Anda di halaman 1dari 8

KELOMPOK 6

KORUPSI MASALAH
NEGARA
AMIRUL LATIEF AZZMI
RABIL KURNIAWAN
ULIL ALBAB

A. PENGERTIAN KORUPSI

Korupsi berasal dari bahasa Latinyaitu corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik dan menyogok. Secara
harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus politisi maupun
pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau
memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalah gunakan
kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi adalah penyelewengan tugas
penggelapan uang negara atau perusahaan untuk keuntungan pribadi maupun
orang lain. Dalam ilmu akuntansi, korupsi adalah bagian dari kecurangan (fraud)
namun secara operasional istilah korupsi lebih terkenal dibandingkan kecurangan.
Kecurangan adalah segala cara yang dapat dilakukan orang untuk berbohong,
menjiplak, mencuri, memeras, memanipulasi, kolusi dan menipu orang lain
dengan tujuan untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain, kelompok lain
dengan cara melawan hukum.

CIRI-CIRI KORUPSI
Dalam buku Sosiologi Korupsi oleh Syed Hussein Alatas, disebutkan
beberapa ciri-ciri korupsi antara lain sebagai berikut:
1. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang. Pelaku korupsi biasa
tidak bekerja sendiri tetapi mereka akna saling bekerja sama dan saling
menutupi tindak korupsinya sehingga dalam mengendusan terhadap
tindakan mereka dapat ditangani.
2. Korupsi pada umumnya melibatkan keserba rahasiaan. Hal ini karena sifat
korupsi sendiri yang merupakan tindakan buruk dan dapat mencoreng
nama baiknya sebagai pemimpin maupun keluarga atau partai yang ia
geluti sehingga tindakan korupsi harus ia tutupi untuk menjaga nama baik
dan mengindari hukuman.
3. Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik.
Seperti menyelewengkan tugas dan mengkhianati kesepakatan.
4. Berusaha menyelubungi perbuatannya dengan berlindung dibalik
perlindungan hukum
5. Mereka yang terlibat korupsi adalah mereka yang menginginkan
keputusan-keputusan yang tegas dan mereka yang mampu untuk
mempengaruhi keputusan-keputusan itu
6. Setiap tindakan korupsi mengandung penipuan, biasanya pada badan
publik atau masyarakat umum
7. Setiap bentuk korupsi adalah suatu pengkhianatan kepercayaan
8. Setiap bentuk korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif

FAKTOR-FAKTOR
YANG
TINDAKAN KORUPSI

MEMPENGARUHI

ADANYA

1. Aspek Perilaku Individu


Apabila dilihat dari segi pelaku korupsi, sebab-sebab seseorang melakukan korupsi
dapat berupa dorongan dari dalam dirinya, yang dapat pula dikatakan sebagai
keinginan, niat, atau kesadaran untuk melakukan.
2. Aspek Organisasi Kepemerintahan
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk sistem
pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi korban korupsi
atau dimana korupsi terjadi biasanya memberi andil terjadinya korupsi karena
membuka peluang atau kesempatan untuk terjadinya korupsi. Bilamana organisasi
tersebut tidak membuka peluang sedikitpun bagi seseorang untuk melakukan
korupsi, maka korupsi tidak akan terjadi.
3.Aspek Peraturan Perundang-undangan
Tindakan korupsi mudah timbul karena adanya kelemahan di dalam peraturan
perundang-undangan yang dapat mencakup adanya peraturan perundang-undangan
yang monolistik, kecenderungan menguntungkan orang-orang kaya dan para
pejabat, kualitas peraturan perundang-undangan kurang memadai, peraturanperaturan kurang disosialisasikan, sangsi yang terlalu ringan, penerapan sangsi yang
tidak konsisten dan pandang bulu serta lemahnya bidang evalusi dan revisi peraturan
perundang-undangan selama ini.
4. Kurangnya Pengawasan
Pengawasan yang dilakukan instansi terkait kurang efektif karena beberapa faktor,

