Pendahuluan
Kejang merupakan manifestasi berupa pergerakan secara mendadak dan
tidak terkontrol yang disebabkan oleh kejang involunter saraf otak.
Menurut International League Against Epilepsy (ILAE) dan
International Bureau for Epilepsy (IBE) pada tahun 2005 epilepsi
didefinisikan sebagai suatu kelainan otak yang ditandai oleh adanya
faktor predisposisi yang dapat mencetuskan kejang epileptik, perubahan
neurobiologis, kognitif, psikologis dan adanya konsekuensi sosial yang
diakibatkannya. Definisi ini membutuhkan sedikitnya satu riwayat
kejang epilepsi sebelumnya.
Status epileptikus merupakan kejang yang terjadi > 30 menit atau kejang
berulang tanpa disertai pemulihan kesadaran kesadaran diantara dua
serangan kejang
Laporan kasus
Identitas Pasien
Nama : T. Taufiq
Umur : 33 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Lamteh, Pango
Pekerjaan
: Pengutip botol bekas
Suku : Aceh
Agama : Islam
Pendidikan: SMA
Status Perkawinan : Belum Menikah
No.RM
: 100-10-24
Tanggal pemeriksaa : 10 Oktober 2016
Anamnesis
Ku: pasien kontrol ulang dengan riwayat eilepsi
RPS : Pasien datang ke Poliklinik Neurologi untuk kontrol ulang dengan
riwayat kejang berulang. Menurut pasien, kejang dialami pasien ketika pasien
terlalu lelah dan banyak pikiran, atau karena ada faktor pencetus seperti jika
melihat api dan air yang mengalir. Durasi kejang diperkirakan 15 menit.
Kejang terjadi seluruh tubuh disertai kaku dan kelojotan, pasien dalam
keadaan tidak sadar. Pada saat kejang terjadi mata pasien memandang keatas,
lidah tidak tergigit tetapi lendir berbusa dari mulut pasien. Pasien juga
mengaku sebelum kejang pasien merasa seperti akan pingsan. Pasca serangan
pasien merasa lemas dan mengantuk. Kejang biasanya terjadi lebih dari 2 kali
sebulan. Terakhir kali kejang pada tahun 2016 bulan Juli. Pasien sudah tidak
pernah mengalami kejang selama 3 bulan terakhir. Saat ini pasien
mengeluhkan pening kepala jika kecapain.kepala terasa hoyong, pegal di
sekitaran leher dan menjalar kebahu. Demam (-), flu (-), batuk (-), sesak napas
(-), nyeri menelan (-), nyeri perut (-), makan/minum (+) baik, BAB (+) lancar
normal, BAK (+) lancar normal.
RPK : Riwayat keluarga pasien yang memiliki keluhan yang sama dengan
pasien disangkal.
Status internus
Pemeriksaan Fisik
Kepala :Normocephali. Wajah tampak simetris, tidak tampak nyeri dan
tidak tampak luka.
Mata : Pupil bulat isokor, ukuran 3mm/3mm, RCL (+/+), RCTL (+/+).
Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-), ptosis
(-/-), lagoftalmus (-/-).
Hidung : Cavitas nasal dalam batas norma, septum deviasi (-), deformitas
(-/-), sekret (-/-), darah (-/-).
Mulut : Mukosa mulut tampak basah, uvula di tengah, lidah tidak terdapat
deviasi.
Telinga : Struktur telinga eksterna simetris, jejas (-/-), secret (-/-)
Diagnosa:
Diagnosis Klinis: kejang disertai gangguan kesadaran awal kejang
Diagnosis Topis : korteks cerebri
Diagnosis Etiologi : Epilepsi idiopatik
Terapi:
Edukasi :
pasien dan anggota keluarga harus diberitahukan dengan jelas tindakan apa yang harus
diambil bila menghadapi serangan.
Jangan memasukan sesuatu ke dalam mulut pasien atau memaksamembuka mulut pasien.
Tidak perlu diusahakan mengekang gerakan kejang karena hanya akan berakibat
menimbulkan cedera.
Setelah suatu serangan pasien harus ditemani dan diberi dukunganhingga fase bingung yang
menyertainya telah hilang seluruhnya dan pasien memperoleh kembali keseimbangannya
Jalan nafas harus diperiksa dan diawasi
Farmakologis
Obat Anti-Epilepsi (OAE):
Phenitoin (3x100 mg)
Kutoin (2x100mg)
Asam folat (1x1mg)
Depakote ER (1x500mg)
Prognosis
Qou at
functionam:
bonam
Qou at vitam:
bonam
Qou at
sanactionam:
bonam
Tinjauan pustaka
Definisi
Kejang merupakan manifestasi berupa pergerakan secara mendadak dan
tidak terkontrol yang disebabkan oleh kejang involunter saraf otak.
Menurut International League Against Epilepsy (ILAE) dan
International Bureau for Epilepsy (IBE) pada tahun 2005 epilepsi
didefinisikan sebagai suatu kelainan otak yang ditandai oleh adanya
faktor predisposisi yang dapat mencetuskan kejang epileptik, perubahan
neurobiologis, kognitif, psikologis dan adanya konsekuensi sosial yang
diakibatkannya. Definisi ini membutuhkan sedikitnya satu riwayat
kejang epilepsi sebelumnya.
Status epileptikus merupakan kejang yang terjadi > 30 menit atau kejang
berulang tanpa disertai pemulihan kesadaran kesadaran diantara dua
serangan kejang
Epidemiologi
Epilepsi merupakan salah satu kelainan otak yang serius dan umum
terjadi, sekitar lima puluh juta orang di seluruh dunia mengalami
kelainan ini. Angka epilepsi lebih tinggi di negara berkembang. Insiden
epilepsi di negara maju ditemukan sekitar 50/100,000 sementara di
negara berkembang mencapai 100/100,000.
