajak (Nomor
Seri: 020-000-07-00000119) tertanggal 10 April 2007. PPN dan
PPnBM yang dipungut disetor tanggal 7 Mei 2007.

DPP sebesar Rp6.000.000,00, PPN


sebesar Rp600.000,00 dan PPnBM
sebesar Rp600.000,00

Form 1107 PUT 1


B

Contoh pengisian SPT Masa 1107


PUT
Tanggal 30 April 2007:
Melakukan pembayaran kepada Hotel Sidodadi atas persewaan
ruangan untuk pertemuan sebesar Rp8.000.000,00.

PPN tidak perlu dipungut karena jasa perhotelan bukan jasa


kena pajak sehingga tidak terutang PPN
Tanggal 24 April2007:
Melakukan pembayaran kepada maskapai penerbangan Garuda
atas tiket pesawat ke Jakarta untuk perjalanan dinas pegawai
sebesar Rp4.400.000,00 (termasuk PPN).

PPN terutang atas pembayaran jasa angkutan udara dalam


negeri tidak perlu dipungut oleh Bendahara Pemerintah.


PAJAK
PENGHASILAN
(PPH) PASAL 21

PPh Pasal 21
Pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak atas
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa,
atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk
apapun yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri, wajib
dilakukan oleh :a. ;b. bendaharawan pemerintah
yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan,
dan pembayaran lain, sehubungan dengan pekerjaan,
jasa, atau kegiatan;
(Pasal 21 angka 1 UU PPh)
Petunjuk mengenai pelaksanaan pemotongan,
penyetoran, dan pelaporan pajak atas penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan
diatur dengan Keputusan Direktur Jenderal
Pajak.
(Pasal 21 angka 8 UU PPh)
Keputusan Dirjen Pajak Nomor:KEP-545/PJ./2000 diubah
dengan Peraturan Dirjen Pajak Nomor:15/PJ/2006.

PEMOTONGAN PPH PASAL 21


Atas penghasilan yangAtas penghasilan yang diterima
diterima Pejabat Negara, oleh selain Pejabat Negara,
PNS, anggota ABRI dari
PNS, anggota ABRI dari
APBN/APBD
APBN/APBD

Gaji & tunjangan yang Upah harian/mingguan/borongan


terikat dgn gaji

Imbalan kepada tenaga ahli

Honorarium, uang sidang,

uang lembur, imbalan Imbalan jasa yg dihitung tidak


prestasi kerja, dan
berdasar banyak hari
imbalan lainnya

PPh Pasal 21 atas gaji & tunjangan yang terikat gaj

iterima Pejabat Negara, PNS, anggota ABRI dari AP


Penghasilan bruto

Rpxxx
dikurangi:
Biaya jabatan
(Rpxxx)
Iuran THT/JHT
(Rpxxx)
Penghasilan neto
Rpxxx
dikurangi:
PTKP
(Rpxxx)
Penghasilan Kena Pajak
Rpxxx
Ditanggung
Pemerintah (PP Nomor 45/1994)
PPh terutang
(tarif Ps. 17)
Rpxxx
Catatan:
PPh terutang sebulan (dibagi 12)
Penghitungan tersebut berlaku juga bagi pegawai honorer (bukan PNS)
Rpxxx
yang memperoleh
penghasilan tetap secara berkala seperti gaji, hanya
atas PPh terutangnya tidak ditanggung Pemerintah.

BIAYA JABATAN
Biaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan
setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa
memandang mempunyai jabatan ataupun tidak.

5% dari penghasilan bruto,


max Rp1.296.000/tahun atau Rp108.000/bulan
Contoh:
Misalkan Penghasilan Bruto sebulan (Gaji ditambah tunjangan
yang terikat dengan gaji) seorang pegawai adalah Rp2juta maka
Biaya Jabatannya adalah 5% x Rp2juta = Rp100.000,00.
Apabila Penghasilan Bruto sebulan seorang pegawai adalah
Rp3juta, maka Biaya Jabatannya adalah Rp108.000,00 karena
5% x Rp3juta = Rp150.000,00 telah melebihi batas maximum.

Penghasilan Tidak Kena Pajak

Keterangan
Untuk diri Wajib Pajak
Tambahan pegawai kawin
Tambahan anggota keluarga
sedarah & semenda dlm grs
keturunan lurus, anak angkat,
maximum 3 orang

Setahun
13.200.000
1.200.000

Sebulan
1.100.000
100.000

1.200.000

100.000

Mulai berlaku 1 Januari 2006


Dalam hal karyawati kawin, PTKP yang dikurangkan adalah hanya untuk
dirinya sendiri, dan dalam hal tidak kawin pengurangan PTKP selain
untuk dirinya sendiri ditambah dengan PTKP untuk keluarga yang
menjadi tanggungan sepenuhnya.
Bagi karyawati yang menunjukkan keterangan tertulis dari Pemda
setempat (serendah-rendahnya kecamatan) bahwa suaminya tidak
menerima atau memperoleh penghasilan, diberikan tambahan PTKP
sejumlah Rp1.200.000,00 setahun atau Rp100.000,00 sebulan dan
ditambah PTKP untuk keluarganya.

Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun ta

Tarif PPh sesuai Pasal 17 UU


PPh
Penghasilan:
Sampai dengan Rp25juta
=
5%
Di atas Rp25juta s.d. Rp50juta
=
10%
Di atas Rp50juta s.d. Rp100juta
=
15%
Contoh:
Di atas Rp100juta s.d. Rp200juta =
Misalkan Penghasilan Kena Pajak tahun 2005 seorang WP Orang
25%
Pribadi
(setelah dikurang PTKP) adalah Rp190juta maka PPh
terutang
sesuai tarif Pasal 17 UU PPh adalah:
Di atas
Rp200juta
=
35%
5% x Rp25juta

Rp1.250.000

10% x Rp25juta

Rp2.500.000

15% x Rp50juta

Rp7.500.000

25% x Rp90juta

Rp22.500.000

Jumlah PPh terutantg

Rp33.750.000

Contoh penghitungan penghasilan Sudiro tahun takwim 2006:


Sudiro (gol III/b), status menikah belum punya anak. Setiap
bulannya memperoleh: Gaji sebesar Rp1.800.000,00; Tunjangan
isteri sebesar Rp 500.000,00; Tunjangan struktural sebesar
Rp400.000,00; Tunjangan khusus sebesar Rp600.000,00; dan
membayar iuran pensiun Rp100.000.
Untuk setiap bulan takwim menghitung PPh sbb:

Pengh. bruto sebulan


3.300.000
Pengurangan:
Biaya jabatan (maksimum)
(108.000)
Iuran pensiun
(100.000)
Penghasilan neto sebulan
3.092.000
Penghasilan neto setahun (x12)
37.104.000
PTKP (K/0)
(14.400.000)
PKP
22.704.000
PPh terutang (5% x
1.135.200
Rp22.704.000,00)
94.600
PPh terutang sebulan
Dilaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21
(Rp1.135.200/12)

Contoh:
Setelah satu tahun takwim berakhir bendahara
menghitung kembali PPh Pasal 21 terutang Sudiro
(gol III/b), dengan perhitungan sbb (asumsi jumlah
penghasilan selalu tetap):
Pengh. bruto setahun
39.600.000
Pengurangan:
Biaya jabatan (maksimum)
(1.296.000)
Iuran pensiun
(1.200.000)
Penghasilan neto setahun
37.104.000
PTKP (K/0)
(14.400.000)
PKP
22.704.000
PPh terutang (5% x
1.135.200
Rp22.704.000,00)
1.135.000
PPh yang telah dipotong (Rp94.600
-x 12)
Diisikan pada form
1721 A2 (Lbr 3 diberikan ke Sudiro)
Kurang/(lebih)
dipotong
dan dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh Pasal 21.

APABILA PEGAWAI DIPINDAHTUGASKAN


Misalkan sejak 1 Juni 2006, Sudiro dipindahtugaskan dari Jakarta
ke Bandung dengan asumsi jumlah penghasilan sama. Maka
penghitungan PPh di Jakarta yang diisikan pada form 1721 A2
adalah sbb
Pengh. bruto (Januari Mei)
16.500.000
Pengurangan:
Biaya jabatan (Rp108.000,00 X 5)
(540.000)
Iuran pensiun
(500.000)
Penghasilan neto (Januari Mei)
15.460.000
Penghasilan Neto setahun (12/5)
37.104.000
PTKP (K/0)
(14.400.000)
PKP
22.704.000
PPh terutang (5% x Rp22.704.000,00)
1.135.200
PPh terutang 5 bulan (5/12 x
473.000
Rp1.135.200)
473.000
PPh yang telah dipotong (5 x Rp94.600)
-Kurang/(lebih) dipotong
Form 1721 A2 (Lbr 3 diberikan ke Sudiro) dan dilaporkan
dalam SPT Tahunan PPh Pasal 21. Bendahara di Bandung
tinggal melanjutkan penghitungan sesuai 1721 A2 tsb.

APABILA PEGAWAI PINDAH KERJA


Misalkan sejak 1 Juni 2006, Sudiro pindah kerja ke swasta. Maka
penghitungan PPh di Jakarta yang diisikan pada form 1721 A2
adalah sbb

Pengh. bruto (Januari Mei)


Pengurangan:
Biaya jabatan (5 X Rp108.000,00)
Iuran pensiun
Penghasilan neto (Januari Mei)
PTKP (K/0)
PKP
PPh terutang
PPh yang telah dipotong (5 x
Rp94.600)
Kurang/(lebih) dipotong

16.500.000
(540.000)
(500.000)
15.460.000
(14.400.000)
1.060.000
53.000
473.000
(420.000)

Form 1721 A2 (Lbr 3 diberikan ke Sudiro) dan dilaporkan


dalam SPT Tahunan PPh Pasal 21. Atas kelebihan
pembayaran tersebut tidak dikembalikan oleh Bendahara
karena PPhnya ditanggung Pemerintah.


PPh Pasal 21 atas honorarium yang diterima
Pejabat Negara, PNS, anggota ABRI dari
APBN/APBD

15 % x Penghasilan Bruto
bersifat FINAL
kecuali yang dibayarkan kepada PNS golongan II/d
ke bawah, dan anggota TNI/POLRI berpangkat
Pembantu Letnan Satu ke bawah atau Ajun Inspektur
Tingkat Satu ke bawah

Contoh:
Disamping memperoleh penghasilan
tetap berupa gaji dan tunjangan, Sudiro
juga memperoleh honorarium mengajar
di Pusdiklat selama bulan Maret 2006
sebesar Rp1.000.000,00. PPh atas honor
mengajar tersebut adalah:
15% X Rp1.000.000,00 =
Rp150.000,00
Jumlah PPh yang dipotong bendahara dan kepada
Sudiro diberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 saat
dilakukan pemotongan. Selanjutnya dilaporkan
dalam SPT Masa Maret 2005 PPh Pasal 21.

PPh Pasal 21 atas upah harian, mingguan, satuan,


borongan, dan imbalan lainnya yang dihitung
berdasarkan banyaknya hari

5% x (Upah sehari Pengurang)

Pengurang =Rp110.000,00.
Apabila penghasilan dalam satu bulan takwim melebihi
Rp1.100.000,00, maka besarnya pengurang adalah
1/360 x PTKP.

Upah yang jumlahnya tidak lebih dari Rp 110.000,00 (seratus


sepuluh ribu rupiah) sehari, tidak dipotong PPh Pasal 21
sepanjang jumlah penghasilan bruto tersebut dalam satu bulan
takwim tidak melebihi Rp1.100.000,00 (satu juta seratus ribu
rupiah) dan tidak dibayarkan secara bulanan.

Rasyid (K/0) bekerja pd bln Maret 2006 di


BPPK Depkeu untuk mengecat ruangan,
menerima upah sebesar Rp120.000 per hari.
Bekerja selama 9 hari. Dgn demikian PPh
Pasal 21 atas penghasilan Rasyid pada bulan
Maret 2006 dihitung sbb:
Upah 9 hari kerja
Pengurang

1.080.000

(990.000)
Upah harian terutang PPh=
90.000
PPh pasal 21 : 5% x 90.000=
4.500
PPh Pasal 21 sehari
Jumlah
500 PPh yang dipotong bendahara dan kepada
Rasyid diberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21
saat
dilakukan
pemotongan.
Selanjutnya
dilaporkan dalam SPT Masa Maret 2006 PPh Pasal
21.

Apabila dalam bulan Maret tersebut Rasyid


(K/0) bekerja selama 14 hari, maka PPh
Pasal 21 atas penghasilan Rasyid pada bulan
Maret 2006 dihitung sbb:

Upah 14 hari kerja

1.680.000
Pengurang: 14x(14.400.000/360)
(560.000)
Upah harian terutang PPh=
1.120.000
PPh pasal 21 : 5% x 1.120.000=
Jumlah
56.000PPh yang dipotong bendahara dan kepada
diberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21
Rasyid
PPh Pasal 21 sehari
saat
dilakukan
pemotongan.
Selanjutnya
4.000
dilaporkan dalam SPT Masa Maret 2006 PPh Pasal
21.

PPh DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS UPAH


PP Nomor 47/2003 jo KMK No:486/KMK.03/2003

Pekerja yang mendapat perlakuan Pajak Penghasilan


yang ditanggung oleh Pemerintah adalah WP orang
pribadi dalam negeri yang bekerja sebagai pegawai
tetap atau pegawai tidak tetap pada satu pemberi kerja
di Indonesia, yang menerima gaji, upah, serta imbalan
lainnya dari pekerjaan yang diberikan dalam bentuk
uang sampai dengan Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah)
Pajak Penghasilan yangsebulan.
terutang atas gaji, upah, serta
imbalan lainnya dari pekerjaan yang diterima oleh
Pekerja sampai dengan Rp1.000.000,00 (satu juta
rupiah) sebulan ditanggung oleh Pemerintah.
Pajak Penghasilan Pasal 21 yang Ditanggung oleh
Pemerintah dihitung secara bulanan dan tidak
disetahunkan.

PPh Pasal 21 atas imbalan kepada


tenaga ahli

7,5% x Penghasilan Bruto


Tanpa pengurang
Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan
bebas terdiri dari pengacara, akuntan,
arsitek, dokter, konsultan, notaris,
penilai, dan aktuaris

Ir. Mukhlis adalah seorang arsitek, pada


bulan Maret 2006 menerima honorarium
sebesar Rp100.000.000,00 dari
Departemen Keuangan sebagai imbalan
pemberian jasa teknik yang dilakukannya.

Penghitungan PPh Pasal 21 :

7,5% x Rp100.000.000,00 =
Rp7.500.000,00
Jumlah PPh yang dipotong bendahara dan kepada
Ir. Mukhlis diberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal
21 saat dilakukan pemotongan. Selanjutnya
dilaporkan dalam SPT Masa Maret 2001 PPh Pasal
21.

PPh atas imbalan jasa yang


jumlahnya dihitung tidak atas
dasar banyaknya hari

Dengan tarif progresif


Pasal 17 UU PPh
Tanpa Pengurang

honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama


dan dalam bentuk apapun, komisi, bea siswa dan pembayaran lain
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan
yang dilakukan oleh Wajib Pajak dalam negeri, terdiri dari:

2) pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak,


bintang film, bintang sinetron, bintang iklan,
sutradara, crew film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama,penari,
pemahat, pelukis, dan seniman lainnya;
3) olahragawan;
4) penasihat, pengajar, pelatih, penceramah,
penyuluh, dan moderator;
5) pengarang, peneliti, dan penerjemah;
6) pemberi jasa dlm segala bidang termasuk teknik,
computer & sistem aplikasinya, telekomunikasi,
elektronika, fotografi,ekonomi & sosial;
7) agen iklan;
8) pengawas, pengelola proyek, anggota dan
pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan, peserta
sidang atau rapat, dan tenaga lepas lainnya dalam
segala bidang kegiatan;
9) pembawa pesanan atau yang menemukan
langanan;
10) peserta perlombaan;

Contoh penghitungan PPh Pasal 21


atas honorarium penceramah

Satriyono,

MBA
adalah
seorang
penceramah
yang
memberikan
ceramah pada suatu lokakarya sehari
yang diselenggarakan oleh Depkeu,
honorarium yang dibayarkan adalah
sebesar Rp2.500.000,00.
PPh Pasal 21 yang terutang : 5% x
Rp2.500.000,00 = Rp125.000,00
Jumlah PPh yang dipotong bendahara dan kepada
Satriyono diberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21
saat
dilakukan
pemotongan.
Selanjutnya
dilaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21.

KETENTUAN FORMIL PPH PASAL 21


Batas penyetoran

Batas pelaporan

Paling lambat tanggal


10 bulan takwim
berikutnya untuk PPh
Pasal 21 Masa

Paling lambat 20 hari


setelah masa pajak
berakhir untuk SPT
Masa

Paling lambat tanggal


25 bulan ketiga
setelah tahun pajak
berakhir, sebelum
SPT disampaikan
untuk PPh Pasal 21

Paling lambat 3 bulan


setelah akhir Tahun
Pajak untuk SPT
Tahunan

KEWAJIBAN PEMOTONG PPH PASAL 21


-Mengambil sendiri formulir-formulir yang diperlukan dalam
rangka pemenuhan kewajiban perpajakannya pada Kantor
Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat.
- Wajib menghitung, memotong, dan menyetorkan PPh Pasal 21
dan Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulan takwim.
-Memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 baik diminta
maupun tidak pada saat dilakukannya pemotongan pajak
kepada orang pribadi bukan sebagai pegawai tetap.
-Pemotong Pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh
Pasal 21 Tahunan kepada pegawai tetap, dengan menggunakan
formulir 1721 A2 (bagi PNS) dalam waktu 2 (dua) bulan setelah
tahun takwim berakhir.
-Apabila pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun pada
bagian tahun takwim, maka Bukti Pemotongan diberikan oleh
pemberi kerja selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah
pegawai yang bersangkutan berhenti bekerja atau pensiun.
-Dalam waktu 2 (dua) bulan setelah tahun takwim berakhir,
Pemotong Pajak berkewajiban menghitung kembali jumlah PPh


PAJAK
PENGHASILAN
(PPH) PASAL 22

PPH PASAL 22
Menteri Keuangan dapat menetapkan
bendaharawan pemerintah untuk memungut
pajak sehubungan dengan pembayaran

atas penyerahan barang, dan badan-

badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib


Pajak yang melakukan kegiatan di bidang impor
atau kegiatan usaha di bidang lain.
(Pasal 22 ayat 1 UU PPh)

