Anda di halaman 1dari 13

VIII

PENAGIHAN PAJAK

OBJEK PENAGIHAN PAJAK berdasarkan UU


KUP
Pasal 20 angka 1 UU KUP
Jumlah pajak yang
masih harus
dibayar
ditagih
yang tidak
dengan
dibayar oleh
Surat
STP
Penanggung
Paksa
SKPKB
Pajak sesuai
SKPKBT
dengan jangka
waktu
SK Pembetulan
SK Keberatan
Putusan Banding
Putusan PK

Tambahan jumlah
pajak yang masih
harus dibayar

tidak atau kurang dibayar sampai


dengan tanggal jatuh tempo
tidak atau pembayaran
kurang dibayar sampai
dengan tanggal jatuh tempo
penundaan pembayaran
tidak memenuhi angsuran pembayaran
pajak

PENANGGUNG PAJAK
orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas
pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak
dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
(Pasal 1 angka 28)
kecuali apabila dapat
a. badan oleh pengurus;
membuktikan dan
b. badan yang dinyatakan pailit oleh
meyakinkan Dirjen
kurator;
Pajak bahwa mereka
c. badan dalam pembubaran oleh orang
dalam kedudukannya
atau badan yang ditugasi untuk
benar-benar tidak
melakukan pemberesan;
mungkin untuk
d. badan dalam likuidasi oleh likuidator;
dibebani tanggung
e. suatu warisan yang belum terbagi
jawab atas pajak
oleh salah seorang ahli warisnya,
yang terutang
pelaksana wasiatnya atau yang
tersebut.
mengurus harta peninggalannya; atau
(Pasal 32 ayat 2 UU KUP)
f. anak yang belum dewasa atau orang
yang berada dalam pengampuan oleh
wali atau pengampunya.

CONTOH
Udin (WP orang pribadi) menyampaikan SPT Tahunan untuk
tahun 2008 tepat pada waktunya yang disertai dengan setoran
akhir. Pada tanggal 10 Oktober 2009 dikeluarkan SKPKB yang
menunjukkan
kekurangan
pajak
yang
terutang
sebesar
Rp1.000.000,00. Atas kekurangan tersebut ditambah sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan.
SKPKB diterbitkan dengan penghitungan sebagai berikut :
1. Pajak yang terutang
Rp1.725.000,00
2. Kredit Pajak :
Rp 725.000,00
3. Pajak yang kurang dibayar
Rp1.000.000,00
4. Bunga 10 bulan =2% X 10 X Rp1.000.000,00
Rp
200.000,00
5. harus
Pajakdilunasi
yang masih
Rp1.200.000,00
dalamharus
jangkadibayar
waktu 1 (satu) bulan
sejak tanggal
diterbitkan yaitu sampai dengan tgl 9 November 2009.

Apabila sampai dengan tanggal 9 November 2009 SKPKB


tersebut belum dilunasi oleh Penanggung Pajak maka
dilakukan penagihan dengan Surat Paksa.

CONTOH
Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap SPT PPh Badan Tahun 2008
atas nama PT ABC, pada tanggal 20 September 2009 diterbitkan SKPKB
dengan perincian sbb:
Pajak kurang bayar
Rp1.200.000,00
Bunga 9 bulan (Pasal 13 ayat 2)
Rp 216.000,00
Pajak yang masih harus dibayar
Rp1.416.000,00
SKPKB tersebut harus sudah dilunasi paling lambat tanggal 19 Oktober
2009. Oleh KPP diberikan penundaan sampai dengan tanggal 25 Januari
2010.

Apabila sampai dengan tanggal 25 Januari 2010 SKPKB


tersebut belum dilunasi oleh PT ABC maka dilakukan
penagihan dengan Surat Paksa.

BUNGA PENAGIHAN
Apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, serta Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,
Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali,
yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus
dibayar bertambah, pada saat jatuh tempo pelunasan
tidak atau kurang dibayar, atas jumlah pajak yang tidak
atau kurang dibayar itu dikenai sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan
untuk seluruh masa, yang dihitung dari tanggal jatuh
tempo sampai dengan tanggal pelunasan atau tanggal
diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari
bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
(Pasal 19 angka 1 UU KUP)

CONTOH
Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap SPT PPh Badan Tahun 2008 atas
nama PT ABC, pada tanggal 20 September 2009 diterbitkan SKPKB
dengan perincian sbb:
Pajak kurang bayar
Rp1.200.000,00
Bunga 9 bulan (Pasal 13 ayat 2)
Rp 216.000,00
Pajak yang masih harus dibayar
Rp1.416.000,00
SKPKB tersebut harus sudah dilunasi paling lambat tanggal 19 Oktober
2009.

Misalkan WP melunasi SKPKB tersebut tanggal 25 Oktober 2009.


