Anda di halaman 1dari 21

Aborsi

Menurut buku teks kedokteran, Aborsi adalah lahirnya


embrio atau fetus sebelum dia mampu hidup di luar
kandungan, dengan berat badan fetus dibawah 500
gram.
Dalam bahasa arab, pengguguran kandungan disebut
al-ijhadl, yang berarti perempuan yang melahirkan
janinnya secara paksa dalam keadaan belum sempurna
penciptaannya.

Dilihat dari sudut kejadiannya, Abortus


Dibedakan Menjadi 2 Kelompok, yaitu :

Abortus Spontan yaitu abortus yang terjadi


secara spontan (spontaneous abortion),
maksudnya terhentinya kehamilan tanpa
intervensi apa pun dari luar.
Abortus Provacantus atau abortus yang
disengaja (induced abortion/abortus provacatus),
yaitu aborsi yang memerlukan intervensi dari luar.

a. Abortus provocatus medicinalis yaitu abortus


yang sengaja dilakukan oleh tenaga medik karena
alasan medik
b. Abortus provocatus criminalis yaitu abortus
yang dilakukan bukan karena alasan medik.

Abortus Provacantus

a. Abortus provocatus medicinalis yaitu


abortus yang sengaja dilakukan oleh tenaga
medik karena alasan medik
b. Abortus provocatus criminalis yaitu
abortus yang dilakukan bukan karena
alasan medik.

Jurnalis Uddin mencatat sekurangnya ada 10


alasan orang melakukan aborsi. Diantaranya:
KB
gagal walau cara KB-nya telah
dikonsultasikan dengan dokter secara intens
Si ibu menderita sakit fisik dan jiwa berat,
sehingga
jika
kehamilan
dilanjutkan,
menurut dokter yang menanganinya akan
membahayakan nyawanya
Kehamilan terjadi karena perkosaan
Kehamilan karena incest
Karena himpitan tekanan ekonomi yang
berat

Kelahiran yang dapat mengundang resiko


kepada siibu hamil seperti usia ibu hamil yang
makin menua atau kehamilan dengan
komplikasi
Janin yang dikandung mempunyai cacat
genetik
Anak gadis hamil diluar nikah
Perempuan hamil pada usia yang sudah tua
atau terlalu muda yang mengakibatkan
kelainan kehamilan dan persalinan yang bisa
berakibat tidak baik
Si perempuan belum mau hamil karena
sedang menyelesaikan pendidikan atau ingin
mengejar karier yang lebih baik.

Dalam praktik kedokteran tidak ada yang


menyatakan bahwa dokter dilarang
melakukan abortus.

Dalam sumpah dokter dinyatakan bahwa


dokter akan menghormati kehidupan insani
sejak kehidupan itu dimulai.

dokter wajib menghormati kehidupan saat


pembuahan

Di

Indonesia aturan tentang pengguguran kandungan


diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP) dalam pasal 346, 347, 348, 349, 350.
Ancaman pidana bagi pelaku aborsi, bahkan termasuk
orang yang membantu dan perempuan hamil itu
sendiri, sebagaimana disebutkan dalam KUHP diancam
1-15 tahun hukuman penjara, dan UU No.23 tahun
1992 (yang mengancam hukum penjara 15 tahun dan
denda Rp.500.000.000,-)

Terhadap aborsi spontan, para ulama klasik


maupun kontemporer tidak mempersoalkan
tentang hukumnya, karena tanpa unsur
kesengajaan.
Nabi menyatakan bahwa janin sebagai
nuthfah selama 40 hari, alaqah 40 sampai
80 hari, sebagai mudghah selama 80
sampai 120 hari.

Hukum Aborsi Dapat Diklasifikasikan dalam Tiga Kelompok


Pendapat, yaitu :

Golongan 1, yang mengharamkan


pengguguran pada setiap tahap
pertumbuhan janin sebelum diberi nyawa
(Nuthfah, alaqah dan mudhghah.
Alasannya antara lain, hadist Nabi.


















(
) . . . . .




Diriwayatkan dari Abdullah bin Masud ra., ia
berkata: Rasulullah SAW pernah menceritakan
kepada kami, beliau seorang yang benar serta
dapat dipercaya (beliau bersabda) bahwa
kejadian kalian dikumpulkan didalam perut
ibunya selama empat puluh hari. Kemudian ia
menjadi alaqah selama empat puluh hari dan
kemudian menjadi mudghah selama empat
puluh hari, kemudian Allah SWT. Mengutus
malaikat untuk meniupkan roh...(HR. AlBukhari)

2. Golongan yang membolehkan pengguguran


pada salah satu tahap dan melarang pada tahap
yang lain. Atau melarang pada satu tahap dan
membolehkan pada tahap yang lain.
Makruh pada tahap nuthfah dan haram pada
alaqah dan mudlghah. Ini adalah pendapat
Ulama Malikiyah dan Ulama al-Syafiiyyah
menyebutnya sebagai makruh tanzih dengan
syarat pengguguran itu dilakukan seizin
suami
Dibolehkan pada tahap nuthfah dan haram
pada tahap alaqah dan mudlghah
Boleh pada tahap nuthfah dan alaqah dan
haram pada tahap mudlghah

Alasan Ulama yang membolehkan abortus


pada fase nuthfah, haram pada fase alaqah
dan mudlghah, berdalil pada hadits Nabi:
Apabila nuthfah telah melalui masa 42
malam, Allah akan mengutus kepadanya
Malaikat untuk memberi bentuk,
menciptakan pendengaran, penglihatan,
kulit,daging dan tulang-belulang...(HR
Muslim)

Golongan yang membolehkan abortus pada


setiap fase sebelum pemberian nyawa.
Pendapat kuat dari gol ulama Hanafiyah.
Diantara alasannya adalah:
a. Setiap yang belum diberi nyawa tidak akan
dibangkitkan Allah dihari kiamat. Setiap yang
tidak dibangkitkan berarti keberadaannya
tidak diperhitungkan sehingga tidak ada
larangan untuk menggugurkannya.
b. Janin yang belum diberi nyawa tidak
tergolong sebagai manusia.

