Anda di halaman 1dari 20

INSOMNI

A
OLEH :
Riadhus Machfud Alfian
PEMBIMBING :
dr.Metta Desvini PS , Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN JIWA
RUMAH SAKIT JIWA ISLAM KLENDER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

tidur tidak sekedar mengistirahatkan tubuh, tapi juga


mengistirahatkan otak, khususnya serebral korteks, yakni
bagian otak terpenting atau fungsi mental tertinggi, yang
digunakan untuk mengingat, memvisualkan, serta
membayangkan, menilai dan memberikan alasan sesuatu
Zat yang berperan dalam proses mengantuk ini disebut
GABA (Gamma Aminobutyric Acid), yang merupakan
asam amino dan berfungsi sebagai neurotransmiter
(penghantar sinyal saraf)

Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu


1. Tipe Rapid Eye Movement (REM)
2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)

INSOMNIA
. Kesukaran dalam memulai atau mempertahan
kan tidur.
. Sementara atau persisten
. Sulit jatuh tidur : kondisi yang menyakitkan
atau tidak menyenangkan
. Sulit tetap tidur : depresi dll

klasifikasi
Berdasarkan onset
insomnia sementara biasanya
berlangsung tidak lebih dari 7 hari
Insomnia jangka pendek berlangsung
selama 1 sampai 3 minggu
insomnia kronis berlangsung lebih dari
3 minggu

Lanjutan....
Primer
istilah primer menyatakan bahwa insomnia terjai
terlepas dari adanya kondisi fisik atau mental yang
diketahui
Sekunder
Insomnia sekunder biasanya terjadi akibat efek dari
hal lain, misalnya kondisi medis dan masalah
psikologi seperti perasaan bersedih, depresi dan
dementia

Epidemiologi
Survei nasional di Inggris menunjukkan sedikit peningkatan
tapi stabil dalam prevalensi insomnia 1993-2007. Persentase
responden melaporkan gejala insomnia yang meningkat dari
35,0% menjadi 38,6% selama periode tersebut, sedangkan
diagnosis insomnia yang naik dari 3,1% menjadi 5,8%. Berikut
adalah beberapa fitur dikaitkan dengan insomnia :

Jenis kelamin perempuan


peningkatan usia
Depresi
Pengangguran

Etiologi
Penyebab insomnia dapat
meliputi :
Gangguan ritme sirkadian (jet lag, perubahan pergeseran pekerjaan,
ketinggian, kebisingan lingkungan, panas, atau dingin).
masalah psikologis (orang dengan gangguan mood seperti gangguan
bipolar, depresi, gangguan kecemasan, atau gangguan psikotik lebih
mungkin untuk menderita insomnia).
medis (lesi otak dan tumor, stroke, sakit kronis, sindrom kelelahan
kronis, gagal jantung kongestif, angina, penyakit asam-reflux
(GERD), penyakit paru obstruktif kronik, asma, sleep apnea,
Parkinson dan penyakit Alzheimer, hipertiroidisme, arthriti)
Hormon (estrogen, hormon bergeser saat menstruasi).
Faktor-faktor lain (tidur sebelah pasangan mendengkur, kondisi
genetik, pikiran terlalu aktif, kehamilan)

Lanjutan...
menurut American Association of Retired Persons (AARP), obat berikut
dapat menyebabkan insomnia pada beberapa pasien (Crosta, 2016):

Kortikosteroid.
Statin
Alpha blockers
beta blockers
SSRI antidepresan
ACE inhibitor
ARB (Angiotensin II-receptor blockers)
Cholinesterase inhibitor
generasi kedua (non-penenang) agonis H1
Glucosamine / chondroitin

Faktor resiko
Wanita

stress

Insomn
ia

Ganggu
an
kesehat
an
mental

Usia
>60
tahun

Tanda dan gejala


Insomnia itu sendiri mungkin merupakan gejala dari kondisi medis yang
mendasari. Namun, ada beberapa tanda-tanda dan gejala yang
berhubungan dengan insomnia:

Kesulitan tidur di malam hari


Terbangun pada malam hari
Bangun lebih awal dari yang diinginkan
Masih merasa lelah setelah tidur malam
kelelahan siang hari atau kantuk
Iritabilitas, depresi, atau kecemasan
konsentrasi yang buruk dan fokus
Menjadi tidak terkoordinasi, peningkatan kesalahan atau kecelakaan saat bekerja
Tension headace
kesulitan bersosialisasi

Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian


terhadap:

Pola tidur penderita.


Pemakaian obat-obatan,
alkohol, atau obat terlarang.
Tingkatan stres psikis.
Riwayat medis.
Aktivitas fisik

Pemeriksaan
fisik

gelombang otak (EEG),


pernapasan, nadi (EKG),
gerakan mata(EOG), dan
gerakan tubuh (EMG)

Kriteria Diagnostik Insomnia Non-Organik


berdasarkan PPDGJ

Hal tersebut di bawah ini diperlukan untuk membuat


diagnosis pasti:
Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan
tidur, atau kualitas tidur yang buruk
Gangguan minimal terjadi 3 kali dalam seminggu selama
minimal 1 bulan
Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang
berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan
sepanjang siang hari
Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur
menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan
mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan

Tatalaksana

Nonfarmakologi
Edukasi tentang kebiasaan tidur
yang baik,
Teknik Relaksasi
Terapi kognitif
Restriksi Tidur
Kontrol stimulus

Terapi farmakologi
Obat yang digunakan dalam pengobatan insomnia
termasuk agonis nonbenzodiazepine reseptor, agonis
reseptor benzodiazepine, selektif reseptor melatonin
agonis Ramelteon, dan antidepresan . Semua dapat
dianggap sebagai lini pertama agen untuk insomnia.

Kontraindikasi :
Sleep apneu syndrome
Congestive Heart Failure
Chronic Respiratory Disease

Penggunaan Benzodiazepine pada wanita hamil


mempunyai risiko menimbulkan teratogenic effect
(e.g.cleft-palate abnormalities) khususnya pada
trimester pertama. Juga benzodiazepine dieksresikan
melalui ASI, berefek pada bayi (penekanan fungsi SSP)

komplikasi

Prognosis
Prognosis umumnya baik dengan terapi yang adekuat
dan juga terapi pada gangguan lain seperti depresi dan
lain-lain. Lebih buruk jika gangguan ini disertai
skizophrenia

References
Chawla, J. (2016, agustus 1). Insomnia Treatment & Management. Retrieved from medscape:
http://emedicine.medscape.com/article/1187829-treatment#showall
Crosta, P. (2016, desember 2). Insomnia: Causes, Symptoms, and Treatments. Retrieved
from medicalnewstoday.com:
http://www.medicalnewstoday.com/articles/9155.php#insomnia_causes
Darrell Hulisz, R. P., & Christine Duff, P. C. (2009). Assisting Seniors With Insomnia: A
Comprehensive Approach. Retrieved from medscape:
http://www.medscape.com/viewarticle/706336_2
Harold I Kaplan, M. (2010). kaplan dan sadock sinopsis psikiatri. tangerang: Binna rupa
aksara publisher.
insomnia.net. (2016, desember). Sleeping Made Easy. Retrieved from insomnia.net:
http://www.insomnia.net/
Saddichha, S. (2010, juni). Diagnosis and treatment of chronic insomnia. Retrieved from US
national library of medicine national institute of health:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2924526/
Sherwood, l. (2011). Fisiologi manusia dari Sel ke Sistem ed. 6. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai