Pembimbing :
dr. Stanley Setiawan, SpKK
DEFINISI
Kusta merupakan penyakit infeksi
kronik yang disebabkan oleh
Mycobacterium leprae yang bersifat
intraseluler obligat.
Cenderung menyerang :
Saraf perifer
Kulit
Mukosa traktus respiratorius bagian
atas
Organ lain kecuali susunan saraf
pusat.
ETIOLOGI
Kuman penyebab adalah
Mycobacterium leprae
Ditemukan oleh G.A. HANSEN pada
tahun 1874 di Norwegia
M. leprae berbentuk kuman dengan
ukuran 3-8 um x 0,5 um, tahan asam
dan alcohol serta positif-Gram
PATOGENESIS &
GAMBARAN KLINIS
KUSTA
Patogenesis
Sumber penularan penderita MB (multibasiler) sebagai kontak (+) melalui:
Kontak langsung erat dan lama lesi kulit +
suhu dingin (terutama Susceptible
persons)
Droplet infection (aerogen) dari/melalui
mukosa hidung
Dapat ditularkan melalui tempat tidur,
pakaian, dll o.k diyakini M.leprae dapat
bertahan hidup beberapa hari di luar tubuh
GEJALA KLINIK
1.KELAINAN SARAF TEPI
- Kerusakan saraf tepi bisa bersifat:
sensorik hipo / anastesi lesi kulit
motorik kelemahan otot
autonomik kelenjar keringat
kering
- Pembesaran saraf tepi
GEJALA KLINIK
KELAINAN KULIT DAN ORGAN LAIN :
Bagian tubuh relatif dingin muka, hidung,
telinga, ekstremitas
Bercak hipopigmentasi/eritematus gangguan
estesi kuman facies leonina, penebalan
cuping telinga, madarosis, anestesi simetris
tangan dan kaki
Kelainan
organ
lain
mata,
hidung,
tulang&sendi, lidah, laring, testis, kelenjar limfe,
rambut, dan ginjal
GEJALA AWAL
KUSTA
BERCAK
YANG
MemilikiKUSTA
sifat 4
A :SPESIFIK
Anestesi
Anhidrosis
Akromia
Atrof
Lagophthalmus
Claw Hand
Sifat
Lesi:
Bentuk
Jumlah
Distribusi
Permukaan
Batas
Anestesia
Lepromatosa (LL)
Bordeline
Lepromatosa (BL)
Makula
Infiltrat difus
Papul
Nodus
Tidak terhitung,
praktis tidak ada kulit
sehat
Simetris
Halus berkilat
Tidak jelas
Tidak ada sampai
tidak jelas
Makula
Plakat
Papul
Plakat
Dome-shaped (kubah)
Punched-out
BTA
Lesi kulit
Sekret
hidung
Agak banyak
Negatif
LL
BB
BL
Tuberkuloid (TT)
Bordeline
Tuberculoid (BT)
Kering bersisik
Kering bersisik
Permukaan
Jelas
Jelas
Batas
Jelas
Jelas
Anestesia
BTA
Lesi kulit Hampir selalu negatif Negatif atau hanya
1+
Indeterminate
(I)
Hanya makula
Satu atau beberapa
Variasi
Halus, agak berkilat
Dapat jelas atau
dapat tidak jelas
Tak ada sampai tidak
jelas
Biasanya negatif
MENURUT WHO
Kusta dibagi menjadi Multibasiler dan Pausibasiler.
Multibasiler : tipe LL, BL, dan BB pada klasifikasi
Ridley-Jopling dengan indeks bakteri (IB) lebih
dari 2+
Pausibasiler : tipe I, TT dan BT dengan IB kurang
dari 2+.
Pemeriksaan kerokan jaringan kulit tidak selalu
tersedia di lapangan,pada tahun 1995 WHO lebih
menyederhankan klasifikasi klinis kusta
berdasarkan hitung lesi kulit dan saraf yang
terkena.
DIAGNOSIS KLINIS
MENURUT WHO
TIPE PB
1. Lesi Kulit
(Macula datar, Papul yang
meninggi, Nodul)
TIPE MB
-1-5 lesi,
-Lesi >5
-Hipopigmentasi/
-Distribusi lebih simetris
eritema
-Hilangnya sensasi.
-Distribusi tidak simetris
-Hilangnya sensasi yang
jelas.
Hanya satu cabang
saraf.
Gambaran Klinis
KERUSAKAN SARAF
Sensoris
Anastesi
Motoris
paresis/paralisis
Otonom
kulit kering
NERVUS
N.ulnaris : anesthesia pada ujung jari kelingking dan jari
manis, clawing, atrofi hipotenar dan otot interoseus serta
kedua otot lumbrikalis medial
N.medianus: anesthesia pada ujung jari ibu jari,telunjuk
dan jari tengah,tidak mampu aduksi & clawing,atrofi otot
tenar dan kedua otot lumbrikalis lateral
N.radialis : anestesia dorsum manus , serta ujung
proksimal jari telunjuk,tangan gantung (wrist drop),tak
mampu ekstensi jari-jari atau pergelangan tangan
NERVUS
N. poplitea lateralis: anesthesia tungkai bawah dan dorsum
pedis,kaki gantung (foot drop),kelemahan otot peroneus.
N.tibialis posterior: anesthesia telapak kaki,claw
toes,paralisis otot intrinsic kaki dan kolaps arkus pedis.
N. fasialis: menyebabkan lagoftalmus, menyebabkan
kehilangan ekspresi wajah dan kegagalan
mengatupkan bibir.
N. trigemunus: anesthesia kulit wajah,kornea,konjungtiva
mata,atrofi otot tenar dan kedua otot lumbrikalis lateral.
Pemeriksaan Kusta
Fungsi
sensorik
- Rasa Raba
-Rasa Nyeri
-Rasa Suhu
n. radialis
n.
medianus
n. tibialis
posterior
N.
Auricularis
Magnus
N. Ulnaris
N. Peroneus
Lateralis
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Bakterioskopik
Membantu menegakkan diagnosis
M. leprae terlihat merah
pewarnaan BTA Ziehl Nielsen
solid
: batang utuh hidup
fragmented : batang terputus mati
granular : butiran mati
PEMERIKSAAN PENUNJANG
REAKSI KUSTA
Reaksi kusta adalah interupsi dengan
episode akut pada perjalanan penyakit
yang sebenarnya sangat kronik.
Gejala Klinis
Nodus eritema
Nyeri dengan tempat predileksi di lengan dan
tungkai
Bila mengenai organ lain dapat menimbulkan
gejala seperti iridosiklitis, neuritis akut,
limfadenitis, artritis, orkitis, dan nefritis akut
dengan dengan adanya proteinuria
Gejala konstitusi dari ringan- berat
REAKSI REVERSAL
Dapat terjadi pada tipe borderline (Li,
BL, BB, BT, Ti) Reaksi borderline
Reaksi Reversal
Peningkatan
mendadak SIS
Gejala Klinis
Sebagian atau seluruh lesi yang telah ada
bertambah aktif dan atau timbul lesi baru dalam
waktu yang relatif singkat
Lesi hipopigmentasi Eritema Semakin
eritematosa
Lesi makula Infiltrat Makin infiltratif
Lesi lama menjadi bertambah luas
Tidak perlu seluruh gejala harus ada, satu saja
sudah cukup.
KESIMPULAN
TATALAKSANA KUSTA
Pengobatan Kusta
Tujuan utama:
1. Memutuskan mata rantai penularan untuk
menurunkan insiden penyakit
2. Mengobati dan menyembuhkan penderita
3. Mencegah timbulnya penyakit
Strategi pokok yang dilakukan untuk mencapai
tujuan tersebut didasarkan atas:
1. Deteksi dini
2. Pengobatan penderita
.
.
.
.
.
Rifampisin
Ofloksasin
Minosiklin
Dewasa
(50-70 kg)
600 mg
400 mg
100 mg
Anak
(8-14
tahun)
300 mg
200 mg
50 mg
Dapsone
Dewasa
600 mg/bulan
Diminum
didepan
petugas
kesehatan
100 mg/hari
diminum
dirumah
Anak
(10-14 tahun)
450 mg/bulan
Diminum
didepan
petugas
kesehatan
50 mg/hari
diminum di
rumah
Dapsone
Lamprene
Dewasa
600 mg/bulan
Diminum
didepan
petugas
kesehatan
100 mg/hari
Diminum
dirumah
300 mg/bulan
Diminum
didepan
petugas
kesehatan
dilanjutkan
dengan 50
mg/hari
diminum
dirumah
Anak-anak
(10-14 tahun)
450 mg/bulan
Diminum
didepan
petugas
kesehatan
50 mg/hari
Diminum
dirumah
150 mg/bulan
Diminum
didepan
petugas
kesehatan
dilanjutkan
dengan 50 mg
selang sehari
diminum
: 100 mg/bulan
: 50 mg/2x seminggu
Reaksi Berat:
1. Immobilisasi, rawat inap di RS
2. Pemberian analgesik dan sedatif
3. MDT diteruskan dengan dosis
tidak diubah
4. Pemberian obat-obat antireaksi
5. Pemberian obat-obat
kortikosteroid
Pemberian Kortikosteroid
2 minggu I
40 mg/hari
2 minggu II
30 mg/hari
2 minggu III
20 mg/hari
2 minggu IV
15 mg/hari
2 minggu V
10 mg/hari
2 minggu VI
5 mg/hari
Penanganan Cacat
Gangguan sensibilitas:
memakai sepatu untuk melindungi kaki yang
telah terkena
memakai sarung tangan bila bekerja dengan
benda yang panas dan tajam
memakai kacamata untuk melindungi mata
memeriksan ada tidaknya memar, luka atau
ulkus (tangan dan kaki direndam, disikat dan
diminyak agar tidak kering dan pecah)
Rehabilitasi
Medis :
Operasi dan fisioterapi untuk
memperbaiki fungsi dan kosmetik
Non-medis :
Memberikan lapangan pekerjaan yang
sesuai dengan cacat tubuh, sehingga
dapat berprestasi dan dapat
meningkatkan rasa percaya diri dan
sebagai terapi psikologik.