Dari beberapa pendapat para Ulama dapat disimpulkan


bahwa aborsi sebelum peniupan ruh, sebelum berusia
empat bulan adalah:
1. boleh, dengan alasan belum ada makhluk bernyawa
2. makruh, dengan alasan karena janin sedang mengalami
pertumbuhan
3. haram, karena dianggap merampas hak hidup

Adapun aborsi yang dilakukan setelah usia kandungan


empat bulan, semua Ulama sepakat bahwa perbuatan
tersebut hukumnya haram.

Namun jika darurat, misalnya secara medis diketahui bayi


yang
berada
alam
kandungan
akan
mengancam
keselamatan hidup ibunya, maka boleh dilakukan aborsi
demi menyelamatkan nyawa si ibu sesuai dengan kaidah
Islam memilih risiko yang lebih ringan diantara dua risiko.

Pendapat ulama kontemporer tentang aborsi

Aborsi sebelum nidasi adalah boleh, namun


hukum aborsi setelah nidasi adalah haram.
Semua sepakat aborsi setelah nafkh al-ruh
adalah haram.

Menururt Said Ramadhan al-Buthi ; seluruh


ulama menyatakan abortus sesudah usia
kandugan 120 adalah haram kecuali
berdasarkan alasan tertentu seperti anak
terancam cacat, terancam nya nyawa ibu,
merugikan anak yg sedang menyusui dll.

Majlis Haiah Kibar al- Ulama Arab Saudi tahun 1407


H. mengeluarkan fatwa :
Tidak boleh melakukan abortus pada semua fase
kehamilan
Diperbolehkan abortus bila kandungan berusia
kurang dari 40 hari dengan alasan kemashlahatan
secara syarI. Namun untuk sebatas kekhawatiran
ekonomi, pendidikan atau
masa depan maka
tidak diperbolehkan.
Tidak boleh melakukan aborsi bila kandungan
sudah pada fase alaqah, mudghah kecuali
membahayakan si ibu.
Tidak boleh mengggugurkan kandungan bila usia
kehamilan sudah lebih dari 4 bulan kecuali untuk
kemashlahatan.

Fatwa berasal dari MUI, diputuskan pada munas tahun


1983 tentang hukum ber-KB teks keputusan itu adalah
sebagai berikut :
Penggunaan kandungan (abortus) termasuk MR
(Menstrual Regulation) dengan cara apa pun dilarang
oleh jiwa dan semnata ajaran islam (haram) baik di kala
janin sudah bernyawa ( umur empat bulan dalam
kandungan ) ataupun dikala janin belum bernyaawa
( belum berumur empat bulan dalam kandungan ),
karena perbuatan itu merupakan pembunuhan
terselubung yang dilarang oleh syariat islam, kacuali
untuk menyelamatkan jiwa si ibu .

Pada 21 Mei 2005, MUI kembali mengeluarkan fatwa


tentang aborsi, secara khusus ada tambahan pembolehan
nya:
Pertama : ketentuan umum
1.
Darurat : suatu keadaan dimana seseorang apabila
tidak melakukan sesuatu yang diharamkan maka ia
akan mati atau hampir mati.
2. Hajat : suatu keadaan dimana seseorang apabila tidak
melakukan sesuatu yang diharamkan maka ia akan
mengalami kesulitan besar.
Kedua : Ketentuan Hukum
3. Aborsi adalah haram hukum nya sejak terjadinya
implantasi blastosis pada dinding Rahim ibu (nidasi)
4. Aborsi dibolehkan karena adanya uzur, baik yang
bersifat darurat maupun hajat.

Aborsi haram hukum nya dilakukan pada kehamilan


yang terjadi akibat zina.
Namun demikian, sekiranya yang bersaangkutan
dapat bersabar dan dan tawakal maka lebih baik
sebagimanan disebutkan dalam surat al- zumar
ayat 10:

Katakanlah : Hai hamba-hamba Ku yang beriman


bertakwalah kepada Tuhan mu. Orang-orang yang
berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan dan
bumi Allah itu adalah luas. Sesungguh nya hanya
orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan
pahala mereka tanpa batas

Aborsi Karena Darurat


Ulama sepakat, diperbolehkan abortus jika
benar-benar dalam keadaan darurat,
dengan syarat kedaruratan nya itu pasti,
bukan sekedar dugaan, sesuai dengan
kaidah hukum islam bahwa sesuatu yang
diperbolehkan karen darurat diukur sesuai
dengan kadar kedaruratan nya.
Dokter dibolehkan melakukan abortus dan
mengupayakan penyelamatan kehidupan
jiwa ibu. Menyelamatkan kehidupan
adalah sesuatu yang sangat dianjurkan
dalam Islam, abortus dalam kondisi seperti
ini termasuk upata pengobatan

Anda mungkin juga menyukai