Ketentuan mengenai dasar pemungutan, sifat dan besarnya


pungutan, tata cara penyetoran, dan tata cara pelaporan
pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Menteri Keuangan.
(Pasal 22 ayat 2 UU PPh)
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 254/KMK.03/2001 jo Kep.
Menkeu Nomor 236/KMK.03/2003

PPH BERKENAAN DENGAN PEMBAYARAN


ATAS PEMBELIAN BARANG (PPh Pasal 22)

1,5% x Harga Pembelian


Kecuali atas,
-Pembayaran yang jumlahnya paling banyak
Rp1.000.000 dan tidak merupakan jumlah
yang dipecah-pecah;
-Pembayaran untuk pembelian bahan bakar
minyak, listrik, gas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
(Kep Menkeu:236/KMK.03/2003)

Contoh

Pemda DKI pada tanggal 10 Maret 2005 melakukan


pembayaran atas pembelian sebuah komputer dari
CV KOKOM (PKP) seharga Rp11.000.000 (termasuk PPN)
Harga sebuah komputer
Harga sebelum PPN (100/110)

Rp11.000.000
Rp10.000.000

PPh Pasal 22 = 1,5% x Rp10.000.000 =Rp150.000


Jumlah PPh Pasal 22 yang dipungut Bendahara dan
disetorkan pada hari yang sama ke Bank Persepsi
atau Kantor Pos dan Giro dengan menggunakan
SSP yang telah diisi oleh dan atas nama rekanan
serta ditandatangani oleh Bendahara. SSP lembar
ke-1 merupakan Bukti Pemungutan bagi Rekanan.
SSP lembar ke-3 merupakan Bukti Pemungutan
bagi Bendahara dan dilampirkan pada SPT Masa
PPh Pasal 22.

Ketentuan Formil PPh Pasal 22 atas pembelian barang


Batas penyetoran

Batas pelaporan

Pada hari yang sama Paling lambat 14


dengan pelaksanaan hari setelah masa
pembayaran
pajak berakhir


PAJAK
PENGHASILAN
(PPH) PASAL 23
dan PASAL 4 ayat
2

PPH PASAL 23
Adalah pajak atas; dividen, bunga, royalti,
hadiah dan penghargaan selain yang
telah dipotong PPh Pasal 21, bunga
simpanan yang dibayarkan koperasi,
sewa dan penghasilan lain sehubungan
dengan penggunaan harta, imbalan
sehubungan dengan jasa teknik, jasa
manajemen, jasa konstruksi, dan jasa lain
selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal
21; yang dibayarkan atau terutang oleh badan
pemerintah, Subjek Pajak badan dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, BUT, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya kepada WP
dalam negeri atau BUT.

PPh atas SEWA dan imbalan


sehubungan dengan JASA TEKNIK,
JASA MANAJEMEN, JASA KONSTRUKSI,
JASA KONSULTAN, dan JASA LAIN

15%

PERKIRAAN PENGHASILAN
NETO

Peraturan Dirjen Pajak


Nomor: PER-70/PJ/2007
Berlaku mulai 9 April 2007
menggantikan PER178/PJ./2006

PERKIRAAN PENGHASILAN NETO


N
O
1.

JENIS PENGHASILAN

Sewa dan penghasilan lain sehubungan


dengan penggunaan harta khusus

kendaraan angkutan darat

PERKIRAAN
PENGHASILAN
NETO
10% dari
JUMLAH
BRUTO tidak
termasuk PPN

2.

Sewa dan penghasilan lain sehubungan


dengan penggunaan harta kecuali sewa
tanah dan atau bangunan dan sewa
kendaraan angkutan darat

30% dari
JUMLAH
BRUTO tidak
termasuk PPN

Peraturan Dirjen Pajak


Nomor: PER-70/PJ/2007

PERKIRAAN PENGHASILAN NETO


NO

JENIS PENGHASILAN

PERKIRAAN
PENGHASILAN
NETO

1.

Jenis teknik, jasa manajemen dan jasa


konsultansi kecuali konsultansi konstruksi

30%

2.

Jasa lain: jasa penilai, jasa aktuaris, jasa


akuntansi, jasa perancang, jasa pengeboran
migas, jasa penunjang di bidang
penerbangan, jasa penebangan hutan, jasa
pengolahan limbah, jasa penyedia tenaga
kerja, jasa perantara, jasa instalasi, jasa
pemeliharaan.

30%

3.

Jasa lain: jasa maklon, jasa penyelidikan dan


keamanan, jasa penyelenggaraan kegiatan,
jasa pengepakan.

4.

Jasa lain: Jasa media masa, jasa


pembasmian hama, jasa kebersihan.

PER-70/PJ/2007

20%
10%

Dari JUMLAH IMBALAN


JASA tidak termasuk PPN

PERKIRAAN PENGHASILAN NETO


NO

JENIS PENGHASILAN

PERKIRAAN
PENGHASILAN
NETO

1.

Jasa pengawasan konstruksi, dan jasa


perencanaan konstruksi.

26 2/3%

2.

Jasa pelaksanaan konstruksi

13 1/3%

3.

Jasa catering

10%

Dari JUMLAH IMBALAN YANG


DIBAYARKAN SELURUHNYA
TERMASUK PEMBERIAN JASA
DAN PENGADAAN
MATERIAL/BARANG tidak
termasuk PPN
PER-70/PJ/2007

PPh atas SEWA


Kendaraan
Angkutan
Darat

Tanah dan
Bangunan

Harta selain
Kendaraan,
Tanah dan
Bangunan

Pasal 23

Pasal 4 (2)

Pasal 23

1,5% x Jumlah Bruto

10% x Jumlah Bruto


FINAL

4,5% x Jumlah Bruto

CONTOH
Depkeu menyewa sebuah bus dari PT Buskita (PKP)
sebuah perusahaan persewaan bus dengan
pembayaran pada tanggal 10 April 2007 sebesar
Rp4.000.000,00 (termasuk PPN).
PPh Pasal 23 adalah:
Jumlah pembayaran (termasuk PPN)
Rp4.000.000,00
Objek PPh Ps 23:
100/110 x Rp4.000.000,00
Rp3.636.364,00
PPh Ps 23:
1,5%
Jumlah
x Rp3.636.364,00
PPh Pasal 23 yang dipotong bendahara
Rp
dan
54.545,00
kepada PT ABC diberikan Bukti Pemotongan PPh
Pasal 23 (lb ke-1) saat dilakukan pemotongan.
Selanjutnya dilaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal
23.

CONTOH:
Depkeu pada tanggal 20 Maret 2007 membayar jasa
catering kepada CV Salmah (PKP) sebuah
perusahaan jasa boga, untuk kegiatan diklat dengan
pembayaran sebesar Rp14.300.000,00 (termasuk
PPN)
PPh Pasal 23 adalah:
Jumlah pembayaran (termasuk PPN)
Rp14.300.000,00
Objek PPh Pasal 23:
100/110 x Rp14.300.000,00
Rp13.000.000,00
PPh Pasal 23:
Jumlah
PPh Pasal
23 yang dipotong Rp195.000,00
bendahara dan
15%
x 10%
x Rp13.000.000,00
kepada CV Salmah diberikan Bukti Pemotongan
PPh Pasal 23 (lb ke-1) saat dilakukan pemotongan.
Selanjutnya dilaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal
23.

PPH ATAS JASA KONSTRUKSI

Jasa pelaksanaan konstruksi = 2% x jumlah bruto


Jasa perencanaan konstruksi = 4% x jumlah bruto
Jasa pengawasan konstruksi = 4% x jumlah bruto

PPh Pasal 23
TIDAK FINAL

PPh Pasal 4 (2)


FINAL
Dilaksanakan oleh kontraktor kecil
dengan nilai pengadaan sampai
dengan Rp1 milyar

CONTOH
Setelah melalui lelang, Depkeu menyetujui kontrak atas
jasa konstruksi bangunan kantor senilai Rp990juta
(termasuk PPN) dgn PT Perkasa Raya (PKP) sebuah
perusahaan di bidang jasa konstruksi.

Dasar Pengenaan Pajak = 100/110 x Rp990juta = Rp900juta

Terutang PPh = 2% x Rp900juta = Rp18juta


Bersifat Final apabila PT Perkasa Raya sesuai sertifikasi
merupakan kontraktor kecil. Sebaliknya tidak bersifat Final
apabila PT Perkasa Raya bukan merupakan kontraktor kecil
Misalkan pada tanggal 10 Maret 2005 dibayar termijn I senilai
Rp100juta, maka Bendahara Depkeu memotong PPh sebesar

2% x Rp100juta = Rp2juta.
Kepada PT Perkasa Raya diberikan bukti pemotongan PPh.

JASA
PERAWATAN/PEMELIHARAAN/PERBAIKAN
Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan mesin,
listrik/telepon/air/gas/AC/TV kabel;
Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan peralatan;
Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan alat-alat
transportasi/kendaraan;
Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan bangunan;
kecuali yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkup
pekerjaannya di bidang konstruksi dan mempunyai
izin/sertifikat sebagai pengusaha konstruksi;
Contoh:
Bendahara Depkeu pada tanggal 20 Maret 2007 membayar sebesar
Rp6juta kepada PT Resik Jaya atas pemeliharaan bangunan kantor.
Apabila PT Resik Jaya tidak
mempunyai izin/sertifikasi
sebagai pengusaha konstruksi,
maka terutang PPh Pasal 23 atas
jasa pemeliharaan sebesar 4,5% x
Rp6juta = Rp270.000,00

Apabila PT Resik Jaya


mempunyai izin/sertifikasi
sebagai pengusaha konstruksi,
maka terutang PPh atas jasa
pelaksanaan konstruksi sebesar
2% x Rp6juta = Rp120.000,00

KETENTUAN FORMIL PPh Pasal 23


Batas penyetoran
PPh Pasal 23 yang telah
dipotong selama satu
bulan takwim
dijumlahkan dan disetor
ke Bank Persepsi atau
Kantor Pos dan Giro
dengan menggunakan
SSP
paling lambat tanggal
10 bulan takwim
berikutnya

Batas pelaporan

SPT Masa PPh Pasal 23/26


lengkap beserta
lampirannya harus
dilaporkan ke KPP

paling lambat tanggal


20 bulan berikutnya

TIDAK DIKENAKAN PEMOTONGAN


PPH PASAL 23

WAJIB PAJAK YANG DAPAT MENUNJUKKAN SURAT


KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN PPH PASAL
23/26
PENGHASILAN YANG DITERIMA KONTRAKTOR,
KONSULTAN, DAN PEMASOK UTAMA DARI PEKERJAAN
YANG DILAKUKAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN
PROYEK PEMERINTAH YANG DIBIAYAI DENGAN DANA
HIBAH DAN ATAU PINJAMAN LUAR NEGERI

PAJAK PENGHASILAN
(PPH) ATAS
PENGALIHAN HAK ATAS
TANAH dan/atau
BANGUNAN

PPH ATAS PENGALIHAN HAK ATAS TANAH dan/atau


BANGUNAN
Orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh
penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
yaitu penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan
hak, atau cara lain yang disepakati dengan pemerintah guna
pelaksanaan pembangunan, termasuk pembangunan untuk
kepentingan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus;
dipungut Pajak Penghasilan oleh bendaharawan atau pejabat
yang melakukan pembayaran atau pejabat yang menyetujui
tukar-menukar.
Besarnya Pajak Penghasilan adalah 5 % (lima per seratus)
dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan.

Bendaharawan atau pejabat tersebut wajib menyetor PPh yang


telah dipungut ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro
dengan menggunakan SSP atas nama orang pribadi atau badan
yang menerima pembayaran sebelum melakukan
pembayaran atau sebelum tukar-menukar dilaksanakan.
Bendaharawan atau pejabat tsb wajib menyampaikan laporan kepada
Dirjen Pajak.
PP Nomor 48/1994 jis PP Nomor 27/1996 dan PP Nomor
79/1999

PPH ATAS PENGALIHAN HAK ATAS TANAH dan/atau


BANGUNAN
Dikecualikan dari kewajiban pemungutan PPh atas
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan oleh
Bendahara
Orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang jumlah
brutonya kurang dari Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah)
dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah;
Orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada
pemerintah guna pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan
umum yang memerlukan persyaratan khusus yaitu
pembebasan tanah oleh pemerintah untuk proyek-proyek jalan
umum, saluran pembuangan air, waduk, bendungan dan
bangunan pengairan lainnya, saluran irigasi, pelabuhan laut,
bandar udara, fasilitas keselamatan umum seperti tanggul
penanggulangan bahaya banjir, lahar dan bencana lainnya, dan
fasilitas
ABRI. koperasi yang usaha
bagi Wajib Pajak badan
termasuk
pokoknya melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan
PP Nomor 48/1994 jis PP Nomor 27/1996 dan PP Nomor
79/1999

CONTOH
Departemen Keuangan mempunyai proyek pembangunan
kantor baru dan harus melakukan pembebasan tanah
milik PT Textindo (sebuah perusahaan tekstil). Dalam
pelaksanaan proyek tersebut Depkeu harus membayar
Rp200juta untuk pembebasan tanah. Pembayaran
dilakukan tanggal 10 Maret 2005

Terutang PPh 5% x Rp200juta = Rp10juta

Bendahara yang melakukan pembayaran memungut PPh


yang terutang dan menyetorkannya ke Bank Persepsi atau
Kantor Pos dan Giro dengan menggunakan SSP sebelum
pembayaran kepada WP badan tersebut.
Pelaporan dilaksanakan paling lambat tanggal 20 bulan
berikutnya setelah bulan dilakukannya pembayaran
dengan menggunakan bentuk laporan yang ditentukan

PAJAK PENGHASILAN (PPH)


ATAS JASA PELAYARAN
(PASAL 15 UU PPh)