Di negara berkembang sekitar 80-90% diantaranya tidak mendapatkan
pengobatan apapun.8 Penderita laki-laki umumnya sedikit lebih banyak
dibandingkan dengan perempuan. Insiden tertinggi terjadi pada anak
berusia di bawah 2 tahun (262/100.000 kasus) dan uisa lanjut di atas 65
tahun (81/100.000 kasus).
Etiologi
Epilepsi dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu:
Epilepsi idiopatik merupakan epilepsi yang penyebabnya tidak
diketahui, meliputi 50% dari penderita epilepsi anak dan
umumnya mempunyai predisposisi genetik, awitan biasanya pada usia
>3 tahun. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
ditemukannya alat alat diagnostik yang canggih kelompok ini makin
kecil.
Epilepsi simptomatik merupakan epilepsi yang disebabkan oleh
kelainan/lesi pada susunan saraf pusat.
Epilepsi kriptogenik dianggap simtomatik tetapi penyebabnya belum
diketahui, termasuk disini adalah sindrom West, sindron LennoxGastaut dan epilepsi mioklon.
Kejang umum sekunder/ kejang parsial yang menjadi umum (tonik-klonik, tonik atau klonik)
Kejang parsial sederhana berkembang menjadi kejang umum
Kejang parsial kompleks berkembang menjadi kejang umum
Kejang parsial sederhana berkembang menjadi parsial kompleks, dan berkembang menjadi kejang umum
lena/ absens
mioklonik
tonik
atonik
klonik
tonik-klonik
Simptomatik
Lobus temporalis
Lobus frontalis
Lobus Oksipitalis
Lobus temporalis
Epilepsi Umum
Idiopatik
Simptomatik
Etiologi non spesifik
Early myoclonic encephalopathy
Specific disease states presenting with seizures
Patofisiologi
Dasar serangan epilepsi ialah gangguan fungsi neuron-neuron otak dan transmisi
pada sinaps. Ada dua jenis neurotransmitter, yakni neurotransmitter eksitasi yang
memudahkan depolarisasi atau lepas muatan listrik dan neurotransmitter inhibisi
(inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik saraf dalam sinaps) yang
menimbulkan hiperpolarisasi sehingga sel neuron lebih stabil dan tidak mudah
melepaskan listrik.
Suatu sifat khas serangan epilepsi ialah bahwa beberapa saat serangan berhenti
akibat pengaruh proses inhibisi. Diduga inhibisi ini adalah pengaruh neuronneuron sekitar sarang epileptic. Selain itu juga sistem-sistem inhibisi pra dan
pasca sinaptik yang menjamin agar neuron-neuron tidak terus-menerus berlepas
muatan memegang peranan.
Keadaan lain yang dapat menyebabkan suatu serangan epilepsi terhenti ialah
kelelahan neuron-neuron akibat habisnya zat-zat yang penting untuk fungsi otak.
Gejala
Kejang parsial simplek
Seranagan di mana pasien akan tetap sadar. Pasien akan mengalami gejala berupa:
deja vu: perasaan di mana pernah melakukan sesuatu yang sama sebelumnya.
Perasaan senang atau takut yang muncul secara tiba-tiba dan tidak dapat dijelaskan.
Perasaan seperti kebas, tersengat listrik atau ditusuk-tusuk jarum pada bagian tubih
tertentu.
Gerakan yang tidak dapat dikontrol pada bagian tubuh tertentu.
Halusinasi
Kejang parsial (psikomotor) kompleks
Serangan yang mengenai bagian otak yang lebih luas dan biasanya bertahan lebih lama. Pasien
mungkin hanya sadar sebagian dan kemungkinan besar tidak akan mengingat waktu serangan.
Gejalanya meliputi:
Gerakan seperti mencucur atau mengunyah.
Melakukan gerakan yang sama berulang-ulang atau memainkan pakaiannya.
Melakukan gerakan yang tidak jelas artinya, atau berjalan berkeliling dalam keadaan
seperti sedang bingung.
Gerakan menendang atau meninju yang berulang-ulang.
Berbicara tidak jelas seperti menggumam.
Diagnosis
o Anamnesis
Anamnesis harus dilakukan secara cermat, rinci dan menyeluruh. Anamnesis menanyakan
tentang riwayat trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, meningitis, ensefalitis,
gangguan metabolik, malformasi vaskuler dan penggunaan obat-obatan tertentu.
o Pemeriksaan fisik umum dan neurologis
Melihat adanya tanda-tanda dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi, seperti trauma
kepala, infeksi telinga atau sinus, gangguan kongenital, gangguan neurologik fokal atau difus.
Pemeriksaan fisik harus menepis sebab-sebab terjadinya serangan dengan menggunakan
umur dan riwayat penyakit sebagai pegangan. Pada anakanak pemeriksa harus
memperhatikan adanya keterlambatan perkembangan, organomegali, perbedaan ukuran
antara anggota tubuh dapat menunjukkan awal gangguan pertumbuhan otak unilateral .
o Pemeriksaan penunjang
o Elektro ensefalografi (EEG)
o Rekaman video EEG
o Pemeriksaan Radiologis
Pembahasan
kasus
Pasien
berjenis
kelamin
berusia 33 tahun. Riwayat
trauma tidak ada. datang ke
Poliklinik Neurologi untuk
kontrol ulang dengan riwayat
kejang berulang dan sering
terjadi secara tia-tiba
teori
kasus
teori
kasus
THANK YOU