DAMPAK YANG MUNCUL AKIBAT ADANYA TINDAKAN KORUPSI DI INDONESIA


***Demokrasi
Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di dalam dunia politik,
korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik dengan cara
menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan umum dan badan legislatif
mengurangi akuntabilitas dan perwakilan pada pembentukan kebijaksanaan. Kemudian
korupsi di sistem pengadilan menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di
pemerintahan publik menghasilkan ketidak seimbangan dalam pelayanan masyarakat.
***Ekonomi
Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan ketidak
efisienan yang tinggi. Dalam sektor prifat, korupsi meningkatkan ongkos niaga karena
kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat
korup, dan risiko pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan. Walaupun ada yang
menyatakan bahwa korupsi mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah
birokrasi, konsensus yang baru. Dan muncul pula kesimpulan bahwa ketersediaan
sogokan menyebabkan pejabat untuk membuat aturan-aturan baru dan hambatan baru.
Dimana korupsi menyebabkan inflasi ongkos niaga, korupsi juga mengacaukan
"lapangan perniagaan".
***Kesejahteraan Umum
Negara Korupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman besar bagi
warga negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah sering
menguntungkan pemberi sogok, bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi adalah

UPAYA-UPAYA PEMERINTAH DALAM MENANGANI KASUS KORUPSI


Pemerintah Indonesia sebenarnya tidak tinggal diam dalam mengatasi praktek-praktek
korupsi. Upaya pemerintah dilaksanakan melalui berbagai kebijakan berupa peraturan
perundang-undangan dari yang tertinggi yaitu Undang-Undang Dasar 1945 sampai dengan
Undang-Undang tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Selain itu, pemerintah
juga membentuk komisi-komisi yang berhubungan langsung dengan pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi seperti Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara
Negara (KPKPN) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Upaya pencegahan praktek korupsi juga dilakukan di lingkungan eksekutif atau


penyelenggara negara, dimana masing-masing instansi memiliki Internal Control Unit (unit
pengawas dan pengendali dalam instansi) yang berupa inspektorat. Fungsi inspektorat adalah
mengawasi dan memeriksa penyelenggaraan kegiatan pembangunan di instansi masingmasing, terutama pengelolaan keuangan negara, agar kegiatan pembangunan berjalan secara
efektif, efisien dan ekonomis sesuai sasaran. Di samping pengawasan internal, ada juga
pengawasan dan pemeriksaan kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh instansi eksternal
yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pengawas Keuangan Pembangunan (BPKP).
Dilihat dari upaya-upaya pemerintah dalam memberantas praktek korupsi di atas
sepertinya sudah cukup memadai baik dilihat dari segi hukum dan peraturan perundangundangan, komisi-komisi, lembaga pemeriksa baik internal maupun eksternal, bahkan
keterlibatan LSM. Namun, kenyataannya praktek korupsi bukannya berkurang malah
meningkat dari tahun ke tahun.
Selain lembaga internal dan eksternal,Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) juga ikut
berperan dalam melakukan pengawasan kegiatan pembangunan, terutama kasus-kasus
korupsi yang dilakukan oleh penyelenggara negara. Beberapa LSM yang aktif dan gencar

Peraturan yang Mengatur Tentang


Hukum Pidana Korupsi di Indonesia
Indonesia mempunyai instrumen hukum yang secara eksplisit menggunakan istilah
korupsi dalam pasal-pasalnya. Dalam hal ini beberapa peraturan perundangan yang
telah berlaku antara lain
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, khususnya pasal 21 dan
pasal 5 (ayat 1)
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana
3. Ketetapan MPR Nomor XI Tahun 1998
4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaran Pemerintahan yang
bersih dan bebas dari praktek KKN
5. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
7. Dibentuknya Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN) tahun 2001
berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
8. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (KPTPK)
9. Dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tahun 2003 berdasarkan Undang-

TERIMAKASIH
^_^

Anda mungkin juga menyukai