PPH ATAS JASA PELAYARAN


(PASAL 15 UU PPh)
WP PERUSAHAAN
PELAYARAN
DALAM NEGERI

1,2% X PEREDARAN BRUTO

WP PERUSAHAAN
PELAYARAN
LUAR NEGERI

2,64% X PEREDARAN BRUTO

DIPOTONG PPH OLEH BENDAHARAWAN DALAM HAL


PENGHASILAN DIPEROLEH BERDASARKAN
PERJANJIAN PERSEWAAN ATAU CHARTER

PPH SEHUBUNGAN DENGAN


PROYEK
PEMERINTAH DENGAN DANA
HIBAH/PINJAMAN LUAR
NEGERI

PPH SEHUBUNGAN DENGAN PROYEK


PEMERINTAH DENGAN DANA HIBAH/
PINJAMAN LUAR NEGERI

DITANGGUNG PEMERINTAH TIDAK DITANGGUNG PEMERINTAH

ATAS PENGHASILAN YANG


DITERIMA/DIPEROLEH
KONTRAKTOR UTAMA

ATAS PENGHASILAN YANG


DITERIMA/DIPEROLEH
KONTRAKTOR LAPISAN
KEDUA
PPH PASAL 21/26
KARYAWAN YG BEKERJA
PADA KONTRAKTOR
UTAMA MAUPUN KEDUA

PROYEK PEMERINTAH DENGAN DANA HIBAH/PINJAMAN


LUAR NEGERI DAN APBN/D
HIBAH/PINJAMAN LN

APBN/D

PPh terutang
DITANGGUNG
PEMERINTAH

PPh terutang TIDAK


DITANGGUNG
PEMERINTAH

Bendahara mengisi
formulir Bukti
Pemotongan PPh,
menandatangani dan
memberi cap
DITANGGUNG
PEMERINTAH

Dilakukan Pemotongan/
Pemungutan oleh
Bendahara pada saat
pembayaran sesuai
ketentuan

Contoh
Kontrak pemborongan/ pengadaan barang dengan nilai
kontrak Rp10.000.000,00 (tidak termasuk PPN).
Pengadaan barang tersebut dibiayai dengan pinjaman
luar negeri sebesar 40% dan rupiah murni sebesar
60%.
Nilai kontrak
=
Rp10.000.000,00
Terdiri dari:
Porsi pinjaman LN: 40% x Rp10.000.000,00
=Rp4.000.000,00
Porsi Rp murni: 60% x Rp10.000.000,00
-Perhitungan PPh Pasal 22:
=Rp6.000.000,00
Ditanggung Pemerintah
: 1,5% x Rp4.000.000,00 =
Rp60.000,00
Dipungut

: 1,5% x Rp6.000.000,00 = Rp90.000,00

SANKSI PERPAJAKAN

SANKSI PERPAJAKAN
SANKSI
ADMINISTRASI

SANKSI PIDANA

DENDA

KURUNGAN

BUNGA

PENJARA

KENAIKAN

SANKSI KARENA TIDAK MEMENUHI KEWAJIBAN


PENYAMPAIAN SPT

ADMISNISTRASI
SPT tidak disampaikan dalam
jangka waktunya dikenai sanksi
administrasi berupa denda
sebesar Rp500.000,00 (lima
ratus ribu rupiah) untuk Surat
Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai,
Rp100.000,00 (seratus ribu
rupiah) untuk Surat
Pemberitahuan Masa lainnya.
Apabila(Pasal
SPT tidak
7 UUdisampaikan
KUP)
dalam jangka waktunya dan
setelah ditegur secara tertulis
tidak disampaikan pada
waktunya sebagaimana
ditentukan dalam Surat Teguran;
maka jumlah pajak yang kurang
dibayar ditagih dengan SKPKB
ditambah sanksi administrasi
berupa kenaikan sebesar 50%
untuk PPh, 100% untuk PPh
PotPut, 100% untuk PPN dan

PIDANA
menimbulkan kerugian
negara
Karena kealpaan tidak menyampaikan SPT
atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak
benar, didenda paling sedikit 1 (satu) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar dan paling banyak 2 (dua)
kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar, atau dipidana kurungan
paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama
1 (satu) tahun . (Pasal 38)

Karena sengaja tidak menyampaikan


SPT atau menyampaikan SPT tetapi
isinya tidak benar, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 6 (enam)
bulan dan paling lama 6 (enam) tahun
dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar dan paling banyak 4
(empat) kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar. . (pasal 39)

SANKSI ADMINISTRASI TERLAMBAT


MENYETOR ATAU MEMBAYAR
Pembayaran atau penyetoran pajak yang dilakukan
setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau
penyetoran pajak, dikenai sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan yang
dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai
dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan
dihitung penuh 1 (satu) bulan.

(Pasal 9 ayat 2a UU KUP)

SANKSI PIDANA TIDAK MENYETOR PAJAK


Setiap orang yang dengan sengaja tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong
atau dipungut, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6
(enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak
atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar. .
(Pasal 39 ayat 1 huruf i UU KUP)

TERIMA KASIH
SAMPAI JUMPA

Anda mungkin juga menyukai