Bunga Penagihan: 2% x 1 x 1.416.000,00 = Rp28.320,00

Ditagih dengan Surat


Tagihan Pajak (STP)

PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS


tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita
Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal
jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak
dari semua jenis pajak, Masa Pajak, dan Tahun Pajak.
dilakukan apabila
a.
b.

c.

d.
e.

Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selamalamanya atau berniat untuk itu;
Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau
yang dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan
perusahaan atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia;
terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan
badan usaha atau menggabungkan atau memekarkan usaha, atau
memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau yang dikuasainya,
atau melakukan perubahan bentuk lainnya;
badan usaha akan dibubarkan oleh negara; atau
terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga
atau terdapat tanda-tanda kepailitan.

Pasal 20 ayat 2 UU KUP

PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan


sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
(Pasal 20 ayat 3 UU KUP)

UU Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak


dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah
dengan UU Nomor 19 Tahun 2000

ayat (1)

HAK MENDAHULU

Pasal 21 UU KUP

Negara mempunyai hak mendahulu untuk utang pajak atas barangbarang milik Penanggung Pajak.

ayat (2)

Ayat ini menetapkan kedudukan negara sebagai kreditur preferen yang dinyatakan
mempunyai hak mendahulu atas barang-barang milik Penanggung Pajak yang akan
dilelang di muka umum.
Pembayaran kepada kreditur lain diselesaikan setelah utang pajak dilunasi.

Ketentuan tentang hak mendahulu sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) meliputi pokok pajak, sanksi administrasi berupa bunga,
denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak.
ayat (3)
Hak mendahulu untuk utang pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya,
kecuali terhadap:
a. biaya perkara yang hanya disebabkan oleh suatu penghukuman untuk
melelang suatu brg bergerak dan/atau brg tidak bergerak;
b. biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud;
dan/atau
c. biaya perkara, yang hanya disebabkan oleh pelelangan dan
penyelesaian suatu warisan.
ayat (3a)
Dalam hal WP dinyatakan pailit, bubar, atau dilikuidasi maka kurator,
likuidator, atau orang atau badan yang ditugasi untuk melakukan
pemberesan dilarang membagikan harta WP dalam pailit, pembubaran atau
likuidasi kepada pemegang saham atau kreditur lainnya sebelum
menggunakan harta tsb untuk membayar utang pajak WP tsb.

DALUWARSA HAK MENDAHULU

Pasal 21 UU KUP

ayat (4)

Hak mendahulu hilang setelah melampaui waktu 5 (lima)


tahun sejak tanggal diterbitkan Surat Tagihan Pajak,
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Pembetulan,
Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan
Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang
harus dibayar bertambah.
ayat (5)

Perhitungan jangka waktu hak mendahulu ditetapkan


sebagai berikut:
a. dalam hal Surat Paksa untuk membayar diberitahukan
secara resmi maka jangka waktu 5 (lima) tahun
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dihitung sejak
pemberitahuan Surat Paksa; atau
b.

dalam hal diberikan penundaan pembayaran atau


persetujuan angsuran pembayaran maka jangka waktu 5
(lima) tahun tersebut dihitung sejak batas akhir
penundaan diberikan.

DALUWARSA PENAGIHAN PAJAK


Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga,
denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak, daluwarsa
setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung
sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan
Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali.
(Pasal 22 ayat 1 UU KUP)
Daluwarsa penagihan pajak 5 (lima) tahun dihitung sejak
Surat Tagihan Pajak dan surat ketetapan pajak diterbitkan.
Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan pembetulan,
keberatan, banding atau Peninjauan Kembali, daluwarsa
penagihan pajak 5 (lima) tahun dihitung sejak tanggal
penerbitan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan
Kembali.

TERTANGGUHNYA DALUWARSA PENAGIHAN


PAJAK

Pasal 22 ayat 2 UU KUP

Daluwarsa penagihan pajak dapat melampaui 5 (lima) tahun apabila:


Dirjen Pajak menerbitkan dan memberitahukan Surat Paksa
kepada Penanggung Pajak yang tidak melakukan pembayaran
utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran.
Dalam hal seperti itu, daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak
tanggal pemberitahuan Surat Paksa tersebut.
Wajib Pajak menyatakan pengakuan utang pajak dengan cara
mengajukan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran
utang pajak sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam
hal seperti itu, daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal
surat permohonan angsuran atau penundaan pembayaran utang
pajak diterima oleh Direktur Jenderal Pajak.
Terdapat SKPKB atau SKPKBT yang diterbitkan terhadap WP
karena WP melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dan
tindak pidana lain yang dapat merugikan pendapatan negara
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap. Dalam hal seperti itu, daluwarsa
penagihan pajak dihitung sejak tanggal penerbitan surat
ketetapan pajak tersebut.
Terhadap Wajib Pajak dilakukan penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan, daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak
tanggal penerbitan Surat Perintah Penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan.

Anda mungkin juga menyukai