Anda di halaman 1dari 25

Demam Tifoid

Oleh :
Giani Putra
1102009121

Pembimbing:
Dr. H. Budi Risjadi, Sp.A M.kes

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN

Definisi
Demam tifoid ialah penyakit infeksi
akut yang biasanya terdapat pada
saluran pencernaan (usus halus).
Dengan gejala demam satu minggu atau

lebih
Gangguan pada saluran pencernaan
Dengan atau tanpa gangguan kesadaran.

Epidemiologi
Di negara berkembang, kasus
demam tifoid dilaporkan sebagai
penyakit endemis dimana 95%
merupakan kasus rawat jalan
sehingga insidensi yang sebenarnya
adalah 15-25 kali lebih besar dari
laporan rawat inap di rumah sakit.

Etiologi
Salmonella typhi sama dengan
Salmonella yang lain yang
merupakan bakteri Gram negatif,
mempunyai flagella, tidak berkapsul,
tidak membentuk spora, fakultatif
anaerob.

Bakteri

Salmonella typhi mempunyai


beberapa komponen antigen yaitu :
1. Antigen dinding sel (O) merupakan
polisakarida dan bersifat spesifik grup
2. Antigen flagella (H) yg merupakan kompnen
protein berada dlm flagella,bersifat spesifik
spesies.
3. Antigen virulen (Vi) merupakan
polisakarida,berada di kapsul.
4. Outer Membran Protein.

Patofisiologi

Gejala Klinis
Demam
Nyeri kepala
Gangguan saluran
pencernaan
Hepatosplenomegali
Bradikardia
Typhoid tounge
Nyeri otot

Minggu I :

Demam yang sifatnya meningkat perlahan lahan


terutama meningkat pada sore hingga malam hari.
Suhu meningkat setiap harinya dan mencapai
puncaknya pada akhir minggu pertama, dapat
mencapai 39o - 40oC.
Nyeri kepala, pusing.
Mual, muntah, anoreksia.
Batuk
Gangguan defekasi : Obstipasi pada minggu I.
Tidak enak di perut perut.
Apatis/bingung dapat diakibatkan toksik menjadi
delirium yang akan menjadi meningismus (akhir
minggu ke I).

Minggu ke
II :Demam

Nadi terjadi bradikardi


Lidah, typhoid tongue
Thoraks, paru-paru dapat terjadi
bronchitis/pneumonia
Gangguan defekasi : Diare pada minggu II (peas
soup diare).
Abdomen, agak cembung, bisa terjadi :
Meteorismus
Splenomegali pada 70% dari kasus, dengan perabaan

keras, mulai teraba pada akhir minggu ke I sampai


minggu ke III, akan tetapi dapat juga lunak dan nyeri tekan
positif.
Hepatomegali pada 25% dari kasus, terjadi pada minggu
ke II sampai dengan masa konvalesens.

Diagnosis
Anamnesa
Pemeriksaan
Pemeriksaan

Fisik
Penunjang

Anamnesa
Panas

lebih dari 7 hari dan meningkat saat


sore sampai malam,
Batuk,
Malaise,
BB menurun,
Mialgia,
Nyeri kepala,
Nyeri atau tidak enak di perut,
Muntah,
Epistaksis,
Penurunan kesadaran hingga kejang,

Pemeriksaan Fisik
Demam hingga 39-40C
Bradikardi relatif
kesadaran

menurun
ruam makulopapuler pada kulit dada
bagian bawah / perut ( rose spot ) yang
menghilang dalam 2 3 hari
Typhoid tongue bagian tengah kotor
bagian pinggir hiperemis dan terdapat
tremor.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan

darah tepi
Identifikasi kuman mekakui isolasi /
biakan
Identifikasi kuman melalui uji
serologis
Identifikasi kuman secara molekuler

Pemeriksaan darah tepi


Pada

penderita demam tifoid bisa


didapatkan anemia,
Jumlah leukosit normal, bisa
menurun atau meningkat, mungkin
didapatkan trombositopenia
Hitung jenis, biasanya normal atau
sedikit bergeser ke kiri, mungkin
didapatkan aneosinofilia dan
limfositosis relatif, terutama pada
fase lanjut

Pemeriksaan kuman melalui


isolasi
Diagnosis

pasti demam tifoid dapat


ditegakkan bila ditemukan bakteri S.
typhi dalam biakan dari darah, urine,
feses.

Uji Serologis
Widal
TUBEX
Metode
Metode

Enzim Immuniassay
Enzime-Linked Immunirbent
Assay (ELISA)
DIPSTIK

Identifikasi kuman secara


molekuler
Metode

lain untuk identifikasi bakteri


S. typhi yang akurat adalah
mendeteksi DNA (asam nukleat) gen
flagellin bakteri S. typhi dalam darah
dengan teknik hibridisasi asam
nukleat atau amplifikasi DNA dengan
cara polymerase chain reaction
(PCR) melalui identifikasi antigen Vi
yang spesifik untuk S. typhi

Diagnosis Banding
Influenza
Gastroenteritis
Bronkitis
Bronkopneumonia

Penatalaksanaan
Tirah

Baring
Perbaikan Nutrisi
Terapi Simptomatik
Antibiotik

Tirah Baring
Penderita

yang dirawat harus tirah


baring (bed rest) dengan sempurna
untuk mencegah komplikasi,
terutama perdarahan dan perforasi.
Bila gejala klinis berat, penderita
harus istirahat total.

Terapi Simptomatik & Perbaikan


Nutrisi
Terapi

simptomatik dapat diberikan


dengan pertimbangan untuk
perbaikan keadaan umum penderita,
yakni vitamin, antipiretik (penurun
panas) untuk kenyamanan penderita
terutama anak, dan antiemetik bila
penderita muntah hebat.
Pemberian cairan
Diet

Antibiotik
Antimikroba

lini pertama untuk demam tifoid adalah:

Kloramfenikol.
Ampisillin atau Amoksisilin (aman untuk penderita yang

sedang hamil).
Trimetroprim-Sulfametoksazol (Kotrimoksazol).
Antimikroba

lini kedua untuk demam tifoid adalah:

Seftriakson (diberikan untuk dewasa dan anak)


Cefixim (efektif untuk anak)
Quinolone (tidak dianjurkan untuk anak di bawah usia 18

tahun karena dinilai mengganggu pertumbuhan tulang).

Komplikasi
Perdarahan

usus dan perforasi.

Pembengkakan dan peradangan pada otot


jantung (miokarditis).
Pneumonia.
Peradangan pankreas (pankreatitis).
Infeksi ginjal atau kandung kemih.
Infeksi dan pembengkakan selaput otak
(meningitis).
Masalah psikiatri seperti mengigau,
halusinasi, dan paranoid psikosis.

Prognosis
Prognosis pasien demam tifoid tergantung
ketepatan terapi, usia, keadaan kesehatan
sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi.
Biasanya karena keterlambatan diagnosis,
perawatan, dan pengobatan, munculnya
komplikasi, seperti perforasi gastrointestinal
atau perdarahan hebat, meningitis,
endokarditis, dan pneumonia, mengakibatkan
morbiditas dan mortalitas yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai